Rekam Jejak Kekerasan SCF, Hooligans Feyenoord

Cerita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Rekam Jejak Kekerasan SCF, Hooligans Feyenoord

Soal gelar dan keindahan permainan, bolehlah Ajax Amsterdam disebut mengungguli Feyenoord Rotterdam. Salah satu sosok ternama di kalangan kelompok suporter Feyenoord, Danny (nama belakang tidak disebutkan), mengakui hal itu. Namun mengenai dukung-mendukung, Danny berani bertaruh kelompoknya adalah yang terbaik. “Utopia Ajax adalah menjadi seperti Feyenoord, kesebelasan sejati dengan pendukung sejati,” ujarnya kepada FourFourtwo.

Ajax, kata Danny, adalah kesebelasan para selebritis, media, dan orang-orang yang berpura-pura. “Tribun utama mereka memiliki lebih banyak tempat duduk eksekutif dan mewah. Orang-orang datang ke sana [Amsterdam ArenA] untuk nampang; orang-orang datang ke Feyenoord [De Kuip] untuk mendukung kesebelasan mereka,” lanjut Danny.

Kurang lebih, seperti itulah gambaran mengenai kelompok suporter Feyenoord, yang disebut “kecoa” oleh para pendukung Ajax. De Kuip yang selalu ramai oleh dukungan dan nyanyian adalah hal yang selalu dibanggakan oleh kelompok suporter Feyenoord. Mengapa hal tersebut dapat terjadi dijelaskan dengan baik oleh Ramón Spaaij, dalam bukunya yang berjudul Understanding Football Hooliganism: A Comparison of Six Western European Football Clubs.

Laga Ajax vs Feyenoord menjadi laga dengan tradisi kekerasan yang sampai berdarah dan mematikan dalam sepakbola Belanda. Inilah laga yang dijuluki De Klassiekers. Simak bagaimana persaingan dua kota, Amsterdam vs Rotterdam, juga berimbas pada rivalitas Ajax vs Feyenoord, melalui ARTIKEL INI).

Menurut Spaaij, inti kelompok hooligan Feyenoord berisi dua segmen tersendiri; yang tua dan yang muda. Kelompok berisi orang-orang yang lebih tua dikenal dengan nama Sport Club Feyenoord; SCF. Segmentasi tua dan muda juga dikenal dengan segmentasi pra-Beverwijk dan pasca-Beverwijk.

Sekarang ini, SCF bukan hanya berisikan mereka yang sudah mulai mendukung Feyenoord pra-Beverweijk. Segmentasi kini dibedakan menjadi Vak S dan Vak G. Kedua kelompok ini berada di tribun berbeda di belakang kedua gawang di De Kuip. Vak S adalah tempat penggemblengan para suporter muda. Vak G, sementara itu, berisi orang-orang tangguh yang berpengalaman dalam kekerasan antar kelompok suporter. Tak sulit mengenali SCF. Biasanya, mereka memiliki rajah di bagian sebelah dalam di tangan kanan mereka.

Kultur mendukung kesebelasan Feyenoord di Rotterdam lahir beriringan dengan pembentukan kesebelasan sepakbola bernama Wilhelmina di distrik Feijenoord di kota Rotterdam. Wilhelmina kemudian berganti nama menjadi SC Feijenoord, dan akhirnya menjadi Feyenoord.

Kebanyakan pendukung Feyenoord datang dari kelas pekerja. Distrik Feijenoord, bagaimanapun, memang distrik pekerja. Lagipula, Rotterdam memang kota industri. Kultur rekreasi menonton pertandingan dan mendukung Feyenoord perlahan menjadi subkultur hooliganisme, yang dimulai pada tahun 1974.

Leg kedua final Piala UEFA antara tuan rumah Feyenoord dan Tottenham Hotspur diwarnai kerusuhan saat turun minum. Para suporter Tottenham menyerang suporter tuan rumah. Feyenoord melawan untuk membela diri. Lebih dari 200 orang terluka dalam kejadian ini.

Sebelumnya, tak pernah pihak kesebelasan mencatat perilaku semacam ini dari para pendukungnya. Namun Tottenham memicu sesuatu yang hingga kini sulit dihentikan. Setelah tawuran dengan Tottenham, kelompok suporter Feyenoord lebih sering terlibat kerusuhan antar kelompok suporter.

Tercatat, pernah juga mereka bermasalah dengan Werder Bremen pada 3 November 1994. Selain itu, setelah pertandingan persahabatan melawan Bayer Leverkusen pada 30 Januari 1999, SCF merusak fasilitas BayArena karena pihak keamanan meminta mereka untuk tetap tinggal di stadion hingga semua pendukung Leverkusen meninggalkan lokasi.

Di dalam kota Feyenoord sendiri, SCF memiliki perselisihan dengan kelompok pendukung Sparta Rotterdam. Sparta menyanjung Ajax sebagai people’s club yang sebenarnya. Sebagai gantinya, Ajax selalu memandang Sparta sebagai kesebelasan Rotterdam yang sebenarnya.

Namun bukan berarti SCF tak punya kawan. Satu kesebelasan lain kota Rotterdam, Excelsior, adalah teman mereka.

Komentar