Menyambut Kekalahan Pertama Bayern

Cerita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Menyambut Kekalahan Pertama Bayern

Ketika André Schubert ditunjuk menjadi pelatih kepala sementara, Borussia Mönchengladbach berada di peringkat terbawah tanpa satu poin pun dari lima pertandingan yang telah mereka jalani. Bersama Schubert, peruntungan Mönchengladbach berubah. Dalam sembilan pertandingan mereka mengumpulkan 23 angka; tujuh kali menang dan dua kali bermain imbang. Dengan itu mereka naik ke peringkat empat.

Faktanya, raihan poin Mönchengladbach dari pekan keenam hingga ke-14 lebih banyak dari kesebelasan Bundesliga mana pun kecuali Bayern München, yang selama rentang waktu tersebut mengumpulkan 25 angka. Saya sendiri merasa Mönchengladbach di bawah asuhan Schubert begitu bagus, sangat bagus sehingga satu-satunya kesebelasan yang mungkin mengalahkan mereka hanya Bayern (iya, Dortmund, hanya Bayern). Kedua kesebelasan akan bertemu Sabtu (5/12) ini pada pukul 21:30 WIB.

Mari lihat pertandingan ini dari sudut yang berbeda. Mönchengladbach melawan Bayern adalah André Schubert melawan Josep Guardiola. Kesamaan keduanya: belum pernah kalah di Bundesliga musim ini. Memang Schubert baru menjalani sembilan pertandingan sementara Guardiola sudah 14 (dan karenanya praktis lebih hebat dari Schubert); namun itu tidak membuat keduanya berbeda. Baik Schubert atau Guardiola sama-sama tidak terkalahkan sejak pertandingan Bundesliga pertama mereka musim ini. Akan menarik jika Guardiola yang lebih dulu terhenti catatan apiknya.

Itu bukan tidak mungkin terjadi. Alasannya bukan klise “tidak ada yang tidak mungkin dalam sepakbola”. Schubert punya potensi menjadi salah satu pelatih terbaik di Jerman dan hal tersebut terlihat pekan lalu. Selama beberapa lama saya percaya bahwa kembalinya Mönchengladbach ke jalur kemenangan adalah karena Schubert mengembalikan kepercayaan diri yang menguap, sebagaimana dikatakan Granit Xhaka, namun pertandingan pekan lalu membuktikan sebaliknya. Bukan tidak mungkin Pep akan kalah jika Schubert memilih taktik yang tepat. Schubert telah memilih taktiknya.

“Kami tentu saja tidak akan memainkan sepakbola atraktif, kami memiliki rencana jelas mengenai apa yang akan kami lakukan: bermain sedefensif mungkin, namun juga berani ketika menyerang dan menciptakan peluang-peluang kami sendiri,” ujar Schubert sebagaimana dikutip dari situs resmi Mönchengladbach. “Kami tidak boleh naif, bagaimanapun, dan jatuh ke dalam perangkap Bayern. Kami tidak akan terus bertahan, kami akan mengembangkan strategi untuk memastikan kami berbahaya ketika menyerang.”

Bukan tanpa alasan Schubert memilih bermain rapat; Bayer 04 Leverkusen pernah membayar mahal keputusan bermain terbuka. Bermain rapat adalah peluang terbaik Mönchengladbach untuk mencuri angka dari pimpinan klasemen sementara. Kualitas keduanya jauh berbeda; sangat jauh sehingga total gol Robert Lewandowski dan Thomas Müller sendiri saja hanya satu bola lebih sedikit dari total jumlah gol Mönchengladbach, yang sudah 28 kali mencetak gol.

Baik Lewandowski atau Müller, menariknya, tidak menganggap remeh Mönchengladbach walau Müller tetap mampu melihat peluang menang dari pertandingan ini. “Rangkaian pertandingan tanpa kekalahan mereka bagus untuk kami,” ujarnya sebagaimana dikutip dari situs resmi Bayern. “Semakin panjang rangkaian pertandingan tak terkalahkan, semakin besar kemungkinannya untuk terhenti. Kami percaya kami dapat mengakhiri rangkaian positif mereka.”

Kepercayaan diri yang baik, Thomas. Namun jangan lupa rangkaian pertandingan tak terkalahkan Bayern lebih panjang dari Mönchengladbach.

Komentar