Mengabadikan Anderson dan Nani sebagai Pahlawan Manchester United

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Mengabadikan Anderson dan Nani sebagai Pahlawan Manchester United

Bursa transfer musim panas 2015 membuat Luis Nani harus angkat kaki dari Manchester United. Tujuh musim kebersamaannya berseragam United berakhir setelah United melepas Nani ke Fenerbahce dengan nilai transfer yang tak mencapai lima juta euro. Harga yang cukup murah.

Nani, menyusul kolega berbahasa Portugisnya di United, Anderson, yang lebih dulu hengkang pada awal 2015. Salah satu penghasil pundi-pundi euro bagi FC Porto ini dilepas setelah tujuh musim setengah membela United untuk kembali ke negara asalnya, Brasil, membela Internacional.

Keduanya memang dianggap tak lagi berguna bagi United yang tengah membangun kekuatan baru. Maka kepergian keduanya mungkin tak terlalu disesali para pendukung United. Meskipun begitu, pada suatu waktu dan secara bersamaan, kedua pemain ini pernah berjasa besar bagi keberhasilan United yang rasanya cukup langka diraih dalam 10 tahun terakhir.

Ya, para pendukung Manchester United akan sepakat bahwa Anderson dan Nani bukanlah legenda Manchester United. Bahkan mungkin justru sebaliknya, keduanya merupakan dua nama yang sering "merugikan" United beberapa musim belakangan.

Anderson yang memiliki nama lengkap Anderson Luis de Abreu Oliveira, hanya mencatatkan 10 pertandingan saja dalam dua musim terakhir. Sementara Luis Carlos Almeida da Cunha atau Nani, mungkin akan diingat dengan step over-step over tidak pentingnya, yang membuatnya dipinjamkan ke Sporting Lisbon pada musim 2014/2015.

Catatan inilah yang membuat keduanya tak lagi membela United pada musim 2015/2016. Catatan inilah yang membuat United melupakan torehan Anderson yang pernah menjadi peraih Bola Emas pada Piala Dunia U-17 2005 dan peraih Golden Boy pada 2008. Catatan itu pula yang membuat United tak lagi mempertahankan Nani meski pernah menjadi pemain terbaik United musim 2010-2011.

Karena itu, pendukung United boleh merelakan kepergian Anderson dan Nani, hanya saja tak boleh melupakan jasa keduanya. Ini terkait atas apa yang keduanya lakukan pada final Liga Champions 2007/2008 saat United menghadapi Chelsea, di mana saat itu keduanya menjadi pahlawan United.

Ya, Anderson dan Nani pernah menjadi pahlawan United.

Keduanya masuk sebagai pemain pengganti. Nani, masuk pada menit ke-101 menggantikan Wayne Rooney. Sementara Anderson, masuk menggantikan Wes Brown, satu menit sebelum pertandingan berlanjut ke babak adu penalti.

Dua eksekutor United pertama, Carlos Tevez dan Michael Carrick, berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik. Namun penendang dari kubu Chelsea, Michael Ballack dan Julliano Belletti pun berhasil mengoyak gawang United, yang kala itu masih dijaga Edwin van der Sar.

Namun kegagalan Cristiano Ronaldo yang mejadi penendang ketiga United membuat United berada di ujung tanduk. Apalagi setelah kiper andalan Chelsea saat itu, Petr Cech, berhasil menggagalkan penalti Ronaldo, Frank Lampard yang menjadi eksekutor Chelsea berikutnya membuat Chelsea memimpin 2-3.

Owen Hargreaves memperpanjang nafas United pada tendangan keempat. Namun Chelsea kembali memimpin setelah tendangan kaki kiri Ashley Cole tak mampu dibendung Van der Sar.

Tibalah giliran Nani untuk mengeksekusi tendangan penalti. Nasib United untuk meraih trofi Champions saat itu berada di tangan pemain asal Portugal tersebut. Jika ia gagal, maka Chelsea-lah yang akan bersorak gembira merayakan kemenangannya.

Ia pun kemudian mundur beberapa langkah untuk mengambil ancang-ancang. Jaraknya dengan bola tak jauh berbeda dengan jarak yang ambil Ronaldo. Kemudian ia pun perlahan berlari kecil menghampiri bola, lalu melepaskan tembakan yang arahnya sama seperti arah tendangan Ronaldo yang gagal. Tapi untungnya, kali ini Cech gagal menahan bola untuk kedua kalinya.

United beruntung saat itu penendang kelima Chelsea gagal mengeksekusinya dengan baik. John Terry, terpeleset saat hendak melepaskan tembakan. Dorongan kakinya terhadap bola pun membuat bola mengarah ke samping gawang. Pertandingan pun semakin menegangkan.

Setelah Nani, giliran Anderson yang menjadi algojo penalti United. Hal ini tentunya cukup membuat laga menjadi lebih menegangkan mengingat Anderson hanya bermain satu menit di atas lapangan. Ia sama sekali tak menyentuh bola sejak turun ke lapangan. Dan jangan lupakan pula, saat itu Anderson masih berusia 20 tahun, mentalitas menghadapi tekanan belum teruji benar.

