Pertandinagn semifinal antara Chelsea vs Barcelona yang dihelat pada 7 Mei 2009 waktu Indonesia lalu merupakan salah satu match yang paling mengundang perdebatan dalam satu dekade terakhir. Kepemimpinan wasit asal Norwgia, Tom Henning Ovrebo, yang menjadi sorotan.
Skor imbang 0-0 mewarnai pertemuan kedua tim pada leg pertama yang dilangsungkan di markas Barca, Camp Nou. Hal inilah yang menjadikan Didier Drogba dkk. tampil agresif sedari menit awal.
Hasilnya pun tidak buruk. Gelandang London Biru, Essien, sudah bisa mencetakk gol di menit ke-9. Victor Valdes yang bediri di bawah mistar tak kuasa menahan tendangan keras gelandang Chelsea asal Ghana itu.
Namun drama terjadi di penghujung laga.  Andres Iniesta yang berdiri bebas berhasil dengan mudah mampu menceploskan bola di menit 90+3. Papan skor pun berubah menjadi 1-1. Dengan hasil keunggulan gol tandang itu, Barca berhak lolos ke partai final dan bertemu dengan Manchester United.
Namun, tak hanya gol menit-menit akahir saja yang menjadi pemanis partai itu. Kepemimpinan Tom Ovrebo juga menjadi pemanis, dan mengundang perdebatan.
Bagaimana tidak, sepanjang pertandingan para pemain Chelsea beberapa kali mengajukan protes kepada wasit asal Norwegia itu. tujuannya satu: meminta penalti atas pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan pemain Barca.  Mulai dari  handsball Iniesta atau Pique, ataupun Didier Drogba yang berkali-kali dijatuhkan di kotak terlarang, namun tak juga mendapat mendapat tendangan penalti.
Itulah mengapa, sesaat setelah peluit panjang dibunyikan, Michael Ballack dan Didier Drogba masih saja mengejar wasit. Mereka hendak meminta kejelasan menyoal banyaknya keputusan wasit yang merugikan kubu The Blues.
Ya, hari itu, 7 Mei 2009, menjadi hari yang memilukan untuk pendukung The Blues. Namun menjadi hari yang menggembirakan bagi kubu Blaurganna.
[video id="YOsbmyy2Ynk" site="youtube"][/video]
(mul)
Komentar