Masyarakat Indonesia benar-benar beruntung karena bisa menyaksikan pertandingan Liga Inggris lebih âsoreâ. Padahal, biasanya pertandingan liga-liga di Eropa dimulai sejak tengah malam, waktu Indonesia barat.
Pembukaan Liga Inggris misalnya, digelar pukul 18.45, bahkan sebelum adzan Isya di Jakarta berkumandang. Melihat perbedaan waktu sekitar enam jam, berarti pertandingan dilangsungkan pukul 12.45 waktu London.
Serius? Ya, Liga Inggris harus tunduk pada pasar Asia, yang menjadi penyumbang revenue terbesar dari hak siar. Tidak ada yang bisa menentang kebijakan ini. Jika ingin uang, mereka mau tidak mau harus main di siang bolong. Hal ini telah menjadi kebiasaan sejak sepuluh tahun silam, di mana pertandingan Liga Inggris dimulai saat matahari tengah terik-teriknya.
Lantas, kapan sebenarnya waktu yang tepat bagi pesepakbola untuk bermain? Belum ada waktu yang tepat, karena olahraga biasanya dilakukan pada pagi hari. Kini yang bisa diketahui adalah kapan waktu terbaik bagi penonton sepakbola untuk datang dan menyaksikan ke stadion. Jawabannya: pukul tiga tiap Sabtu sore.
Penggemar sejarah sepakbola serta penulis buku A History (2013), Susan Gardiner, memiliki alasannya. Menurutnya, pertandingan pukul tiga pagi erat kaitannya dengan sejarah aturan kerja di Inggris pada awal abad ke-20.
Susan sebenarnya jengah dengan jadwal tim kesayangannya, Ipswich Town. Ia merasa jadwal yang dikeluarkan bertentangan dengan kebiasaan para suporter untuk hadir di stadion. Dalam pertandingan Derby menghadapi Norwich City, aparat keamanan dan pihak yang berwenang, berencana memindahkan laga ini karena dianggap berpotensi menghadirkan masalah dan kerusuhan.
Ia menganggap alasan ini tidak logis karena jarak antara Ipswich dan Norwich sekitar 40 mil. Selain itu, pengubahan jadwal menjadi pukul tiga pada hari Selasa akan mengurangi jumlah penonton yang hadir ke stadion. Namun, memang benar resiko terjadinya kekerasan bisa dihindari.
Ini karena sebagian penonton sepakbola Inggris adalah kelas menengah yang bekerja sebagai buruh. Di tengah pekan, mereka tidak pulang dari tempat kerja pukul tiga sore, tapi hingga pukul lima.
Sebelumnya, pertandingan akan dilangsungkan pada pukul sebelas di hari Minggu. Pihak berwenang menganggap keputusan ini akan efektif karena suporter tidak akan mabuk saat matahari tengah terik-teriknya. Selain, itu mereka pun akan lebih religius karena pergi ke gereja pada pagi harinya.
Semuanya berubah saat Sky, jaringan siaran di Inggris, menjadi pemilik hak siar liga. Mereka mengubah jadwal sesuka hati. Ini sekaligus mengubah kebiasaan klub yang baru promosi. Contohnya Middlesbrough, Hull City, dan Stoke City.
Penggemar Middlesbrough sempat komplain karena hingga bulan Februari, atau pada pertengahan musim, mereka belum pernah memainkan laga tanggal pada pukul tiga sore di hari Sabtu. Padahal ini adalah jam-jam keramat bagi klub yang biasa bermain di lower league.
Ternyata, ada alasan di balik mengapa pertandingan seharusnya dimainkan pada pukul tiga sore. Ini tidak lain karena alasan historis. Di awal abad ke-20, terdapat peraturan bahwa buruh tidak boleh bekerja setelah pukul dua pada hari Sabtu. Percaya atau tidak, setelah aturan ini dibuat, sepakbola menjadi olahraga dengan penonton yang banyak.
Pemilihan jadwal ini tidak lepas dari faktor jarak antara penggemar dengan stadion. Mereka bisa menyiapkan jadwal setelah jam makan siang, untuk bergegas bertemu rekan-rekan mereka di bar, sebelum berangkat ke stadion. Penggemar tim lawan pun akan diuntungkan, karena tidak harus bolos terlalu lama.
Susan menganggap menyaksikan pertandingan pukul tiga sore di hari Sabtu adalah tradisi yang kuno. Tidak semua tradisi pantas dipertahankan, tapi yang ini, adalah sebuah keharusan.
Memang menjadi dilema bagi klub kecil yang berlaga di Liga Inggris. Jika tidak menghadapi klub besar, maka jadwal mereka pun akan disishkan. Namun, mau bagaimana lagi, toh pemasukan dari hak siar pun sudah tergolong besar.
Selamat rakyat Inggris, kini Asia yang mendikte (tradisi) kalian!
Sumber ilustrasi gambar: wikipedia.org
Komentar