Maresca yang Mengusik Il Toro

Cerita

by Redaksi 41

Redaksi 41

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Maresca yang Mengusik Il Toro

Torino Football Club merupakan sebuah kesebelasan sepakbola di Italia yang bermarkas di kota Turin, Italia. Kesebelasan yang berjuluk “Il Toro” yang berarti Si Banteng ini berdiri pada 3 Desember 1906 dengan nama Football Club Torino. Berdirinya Torino diawali dari perpecahan yang ada dalam internal Juventus FC. Presiden Juventus saat itu, Alfredo Dick, kesal dengan rencana pemindahan markas kesebelasan ke luar kota Turin. Dick kemudian memutuskan untuk hengkang dari Juventus.

Setelah hengkang dari La Vecchia Signora, Alfredo Dick mendirikan kesebelasan baru yang bernama Torino FC. Ia juga membawa beberapa pemain dari Juventus. Setelah Torino berdiri, terjadi rivalitas yang sengit antara di kota Turin. Pertandingan derby kota Turin antara Juventus dan Torino dikenal dengan sebutan Derby della Mole. Partai Derby della Mole yang pertama terjadi pada 16 Desember 1906. Ketika itu Il Toro berhasil mengalahkan Juventus dengan skor 2-1.

Laga Derby della Mole selalu membangkitkan gairah dan semangat yang berbeda dari laga-laga lainnya. Tidak hanya pendukung dari kedua kesebelasan yang merasakan gairah di laga derby tertua di tanah Italia ini. Pemain pun akan turut masuk kedalam suasana perselisihan ketika di dalam lapangan. Dalam pertemuan kedua kesebelasan asal kota Turin yang terjadi di putaran kedua musim 2001/2002, ketika Torino berstatus tuan rumah,tergelarlah drama yang unik. Sebuah drama yang selamanya akan menyebut nama Enzo Maresca.

Pada pertandingan itu Juventus unggul 1-0 terlebih dahulu pada menit 10' melalui David Trezeguet. Gol yang membuat tifosi Torino terdiam sejenak hingga babak pertama usai dan Juventus unggul 1-0. Usai turun minum, pertandingan semakin panas. Marco Ferrante berhasil menyamakan kedudukan 1-1 di menit 64'. Ferrante merayakan golnya dengan meletakkan dua jari telunjuk di kepala seolah-olah banteng yang mengamuk.

Baca juga: Saat Torino Sejajar dengan Juventus

Gol Ferrante itu bikin publik tuan rumah kembali bergairah. Serangan demi serangan terus dilancarkan Il Toro. Setelah cukup lama mengempur Bianconeri, akhirnya Torino mampu membalikan keadaan menjadi 2-1 pada menit 80. Gol Benoit Cauet membuat Stadion seakan mau meledak dengan sorak-sorai pendukung Torino yang mengira laga akan berakhir dengan kemenangan mereka.

Tapi nanti dulu, di penghujung laga Si Nyonya Tua memaksa skor menjadi imbang 2-2. Adalah Enzo Maresca yang membobol gawang Torino pada menit 89' melalui sundulan dari tepi luar kotak penalti usai menerima umpan silang terukur Lilian Thuram dari sisi kiri pertahanan Torino.

image1
Perayaan Gol Ferrante yang Kemudian Ditiru Maresca (finanzaonline.com)

Usai mencetak gol terjadi hal unik, Maresca merayakannya dengan selebrasi menirukan gaya selebrasi Ferrante. Maresca seolah mengejek Torino dengan selebrasi bantengnya, meletakkan dua jari telunjuk di kepala sambil menyeruduk sana-sini seolah banteng ngamuk. Perayaan gol Maresca pun membuat Ferrante kesal dan mengakibatkan sedikit perselisihan di akhir pertandingan hingga kedua pemain tersebut terlibat insiden saling meludah.

Akibat aksi ekstrim yang dilakukannya itu, saat derby berakhir Maresca kesulitan untuk keluar dari stadion Delle Alpi. Ia pun sampai harus diselamatkan dengan menggunakan mobil dari pihak keamanan pertandingan. Bahkan kemarahan pendukung Torino dengan aksi Maresca masih berlanjut di keesokan harinya dengan memberikan sebuah pesan yang berupa ancaman pembunuhan.

Meskipun mendapat berbagai ancaman, Maresca diakui sebagai pemain yang berani bagi para pendukung Juventus. Dan berkat aksinya tersebut, nama Maresca selalu didengungkan untuk mengusik pendukung Torino ketika mereka kembali bertemu di musim selanjutnya.

Cerita tentang perselisihan kesebelasan yang bertetangga akan selalu menjadi kisah yang didengungkan setiap kali kedua kesebelasan berhadapan. Torino dan Juventus bukanlah satu-satunya kesebelasan di satu wilayah yang terus merawat permusuhan hingga turun temurun ke anak dan cucu.

Baca juga kumpulan-kumpulan gesture pemain sepakbola yang berakhir dengan hukuman



Komentar