Ketika Chomsky, dkk., Menuntut FIFA Menghukum Federasi Israel

Cerita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Ketika Chomsky, dkk., Menuntut FIFA Menghukum Federasi Israel

(Sepakbola) Israel pernah kalah. Mereka terpaksa meninggalkan Asia dan bergabung dengan Oseania. Kemudian Israel menjadi bagian dari UEFA. Setelahnya Israel mendapatkan dukungan dari Sepp Blatter. Lupa sudah Israel rasanya kalah. Dan Noam Chomsky, salah satu pemikir paling ternama di dunia yang terang-terangan mendukung Palestina, cukup realistis memandang kemungkinan menang melawan Israel. Sulit, memang, mengalahkan Israel ini.

Termasuk di antara negara-negara yang pernah menolak bertanding melawan Tim Nasional Israel sebagai bentuk protes terhadap kejahatan perang yang dilakukan Israel adalah Indonesia, yang bisa saja sudah pernah tampil di Piala Dunia jika tetap menjalani pertandingan melawan Israel pada putaran kedua Kualifikasi Piala Dunia Zona Asia, 1958 lalu.

Indonesia lebih memilih kemanusiaan daripada sepakbola. Sama halnya dengan banyak negara Asia lainnya. Pada akhirnya keanggotaan Israel di Asian Football Confederation dicabut. Sempat bergabung dengan Oceania Football Confederation, Israel menyerah karena alasan geografis. UEFA menerima Israel pada 1994.

Penolakan terhadap Israel tidak begitu saja berhenti dengan bergabungnya mereka di zona Eropa. Selama Israel masih melakukan kejahatan kemanusiaan, dukungan terhadap Palestina akan tetap berdatangan. Begitu pula dengan desakan-desakan untuk menghentikan Israel. Stadion-stadion sepakbola juga ikut menjadi saksi penyuaraan dukungan untuk Palestina.

Korban-korban kejahatan kemanusiaan Israel termasuk para pelaku sepakbola. Baca juga tulisan-tulisan kami yang lain:

Pesepakbola Cilik yang Bermain di Pantai pun Turut Dibom Israel

Lagi-lagi, Pesepakbola Palestina Tewas Karena Serangan Israel

Penculikan-Penculikan yang Menimpa Para Pemain Bola



Namun pergerakan lewat sepakbola begitu terbatas. Politik tidak punya tempat di sepakbola, katanya. Tiga kesebelasan Skotlandia bahkan sampai menerima hukuman karena mendukung Palestina. Namun itu tidak menghentikan usaha banyak orang untuk menuntut keadilan. Yang terbaru, muncul petisi untuk menuntut penjatuhan skors terhadap Israel saat pelaksanaan Kongres FIFA, 29 Mei nanti.

Palestina meminta FIFA untuk mengeskors Israel karena Israel membatasi pergerakan sepakbola Palestina di wilayah Palestina sendiri. Tim Nasional Palestina tidak dapat secara bebas bergerak dan beraktivitas karena Israel. "Kongres seharusnya memojokkan Israel – angkat kartu merahnya – dan beri tahu mereka: ‘taati peraturan atau keluarÂÂ’," ujar Jibril Rajoub, Kepala Federasi Sepakbola Palestina.

Hasilnya mudah ditebak. Usaha Palestina akan kembali menemui kegagalan. Mereka mungkin memiliki banyak dukungan dari seluruh dunia, namun Israel memiliki dukungan dari Blatter. Menanggapi klaim Palestina, Blatter mengunjungi Israel dan Palestina untuk berusaha mendamaikan kedua negara dan meyakinkan dunia bahwa Israel tidak melanggar aturan FIFA. Sepp Blatter telah bertemu dengan para petinggi dan petinggi olahraga kedua negara pada Selasa (19/5) lalu.

Jika bukan karena dukungan Blatter, Ofer Eini selaku Presiden Federasi Sepakbola Israel tentunya tidak akan dengan percaya diri berkata bahwa politik tidak boleh disatukan dengan sepakbola. "Klaim Palestina berdasar kepada politik, dan kita harus benar-benar memisahkan politik dan sepakbola," ujar Eini dalam sebuah konferensi pers. Dan Blatter hadir pula bersamanya dalam konferensi pers.

Mencabut keanggotaan Israel dari FIFA bukanlah perkara mudah. Sama sulitnya dengan usaha untuk menyudahi kejahatan perang mereka. Noam Chomsky, seorang pemikir besar yang terkenal getol menguak topeng-topeng kemunafikan negara besar (termasuk Amerika), terang-terangan mendukung Palestina dan mendakwa Israel telah melakukan diskriminasi dalam sepakbola. Namun ia sendiri sadar bahwa mengalahkan Israel tidak mudah. Apa lagi jika pendekatan yang dilakukan salah. Secara khusus Chomsky menyoroti sebuah pergerakan bernama BDS (Boycott, Divestment and Sanctions).

Satu hal yang disoroti Chomsky adalah, BDS menyamakan kejahatan perang Israel dengan rasisme apartheid yang pernah terjadi di Afrika Selatan. Kemenangan melawan apartheid, menurut Chomsky, dapat diperoleh karena pada 1960, para investor besar telah meninggalkan Afrika Selatan. Sementara saat ini, dukungan dana dan kekuatan dari Amerika Serikat malah memasuki Israel.

Melalui pernyataan sikap yang ditandatangani beberapa nama tenar, selain Chomksy, seperti sutradara Ken Loach, sastrawan John Berger, jurnalis kawakan John Pilger dan belasan nama lain, mereka menuntut FIFA agar memenuhi tuntutan federasi sepakbola Palestina agar menghukum IFA, federasi Israel, yang dianggap banyak melakukan tindakan diskriminatif dan rasialis. Chomsky, dkk., menyebut FIFA tidak bertindak apa-apa kepada prilaku diskriminatif dan rasialis para pengampu sepakbola Israel.

Mereka menyebut Beitar Jerussalem FC yang menolak memainkan pemain-pemain Arab tidak pernah mendapatkan peringatan apalagi hukuman. Mereka juga menyinggung pembiaran yang dilakukan IFA terhadap klub yang berasal dari pemukiman ilegal yang masih menjadi sengketa. Juga mempraktikkan pemisahan rasial dalam liga anak-anak.

"FIFA berhutang kepada semua warga Palestina untuk menegakkan hak-hak mereka guna sepenuhnya mengakses sepakbola," demikian salah satu pernyataan sikap Chomsky, dkk.

Komentar