Fiorentina tak butuh waktu lama untuk mendapatkan pengganti Vincenzo Montella yang dipecat pada akhir musim lalu. Direksi kesebelasan berjuluk Viola itu langsung menyiapkan tiga nama yakni Giampiero Ventura, Roberto Donadoni dan Paulo Sousa untuk membesut Fiorentina musim depan.
Jika melihat torehan prestasi, nama Paulo Sousa terlihat lebih mentereng. Ia pernah mempersembahkan gelar juara liga bagi tiga kesebelasan dari tiga kompetisi berbeda: Videoton (Hungaria), Maccabi Tel Aviv (Israel) dan FC Basel (Swiss). Selain itu, Sousa pun sudah kenyang pengalaman melatih karena pernah melatih Portugal U-16, dan tiga kesebelasan Liga Inggris: Queens Park Rangers (QPR), Swansea City dan Leicester City.
Sousa mencapai level kepelatihan di usia yang masih tergolong muda. Pria kelahiran Viseu, Portugal, 44 tahun silam ini sudah paham perbedaan atmosfer di tiap negara yang pernah dilatihnya.
Bagi penggemar Fiorentina, penunjukkan Sousa diliputi perasaan campur aduk antara optimisme dan ketakutan. Pertanyaannya adalah meungkinkah Fiorentina akan menuju baru sama seperti visi misi direksi atau justru kembali ke hari-hari gelap yang ingin sesegera mungkin dilupakan publik Florence.
Kekhawatiran itu sudah muncul sejak Sousa menginjakan kaki di Florence. Tidak ada penyambutan spesial yang diterima Sousa. Justru sebuah spanduk dari Ultras 1926 di Curva Fiesole mengungkit masa lalu Sousa ketika masih menjadi pemain Juventus, "Dia harus dibersihkan dari waktunya di Turin."
Baca juga : Deretan Kisah Kebencian Fiorentina kepada Juventus
Tapi dengan tegas ia mengatakan kepada media agar para pendukung Fiorentina segera melupakan masa lalunya saat berseragam Juventus. "Saya mengerti tentang fans yang mengingat saya untuk masa lalu saya di Juventus, tapi saya ingin kalian mulai berpikir tentang saya untuk bekerja di Florence dan untuk hasil yang memuaskan. Saya sangat senang tentang kepercayaan Fiorentina kepada saya," kata Sousa.
Gaya Sepakbola Menyerang Ala Sousa
Di Serie-A, Sousa mesti menaruh perhatian lebih pada pertahanan. Ini jelas berbeda dengan dirinya yang lebih senang bermain menyerang. Namun, itulah yang membuat instruksi Sousa menjadi lebih menarik.
Strategi menyerangn Sousa sedikit mirip dengan gaya Zdenek Zeman, pelatih asal Ceko, yang dikenal dengan istilah "Zemanlandia". Permainan cepat dengan memasuki pertahanan lawan setelah bola berhasil dicuri lawan melalui tekel agresif, pressing tinggi, serta menguasai daerah pertahanan lawan dengan jumlah pemain lebih banyak, gemar diterapkan pada kesebelasan besutannya.
Gaya yang diterapkan Sousa pada musim lalu berhasil membawa Basel menjadi juara Liga Super Swiss dengan torehan 84 gol dari 36 pertandingan.
Di sisi lain, Basel di tangan Sousa pun kuat dalam bertahan. Ini terbukti karena mereka menjadi kesebelasan paling sedikit kebobolan dengan 41 gol. Pada debutnya di Fiorentina, mereka mengandaskan kesebelasan lokal Florence, Trentino dengan 10 gol tanpa balas.
Namun, penting diingat bagi Sousa karena Serie A tidak seperti liga-liga lain yang pernah dilakoninya. Cara membangun pertahanan menjadi faktor vital untuk memandu Fiorentina meraih hal yang lebih besar. Ketika bersama Basel memang hanya kebobolan 41 gol yang menjadi paling sedikit tapi di Liga Super Swiss. Tapi di Serie-A saja Juventus mampu mencetak 72 gol dengan kebobolan lebih sedikit ketimbang basel yaitu sebanyak 24 kali pada musim lalu.
