Musim 2006 yang Tak Terlupakan bagi Persekabpas Pasuruan

Cerita

by redaksi 51170

Musim 2006 yang Tak Terlupakan bagi Persekabpas Pasuruan

Tahun 2006 kisah tentang tim antah berantah yang menjadi "kuda hitam" di sepakbola Indonesia benar-benar terjadi. Saat itu, ada tim asal salah satu kota di Jawa Timur yang berhasil mengganggu kekuatan tradisional sepakbola Indonesia macam Persib Bandung, Persija Jakarta, PSM Makassar, PSMS Medan, PSIS Semarang, dsb. Tim itu bahkan berhasil menembus babak delapan besar LI XII 2006 dan melaju sampai ke babak semifinal.

Jika mungkin di Inggris sekarang ada nama Leicester City yang sudah mengganggu kemapanan tim tradisional Liga Inggris, dahulu, pada tahun 2006, di Indonesia ada tim serupa bernama Persekabpas Pasuruan. Tim asal Pasuruan dan bermarkas di Stadion Pogar Bangil ini pernah menjadi salah satu "kuda hitam" sepakbola Indonesia yang cukup disegani.

Dream Team Persekabpas Pasuruan 2006

Capture (3)

Itu adalah "Dream Team" milik Persekabpas Pasuruan yang berhasil membawa Persekabpas sampai ke babak semifinal LI XII 2006. Dilatih oleh salah satu pelatih kenamaan Indonesia, Subangkit, dan menggunakan formasi lazim sepakbola Indonesia saat itu, 3-5-2, mereka pernah berada di jajaran tim elit sepakbola Indonesia.

Di posisi bek, ada nama Murphy Kumonple. Bek asal Liberia yang juga pernah membela LISCR FC, klub asal Liberia ini menjadi pemimpin di lini pertahanan Persekabpas Pasuruan. Bersama dengan Heri Ismanto, pemain versatile yang pernah membela PSIS Semarang dan Jordy Kartiko, pemain kelahiran Tangerang ini, Murphy menggalang lini pertahanan Persekabpas.

Di posisi gelandang jangkar, ada gelandang bertahan Uilian Souza, pemain asal Brasil yang di musim sebelumnya bermain bersama Persib dan Fransisco "Pancho" Rotuno, pemain asal Kokinbo, Chile, yang sudah membela Persekabpas sejak musim 2003. Keduanya dengan baik menjaga tiga bek tengah Persekabpas ketika tim diserang dan menjadi titik awal serangan Persekabpas.

Di posisi gelandang serang, ada tiga pemain sentral yang menjadi kunci penyerangan Persekabpas Pasuruan. Di kiri, ada nama Siswanto, gelandang yang meroket namanya dan juga merupakan bagian timnas U-23 saat itu. Di kanan, ada nama M. Kasan Soleh, gelandang berkecepatan tinggi yang kerap menusuk dari sayap. Lalu, di posisi belakang striker, ada nama yang tidak perlu diragukan lagi dan pasti sudah anda kenal: Zah Rahan Krangar.

Zah Rahan adalah pemain timnas Liberia. Persekabpas Pasuruan adalah tim pertama yang ia bela di Indonesia, sebelum ia melanglang buana ke tim besar lainnya di Indonesia. Bersama Siswanto dan M. Kasan Sholeh, mereka bertiga adalah salah satu tridente gelandang serang terbaik saat itu.

Di posisi penyerang, ada nama Ahmad Junaidi dan Andik Andriansyah. Jangan juga lupakan Supaham dan Alfredo Figueroa. Bersama dengan tridente gelandang serang di atas, mereka bahu-membahu menciptakan 45 gol dalam musim tersebut (35 gol di babak penyisihan dan 10 gol di babak 8 besar). Capaian inilah yang mengantarkan mereka menjadi salah satu tim terproduktif di LI XII 2006 pada waktu itu.

Persekabpas saat itu juga ditopang dengan baik secara finansial oleh Bupati Pasuruan, Dade Angga. Bupati yang memang terkenal gila bola ini menganggarkan dana yang cukup besar dari APBD Pasuruan untuk Persekabpas di musim itu.

Perjalanan Menuju Semifinal

Setelah lolos dari babak penyisihan wilayah karena menghuni peringkat 4 Wilayah Barat, Persekabpas berhak maju ke babak 8 besar bersama dengan Persija Jakarta, Arema Malang , dan PSIS Semarang sebagai wakil dari Wilayah Barat. Persekabpas berhasil menyingkirkan nama-nama besar macam PSMS Medan dan Persib Bandung untuk merebut tempat tersebut.

