Jose Mourinho, manajer Chelsea, berencana memboyong Joao Miranda dari Atletico Madrid jauh sebelum musim 2014/2015 akan dimulai. Dari waktu ke waktu pun nama Miranda terus dikaitkan sebagai salah satu incaran Chelsea.
Tapi Miranda seperti tidak tergoda. Ia mungkin belajar dari rekan senegaranya Filipe Luis, full-back kiri Chelsea, yang jarang mendapatkan kepercayaan Mourhinho sepanjang musim 2014/2015. Miranda menolak ketertarikan Chelsea, juga menepis rumor perihal ketertarikan duo Manchester yakni United dan City.
Di luar prediksi banyak orang, bek asal Brasil tersebut malah memutuskan melanjutkan karir di Serie-A bersama Internazionale Milan. Ia menyusul rekan lamanya di Atletico, Mario Mandzukic, yang sudah lebih dahulu hijrah ke Italia dengan bergabung bersama Juventus.
Kepergian bek berkepala plontos tersebut sesungguhnya kehilangan yang cukup berarti bagi Atletico. Diego Godin, tandemnya di jantung pertahanan Atletico, terang-terangan mengakui kepergian Miranda sebagai kehilangan yang tidak mudah.
"Miranda adalah pemain besar, akan menjadi kerugian serius bagi kami jika dia pergi," ungkap Godin.
Sejak kedatangan Miranda ke Rojiblancos, julukan Atletico, pada 2011, keduanya membentuk kemitraan yang kuat di lini belakang skuat asuhan Diego Simeone tersebut.
Sebenarnya Godin tidak perlu terlalu bersedih-sedih amat. Atletico sudah punya pengganti yang punya potensi menjadi pemain penting melalui sosok Jose Maria Gimenez. Ia terlihat percaya diri menjadi pemain utama Uruguay sepanjag gelaran Copa America 2015. Usianya pun masih sangat muda, baru 20 tahun.
Bagi para penggemar Atletico, ia merupakan pemain masa depan bersama Jan Oblak, Koke, Oliver Torres dan Antoine Griezmann. Gimenez pun diharapkan bisa menjadi pilar penting masa depan Rojiblancos seiring kian bertambahnya kematangan dan pengalaman yang terus meningkat.
Baca juga cerita-cerita menarik tentang Copa America 2015 dari sejarah sampai beberapa cerita lainnya pada tautan ini
Jadi, Godin bisalah untuk tidak berlarut-larut dengan kepergian Miranda yang ditebus Inter dengan harga transfer 10,5 poundsterling. Miranda memang menginginkan pengalaman dan atmosfir sepakbola yang baru, juga tantangan yang baru. Keberhasilan Miranda menjadi bagian skut yang sanggup memutus dominasi Real Madrid dan Barcelona di La Liga musim 2013/2014 agaknya sudah cukup baginya. Kini ia menjadi bagian dari proyek ambisius memutus dominasi Juventus di Serie-A.
"Rekan-rekan setimku dan aku ingin memutus dominasi Juventus di Italia. Musim depan akan menjadi tantangan. Kami ingin membayar kepercayaan yang sudah diberikan tim," tegas pria kelahiran 7 September 1984 tersebut.
Cerminan Miranda pada Inter Musim Lalu
Hampir sama seperti debat yang muncul di seputar harga pembelian rekrutan Inter yang lain, Jeffrey Kondogbia, dari AS Monaco, muncul juga diskusi mengenai layak tidaknya Miranda dibeli dengan harga 10,5 juta poundsterling? Apa yang salah dengan jumlah itu?
Bagi Erick Thohir, Presiden Inter, kedatangan Kondogbia dan Miranda bisalah dianggap jawaban dari serangkaian kritik yang dilancarkan pendukung Nerazurri, julukan Inter, terkait transfer pemain di era Thohir. Tidak sedikit Interisti yang tidak puas dengan kebijakan rekrutmen pemain. Kedatangan Xherdan Shaqiri, Macelo Brozovic dan Lukas Podolski pada transfer Januari 2015 dianggap tidak membawa dampak yang signifikan.