Anderson lantas mengambil ancang-ancang dengan bergerak mundur ke sebelah kanan. Ia mengambil ancang-ancang hingga ke luar garis kotak penalti. Tampaknya ia hendak menendang bola sekeras mungkin.

Tapi jangan ragukan tembakan Anderson saat itu. Tendangan kaki kirinya itu, melesat keras ke sisi kanan gawang. Kecepatan bola yang meluncur deras pun tak mampu dihalau Cech. United membalikkan keadaan. United kini lebih berpeluang menjadi juara.

Namun ternyata, bukan Anderson yang menjadi penutup laga ini, melainkan Ryan Giggs. Setelah Anderson, eksekutor Chelsea, Salomon Kalou, membuat kedudukan kembali imbang. Sedangkan setelah Giggs, tendangan Nicolas Anelka berhasil digagalkan Van der Sar. United pun meraih trofi Liga Championsnya yang ketiga.

Anderson dan Nani (di samping Van der Sar dan Tevez) saat merayakan gelar juara Liga Champions 2007/2008. (via: ronaldo7.net)
Anderson dan Nani (di samping Van der Sar dan Tevez) saat merayakan gelar juara Liga Champions 2007/2008. (via: ronaldo7.net)

Dari sini terlihat bahwa Nani dan Anderson bisa disebut sebagai pahlawan kemenangan United. Eksekusi Nani berhasil menghindarkan United dari kekalahan, sementara tendangan Anderson, membuat situasi saat itu berbalik yang kemudian diakhiri oleh tendangan Giggs dan gagalnya Anelka.

Perlu diketahui, trofi Liga Champions merupakan trofi yang cukup sulit berhasil United raih. Dalam lima belas tahun terakhir, hanya trofi Liga Champions 2007/2008 itu saja yang berhasil diraih United meski seringkali menjadi juara Liga Primer Inggris. Sebelum trofi itu, terakhir kali United mengangkat Si Kuping Besar  pun terjadi nyaris 10 musim sebelumnya, pada musim 1998-1999.

Cukup mengagumkan sebenarnya keberanian Fergie menunjuk Nani dan Anderson sebagai penendang penalti. Nani masih muda, baru 22 tahun saat itu, jam terbang belum terlalu banyak, dan baru bermain kurang dari 20 menit. Ditunjuk sebagai eksekutor kelima alias terakhir pula. Begitu juga Anderson. Bahkan dia sama sekali tak menyentuh bola karena bermain hanya sekitar 1 menit sebelum perpanjangan waktu berakhir.

Ini mungkin momen kecil yang bisa menjelaskan kepercayaan Ferguson, bukan hanya kepada keduanya, tapi juga kepada para pemain muda. Tidak banyak manajer yang berani mempertaruhkan trofi dengan menunjuk pemain-pemain muda, di adu tendangan penalti dalam laga segenting final Liga Champions. Toh Fergie melakukannya. Dan perjudiannya berhasil.

Tapi Fergie agaknya harus mengakui bahwa ia tak berhasil meningkatkan penampilan dan kemampuan Nani dan Anderson hingga level yang diharapkannya. Apa boleh buat, toh bukan kali itu saja Fergie gagal mengolah pemain muda menjadi pemain top.

Penampilan mengecewakan keduanya pada beberapa musim terakhir boleh jadi aib bagi keduanya, yang pada awal kedatangannya digadang-gadang akan menghuni susunan pemain United dalam satu dekade berikutnya. Tapi keberhasilan Anderson dan Nani dalam mengeksekusi penalti tersebut patut dikenang sebagai salah satu keberhasilan transfer United dalam mendatangkan keduanya, dengan total transfer yang mencapai 55,5 juta euro (Sebenarnya bersama Hargreaves yang juga didatangkan pada tahun 2007 oleh Sir Alex Ferguson dengan nilai transfer yang cukup mahal, 25 juta euro,  dan ikut ambil bagian dalam babak adu penalti tersebut).

Ya, bayangkan jika saat itu Nani dan/atau Anderson gagal. Sepertinya, beban keduanya menjalani karir di MU akan lebih berat. Lebih berat dari Nani yang disebut-sebut sebagai penerus Ronaldo di MU, lebih berat dari Anderson yang terus berurusan dengan staminanya selama berseragam MU (seperti yang terjadi saat ia membela Internacional beberapa waktu lalu).

Mungkin dengan keberhasilan Nani dan Anderson mengeksekusi penalti itu, keduanya memiliki cerita indah yang bisa dibagikan bagi anak cucunya, dan juga bagi pendukung United. Ya, hanya dengan begitulah cara kita, atau khususnya pendukung United, memahami Anderson dan Nani sebagai pahlawan United dalam ingatan.

Sebab karir boleh saja buruk dan menyedihkan, tapi ingatan dan kenangan kadang bisa langsung bekerja mengabadikan sesuatu hanya karena satu momen saja. Dan Anderson serta Nani punya satu momen itu.

foto: acffiorentina.com

Komentar