Bersama dengan 4 tim lain dari Wilayah Timur, yaitu Persmin Minahasa, Persiba Balikpapan, PSM Makassar, dan Persik Kediri, Persekabpas berkompetisi di babak 8 besar LI XII 2006.

Babak 8 besar tersebut dibagi dalam dua tempat, yaitu di Stadion Manahan, Solo, untuk grup I dan Stadion Petrokimia Putra, Gresik, untuk grup II. Persekabpas sendiri tergabung di grup II bersama dengan Persmin, Persija, dan PSM. Dengan luar biasa, mereka mampu lolos ke babak semifinal setelah mengalahkan lawan-lawannya di babak 8 besar.

PSM mereka lumat 5-1. Persija Jakarta mereka gilas 3-1. Persmin yang sempat unggul 2-0, dikejar menjadi 2-2 di akhir-akhir babak. Dengan poin 7, mereka lolos ke babak semifinal sebagai juara grup II bersama dengan Persmin Minahasa sebagai runner-up grup II. Di babak semifinal, Persekabpas menantang PSIS yang saat itu dilatih oleh Bonggo Pribadi dan diperkuat oleh pemain-pemain kenamaan macam Suwita Patha, Fofee Kamara, Maman Abdurrahman, Imral Usman, Modestus Setiawan, Hari Salisbury, dan Indriyanto Nugroho.

Lalu, apa yang terjadi dengan Persekabpas Pasuruan di babak semifinal?

Semifinal, Kalah, dan Persekabpas Masa Kini

Di semifinal, PSIS menerapkan permainan yang tidak biasa. Rasa takut sang pelatih, Bonggo Pribadi akan tim Persekabpas membuat ia memasang sebuah strategi khusus; man-to-man marking. Modestus menjaga pemain muda lincah, Siswanto. Suwita Patha menjaga Zah Rahan, Alfredo Figueroa dijaga oleh Maman Abdurrahman. Sedangkan bek utama PSIS, Fofee Kamara, menjadi sweeper di lini pertahanan. Hasilnya?

Persekabpas tidak berkutik. Mereka sulit melancarkan serangan karena para andalan serangan mereka dimatikan. Alhasil, PSIS pun berhasil lolos ke babak final setelah mengalahkan Persekabpas dengan skor 1-0 lewat gol yang dicetak oleh Imral Usman di menit ke-10.

Usai kekalahan itu, era Persekabpas sebagai kuda hitam Liga Indonesia pun berakhir. Masa LI XIII 2007, Persekabpas sudah mulai tidak menggunakan APBD akibat Permendagri no. 13 tahun 2006, yang diperbarui menjadi Permendagri no. 21 tahun 2011, tidak mengizinkan klub sepakbola untuk menggunakan dana APBD. Hal ini benar-benar ditanggapi dengan serius oleh Bupati Pasuruan saat itu, Jusbakir Aldjufri, pengganti Dade Angga, apalagi Pasuruan sedang membutuhkan dana besar untuk relokasi RSUD Pasuruan saat itu.

Hal ini ditambah dengan hengkangnya pemain kunci mereka, Zah Rahan ke Sriwijaya FC. Zah Rahan yang bermain luar biasa di LI XII 2006 akhirnya memilih hengkang karena pengurus Persekabpas memang mengizinkan para pemainnya itu untuk hengkang.

Akhirnya, Persekabpas mengalah. Mereka main dengan pemain seadanya di LI XIII 2007 ini dan akhirnya tidak masuk ke ISL musim berikutnya. Mereka sempat berkutat di Divisi Utama, dan juga Divisi I. Sekarang, beredar kabar kalau Persekabpas main di Liga Nusantara. Benar-benar seperti The Wonders, band asal Amerika Serikat yang terkenal dengan satu lagu, dan langsung redup. Masuk semifinal sekali, LI XII 2006, namun setelahnya langsung redup. Persekabpas Pasuruan.

Tapi, redupnya Pasuruan ini bukan berarti kehidupan sepakbola Pasuruan mati suri. Laskar Sakeramania masih datang ke Stadion Pogar Bangil, Pasuruan. Mereka mendukung Persekabpas setiap kali mereka bermain, meski bermain dengan seadanya, setidaknya denyut nadi sisa dari kejayaan semifinal masih ada di hati para suporter.

(sf)

foto: songkran-thailand.appspot.com

ed:fva

Komentar