Beberapa waktu ke belakang, nilai transfer sejumlah pemain yang samar terdengar di telinga melonjak drastis. Pemain sekelas Luke Shaw pun dihargai hampir 30 juta pounds. Selain penggemar Southampton dan gamers FIFA ataupun Football Manager, Luke Shaw adalah sebuah kejutan. Tapi kejutan memang tak pernah berhenti, sejumlah pemain dianggap overpriced, terlalu mahal untuk seseorang yang belum terbukti kualitasnya.
Tim sekelas Everton pun dikabarkan mengikat Romeru Lukaku seharga 28 juta pounds. Sebuah pengeluaran yang terlampau banyak bagi tim yang tidak berlaga di Liga Champions.
Padahal, uang sebesar itu masih sanggup untuk dikonversi menjadi sebuah kawasan akademi sepakbola di Liverpool. Dengan 28 juta pounds, setidaknya Everton dapat membangun kompleks sekolah sepakbola elit. Meski berperan besar dalam menunjang permainan Everton musim lalu, toh lesakan gol Lukaku masih setara dengan pemain seharga 7 juta pounds asal Southampton, Jay Rodriguez.
Di kota seberang, Manchester City dikabarkan hampir merekrut Eliaquim Mangala. Tak ada yang mengejutkan dari bek Porto ini kecuali harganya yang mencapai 32 juta pounds.
Kenaikan harga ini membuat peluang klub dengan dana yang tak seberapa, kesulitan untuk merekrut pemain âbiasa-biasaâ sekalipun. Pemain incaran mereka dibanderol kelewat mahal. Belum lagi jika sang pemain meminta gaji di atas rata-rata.
Jika pembelian pemain berdasar pada alasan investasiâLuke Shaw misalnya, harga 30 juta pounds masih dianggap terlalu mahal. Tapi hal ini tidak berlaku pada James Rodriguez. Ketika top skorer Piala Dunia 2014 ini ditransfer dari Porto ke AS Monaco seharga 45 juta euro, hampir tak ada yang menyinggung investasi Monaco tersebut akan berhasil.
Proses transfernya jauh dari hingar bingar. Malah, sempat terdengar jika Monaco kecele karena bukan tidak mungkin kemampuannya tak sebanding dengan banderol harga. Siapa pula yang mau membeli pemain yang hingga usia 22 tahun belum bermain di Piala Dunia, tapi dibanderol 45 juta euro? Tapi, Piala Dunia 2014 adalah pembuktian. Menjadi sebuah kewajaran ketika akhirnya Real Madrid membelinya dengan harga hampir dua kali lipat. âInvestasiâ Monaco pun berhasil.
Ada sisi positif dari inflasi harga pemain di Eropa, khususnya Liga Inggris. Klub dapat lebih memikirkan potensi jangka panjang dari pemain binaan. Southampton bisa disebut sebagai salah satu klub yang sukses membina pemain. Meski pada tujuan akhirnya bukan pada kejayaan klub, melainkan untuk dijual kembali.
Chelsea dapat disebut sukses dengan âBelgian Scoutingnyaâ. Mereka menjual Lukaku dan Kevin De Bruyne dengan total 45,5 juta pounds. Sementara musim ini, Southampton menjual Rickie Lambert, Adam Lallana, dan Luke Shaw dengan total 59 juta pounds.
Penggunaan pemain binaan akademi, selain menghemat biaya transfer, juga diharapkan dapat menumbuhkan sisi emosional antara pemain dan klub. Tentu saja, hal ini juga dapat menambah komposisi pemain asli Inggris yang berlaga di divisi teratas.
Mahalnya harga pesepakbola diharapkan menyadarkan para pemegang kebijakan di klub untuk lebih memaksimalkan potensi, setidaknya di home ground mereka.
Sumber gambar: ASM-fc.com
[fva]
Komentar