Jangan Terlalu Barbar Kalau Tak Mau Dinyatakan Kalah Cuma-cuma

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Jangan Terlalu Barbar Kalau Tak Mau Dinyatakan Kalah Cuma-cuma

Hasil yang tidak mengenakan diterima Montenegro usai menghadapi Rusia dalam lanjutan kualifikasi Euro 2016 grup G di Stadion Pod Goricom Podgorica, Montenegro. Laga yang berlangsung 27 Maret lalu itu tidak berhasil diselesaikan dan harus berhenti di tengah jalan. Akibatnya, Montenegro harus rela divonis kalah dari Rusia dengan skor 3-0 berdasarkan keputusan The UEFA Control Ethics dan Disciplinary Body (CEDB).

Tidak hanya memberikan kekalahan kepada tuan rumah Montenegro, UEFA CEDB juga menghukum Montenegro menggelar laga kandang tanpa penonton dalam laga selanjutnya melawan Liechtenstein dan Austria. Federasi sepakbola Montenegro (FSGC) juga dikenakan denda oleh UEFA CEDB sebesar 50 ribu euro plus hukuman percobaan selama dua tahun ke depan. Kubu Beruang Merah, julukan Rusia, juga tidak luput dari hukuman denda sebesar 25 ribu euro karena dianggap para pemainnya juga terlibat dalam provokasi yang menyebabkan laga harus berhenti.

Memang situasi pertandingan Montenegro dengan Rusia sangat panas waktu itu. Bahkan sejak awal, sebelum laga dimulai, suasana sudah tidak kondusif. Baru sebentar kick-off dibunyikan, suporter tuan rumah langsung berbuat ulah dengan melempar suar (red flare) dari tribun hingga mengenai kepala Igor Akinfeev, kiper Rusia. Dalam keadaan pingsan, Akinfeev pun segera dibawa ke rumah sakit dengan keadaan luka bakar pada lehernya.

Kedua kubu kesebelasan negara pun memutuskan untuk berlindung dahulu di lorong pemain Sadion Pod Goricom.



Penanganan kondisi Akinfeev memakan waktu sampai 30 menit di dalam stadion sampai akhirnya wasit asal Jerman, Deniz Ayetekin, memutuskan melanjutkan permainan. Pelatih Rusia Fabio Capello memutuskan untuk mengganti Akinfeev yang dibawa ke rumah sakit dengan keadaan leher disangga oleh Yuri Lodigin, kiper cadangan. Para pemain The Brave Falcons, Julukan Montenegro, pun tampak berusaha menenangkan penonton tuan rumah supaya pertandingan bisa dilanjutkan kembali.

Namun masalah muncul kembali ketika babak kedua Rusia mendapatkan penalti karena penyerang Montenegro Mirko Vucinic melanggar penyerang Rusia, Aleksandr Kokorin, di kotak terlarang. Pihak The Brave Falcon merasa jika hukuman penalti yang diterima merupakan putusan wasit yang tidak adil bagi tuan rumah. Padahal selama 65 menit pertandingan Montenegro unggul 59 persen dalam penguasaan bola.

Kemudian terjadi cekcok antara para pemain Montenegro dengan Rusia, termasuk staff pelatih dari kedua kubu juga terlibat. Tentunya melihat kedua kubu cekcok karena putusan wasit membuat para penghuni tribun stadion ikut memanas.

Hingga akhirnya tendangan penalti yang dieksekusi Roman Shirokov, pemain tengah Rusia, berhasil digagalkan Vukasin Poleksic, kiper The Brave Falcons. Shirokov tidak hanya gagal mencetak angka untuk Rusia, namun ia juga gagal menjaga situasi tribun Stadion Pod Goricom tetap kondusif karena suar dilempar suporter Montenegro kepada Dmitri Kombarev, bek Rusia. Insiden pelemparan terakhir inilah yang kemudian memicu perkelahian antara kedua kesebelasan lagi.

Merespons apa yang terjadi di lapangan, para suporter dari kedua kubu di tribun akhirnya juga terlibat saling serang. Entah siapa yang memulai keributan di menit ke-67 tersebut. Tapi situs Marca melaporkan jika beberapa suporter Montenegro mencabuti kursi penonton yang mereka tempati lalu dilemparkan kepada para suporter Beruang Merah.

Pihak penyelenggara pertandingan pun memperingatkan kepada massa yang bentrok agar mengendalikan diri. Ancaman pemberhentian laga juga sudah disuarakan melalui pengeras suara. Akan tetapi semuanya tidak digubris, kedua pihak suporter tetap saling serang.

"Kau melihat berapa banyak orang yang terlibat dalam organisasi, berapa kali kami meminta penonton untuk menahan diri dari segala sesuatu. Tapi tampaknya kita tidak layak, baik negara maupun tim nasional, untuk tampil di kompetisi besar," imbuh Momir Durdevac, Sekjen FSGC, seperti dikutip Daily Mail.

Akhirnya pertikaian tersebut membuat wasit Aytekin memutuskan memberhentikan pertandingan dan menyuruh kedua kesebelasan masuk ke dalam ruang ganti. Ketika pertandingan akhirnya benar-benar diputuskan berhenti, kedua kelompok suporter keluar stadion dengan dikawal petugas keamanan.

Poin tiga yang diraih Rusia secara cuma-cuma itu tentu saja disambut positif oleh Rusia. "Kami gembira dengan keputusan UEFA yang adil dan tidak bias," ujar ketua Federasi Sepak Bola Rusia (RFU), Nikolai Tolstykh.

Kendati Beruang Merah mendapatkan tiga poin gratis, tapi pemucak klasemen Grup G Kualifikasi Euro 2016 masih diduduki Austria dengan 13 poin dari lima pertandingan. Austria unggul empat angka dari tim peringkat kedua Swedia dan Rusia menghuni peringkat ketiga dengan delapan angka. Sementara The Brave Falcons berada di peringkat keempat dengan raihan lima poin.

Di sisi lain, Durdevac, sekjen FSGC, tidak menerima hukuman tersebut. Dirinya menuding jika para suporter Montenegro datang untuk mecela pemain ketimbang menikmati permainan kedua kesebelasan. Para suporter mengucapkan "Montenegro, aku mencintaimu", bagi Durdevac, tak ubahnya sebuah kemunafikan yang terlihat primitif dari segi apapun.

Tapi dalam arti lain, keliaran suporter Montenegro merupakan luapan ekspresi kemerdekaan negara mereka yang sejak 2006 lepas dari negara "induk", Serbia. Tapi apakah harus begitu ekspresi kemerdekaan di teras tribun hingga mengorbankan kesebelasan negara sendiri?

Komentar