10,5 juta poundsterling, bagi situasi Thohir sekarang, agaknya tidak kelewat mahal. Memang benar, Miranda sudah tidak terbilang muda. Usianya telah mencapai 30 tahun, jelas tidak muda lagi. Namun Miranda bukan pemain sembarangan. Ia salah satu bek terbaik di Spanyol dalam beberapa musim terakhir. Dialah salah satu pemain yang paling bertanggungjawab dalam capaian Atleti di musim 2013/2014 yang hanya kebobolan 26 gol.
Pemain jebolan akademi Coritibia asal Brasil ini juga punya keunggulan yang tidak dimiliki Juan Jesus, bek Inter, dari segi duel udara. Pada musim lalu Miranda memenangkan duel udara dengan rataan 2,3 setiap pertandingan La Liga, sedangkan Juan Jesus cuma 1,7 setiap laga Serie-A musim lalu.
Miranda juga bisa memberikan pengalaman kepada para bek muda Nerazurri lainnya. Pengalamannya bersama Atleti dalam menghadapi pemain-pemain mahal Barcelona dan Madrid, juga pemain-pemain top Eropa yang berkiprah di Liga Champions, memberi jaminan kepada Mancini bahwa ia punya pemain belakang yang bisa diandalkan dari segi jam terbang.
Jika berjalan lancar, terutama soal adaptasi, Miranda bisa diharapkan akan membangun lini pertahanan yang solid bersama Jeison Murillo. Mancini mungkin sedang berharap duet Miranda-Murillo akan setangguh duet Miranda-Godin di Atleti.
Pertanyaannya: bisakah Miranda mempertahankan penampilannya sebaik seperti bersama Godin di Atleti?
Ia sudah tidak muda lagi. Tidak sedikit penggemar Inter yang teringat perjudian Inter merekrut Nemanja Vidic pada musim lalu yang jauh dari keberhasilan. Ditakutkan Miranda bisa senasib seperti Vidic yaitu sulit beradaptasi di Serie-A.
Kedatangannya pun bisa saja mengganggu kohesi dengan rekan-rekan kesebelasannya. Jika ia menjadi starter, bukan tidak mungkin Mancini akan mengorbankan  salah satu dari Juan Jesus atau Andrea Ranocchia yang merupakan kapten Inter saat ini.
Apa pun itu, Inter kini punya setidaknya dua bek dengan pengalaman kelas atas pada diri Miranda dan Vidic. Boleh saja Vidic dianggap gagal musim lalu, atau katakanlah tidak memuaskan. Tapi Vidic tetaplah Vidic, bek tangguh dengan segudang pengalaman, yang di momen yang tepat bisa sangat berarti.
Langkah Mancini merekrut Jeison Murillo juga bisa dianggap sebagai kompensasi yang pas dari rekrutan Miranda. Jika Miranda dianggap sudah cukup tua, Murillo masih berusia 23 tahun. Bek Kolombia itu masih punya kesempatan untuk mengembangkan dan mematangkan dirinya di bawah tempaan Mancini.
AC Milan juga tidak kalah dengan Inter sebagai rival sekotanya untuk menyambut musim depan. Berikut perkembangan cerita Milan sejauh ini.
Miranda sendiri tentu tak perlu mendengar terlalu banyak kritikan. Ia hanya perlu beradaptasi dengan sebaik-baiknya, juga secepat-cepatnya. Toh ia sudah mempertimbangkan keputusan hijrah ke Italia ini dengan sematang-matangnya.
Sebelum mengambil keputusan, Miranda sudah berkonsultasi dengan Philippe Coutinho (mantan pemain Inter yang sekarang bergabung dengan Liverpool), juga Kaka dan Thiago Silva sebagai mantan pilar AC Milan.
"Saya bertanya kepada Thiago, Kaka dan Coutinho dan mereka mengatakan dengan penuh antusias mengenai kota ini (Milan). Milan tampak seperti Madrid soal gaya hidup dan itulah yang berkontribusi kepada keputusan saya memilih Inter," tutur Miranda.
Sumber : AS, ESPN, Football Italia, Gazzetta dello Sport, Marca, SB Nation
Komentar