Walau pun era baru ingin dibangun Fiorentina, rasanya bagi Sousa juga tidak perlu terburu-buru karena hal pertama yang mesti dipelajarinya adalah adaptasi keseimbangan penyerangan dan pertahanan. Bukan tidak mungkin Viola akan tetap jalan di tempat jika Sousa mengabaikan hal itu.
Dirinya juga pelan-pelan harus bisa merubah filosofi sepakbola menyerang Montela yang cenderung lambat yang diterapkan sejak 2012. Maka Sousa dirasa perlu membuat keseimbangan itu agar sepakbola menyerangnya bisa dinikmati para pemain dan pendukung Fiorentina lebih khidmat.
Strategi Transfer Santai Sousa
Sousa datang ke Fiorentina dalam kondisi pincang. Skuat yang menempati peringkat empat klasemen akhir Serie-A musim lalu itu ditinggal beberapa pilarnya seperti Stefan Savic (Atletico Madrid), Mario Gomez (Besiktas), Norberto Neto (Juventus), David Pizarro (Wanderers), Juan Vargas, Alberto Aquilani dan Mounir El Hamdaoui pun bebas tidak memperkuat kesebelasan manapun.
Sejauh ini sebagai penggantinya mereka baru merekrut Gilberto dari Botafogo, Mario Suarez dari Atletico Madrid dan meminjam Luigi Sepe dari Empoli setelah memperlihatkan performa menjajikan pada musim lalu.
Baca juga : Belajar Tanpa Henti Ala Maurizio Sarri
Wajar, sebetulnya Fiorentina sedang mengalami masa sulit dari segi keuangan. Setiap musim saja selalu ada penjualan pemain pentingnya mulai dari Matija Nastasic dijual ke Manchester City pada 2012, Stevan Jovetic menyusul Nastasic dan Adem Ljajic ke AS Roma pada 2013. Terakhir, Juan Cuadrado terpaksa dilego ke Chelsea pada bursa transfer Januari 2015.
Khusus pada transfer musim panas ini harus melego Stefan Savic yang menjadi pemain penting selama musim lalu ke Atletico Madrid walau mendapatkan Mario Suarez sebagai penggantinya.
Kendati demikian Sousa mendapatkan bonus terbesar dari kembalinya Guiseppe Rossi yang cedera telah pulih dan siap untuk bermain. Setidaknya Rossi akan lebih membantu Sousa menambah ketajaman di lini depan.
Sementara itu Fiorentina bukan berarti tanpa target pada tranfer musim ini. Viola juga mengincar beberapa nama seperti Mario Balotelli (Liverpool), Mattia Destro (AS Roma), Davide Astori (Cagliari, eks pinjaman AS Roma) dan Davde Santon (Internazionale Milan).
***
Sousa memiliki pekerjaan sulit di tangannya. Mengingat ia banyak berhutang pada masa lalu sebagai pesepakbola di Liga Italia. Dahulu ia merupakan pemain tengah pemikir nan cerdas yang mempertahankan gelar Liga Champion berturut-turut ketika berganti kostum dari Juventus ke Borussia Dortmund.
Pada intinya memang cukup sulit untuk mencapai posisi yang sama ketika di bawah arahan Montella musim lalu. Kompetisi di Serie-A pun dimulai begitu ganas pada jadwal musim ini bagi Fiorentina itu sendiri. Bahkan pada pertemuan pertama di Serie-A harus langsung berhadapan dengan AC Milan pada awal kiprahnya, kemudian berikutnya menantang Inter Milan, Napoli dan AS Roma sebelum Oktober berakhir.
Perlu disimak seperti apa ilmu-ilmu Sousa dari berbagai negara ketika menangani Fiorentina di Serie-A, liga yang membesarkan namanya semasa masih menjadi pemain. Jika tidak mampu memuaskan para suporter dan direksi, siap-siap saja posisinya di kursi kepelatihan Fiorentina akan disalip Donadoni.
Sumber : ESPN, Football-Italia, Transfermarkt, Wikipedia,
Komentar