"Pardiola" di Selhust Park

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Januari 2015 menjadi pertempuran batin bagi Alan Pardew, manajer Crystal Palace. Saat orang lain bersenang-senang menyambut tahun baru, Pardew justru harus meninggalkan Newcastle United yang sudah dipimpinnya selama tiga setengah tahun.

Ukuran waktu tiga tahun terbilang sangat singkat jika dibandingkan dengan Sir Alex Forguson bersama Manchester United selama 27 tahun. Tapi kepada Newcastle, Pardew membalas segalanya.

Ia merupakan from hero to zero bagi The Magpies, julukan Newcastle. Pada awalnya Pardew dipuja karena sempat mampu membawa Newcastle bersaing kembali di papan atas klasemen Premier League. Namun itu hanya sebatas kesempatan awal karena The Magpies selanjutnya terus merosot di tahun-tahun berikutnya.

Kemunduran Newcastle sendiri bukan tanpa alasan. Keinginan Pardew untuk mempertahankan dan memboyong pemain yang diinginkannya tidak dikabulkan Mike Ashley, pemilik The Magpies. Bahkan nama-nama andalan seperti Mathieu Debuchy, Yohan Cabaye, Demba Ba malah dilego ke kesebelasan lain.

Alhasil Pardew sulit mengangkat performa Newcastle kembali ke papan atas, bahkan pernah merosot di dasar klasemen Premier League musim ini. Nada sumbang pun diserukan para suporter The Magpies. Bahkan, saking jengkelnya kepada Pardew, ada suporter yang menginisiasi pembuatan sebuah situs www.sackpardew.com.

Akhirnya manajer asal Inggris itu menyerah dan memilih pergi ke Crystal Palace dengan tawaran gaji yang lebih tinggi daripada Newcastle. Sekilas terlihat materialistis, seakan semata soal uang, tapi nyatanya tidak. Kedatangan Pardew di kesebelasan yang pernah diperkuatnya saat masih menjadi pemain ini tidak langsung terburu-buru memboyong pemain pada jendela Januari 2015. Pardew bersikap dan bertindak tenang.

Palace cuma meminjam Yaya Sanogo dari Arsenal tapi berhasil mempertahankan beberapa pilarnya seperti Mile Jedinak dan Dwight Gayle dari incaran kesebelasan yang lebih besar. Kesebelasan berjuluk Si Elang (The Eagles) tahu betul apa keinginan Pardew, pelatih barunya, yang ingin mempertahankan beberapa pemain penting di saat Palace ingin lepas dari zona degradasi.

Alhasil pelan-pelan Pardew membawa Si Elang dari dasar klasemen. Debut cemerlangnya di Palace diawali dengan debut positif di Premier League ketika mengalahkan Tottenham Hotspurs 2-1 di Selhurst Park di hadapan pendukung Palace.

Kemenangan atas Tottenham menjadi awal dari tujuh kemenangan Palace yang didapat dari 11 laga Premier League 2014/2015 selama dipimpin Pardew. Tujuh kemenangan tersebut termasuk kemenangan sensasional di laga dini hari tadi ketika mengalahkan Manchester City 2-1 di Selhurst Park.

Masuknya eks manajer kesebelasan elit di Premier League musim ini cukup berhasil menjauhi zona degradasi, seperti kedatangan Tim Sherwood di Aston Villa. Termasuk baru-baru ini Sunderland mengalami debut yang manis setelah Dick Advocaat masuk menggantikan Gustavo Poyet.

Bahkan Si Elang mengalahkan City dengan unggul dua gol lebih dahulu melalu Glenn Murray menit ke-34 dan Jason Puncheon menit ke-48. City cuma mampu memperkecil ketinggalan melalui gol Yaya Toure pada menit ke-78.

"Saya melihat kesebelasan papan atas dan merasa bisa melakukan pekerjaan yang lebih baik," ujar Pardew pada program olahraga mingguan BBC, Radio 5 live.

Padahal sebelumnya manajer 53 tahun tersebut diragukan membawa Palace mampu mengalahkan City sebagai juara Premier League musim lalu. Pada akhirnya para suporter harus mulai percaya kepada kemampuan Pardew untuk mengalahkran kesebelasan-kesebelasan lain, tak terkecuali kesebelasan-kesebelasan terbaik Inggris saat ini. Dan kepercayaan itu bisa dibuktikan dengan gema  "Alan! Alan! Alan!" yang terus terdengar di Selhurst Park.

Bahkan The Holmesdale Fanatics, ultras Palace, tidak berhenti menyanyikan Palace dan Pardew. Nama terakhir dibaptis The Holmesdale Fanatics sebagai "Pardiola" karena raihan positif Palace sejak ditangani Pardew.

Sementara itu nasib sebaliknya terjadi dengan Newcastle, kesebelasan yang ditinggalkan Pardew pada akhir Desember 2014 lalu. The Magpies harus menelan kekalahan keempat beruntun dalam Tyne-Wear Derby melawan Sunderland. Bahkan jauh sebelum laga Newcastle dalam Tyne-Wear Derby mereka cuma sempat menang dua kali dalam 11 pertandingan sepeninggal Pardew.

Di papan klasemen sementara Premier League pun peringkat The Magpies kini sudah disalip oleh Palace. Newcastle berada di posisi 13 dengan 35 poin sedangkan Si Elang berada di atasnya pada peringkat 11 dengan 39 poin. Secara tidak langsung itu merupakan kemenangan elegan seorang Pardew yang mendapatkan tempat istimewanya di Selhurst Park.

"Saya sangat senang. Di sini saya benar-benar tidak menginginkan pekerjaan lain," ungkap Pardew.

Pardew seolah mencuci otak Jedinak dkk agar tampil kesetanan meghadapi sisa laga Premier League 2014/2015. Bukan tidak mungkin jika Palace memenuhi permintaan Pardew dengan mempertahankan dan mendatangkan pemain bintang musim depan, Si Elang bakal terbang lebih jauh dibanding The Magpies.  Bahkan mampu berbicara lebih banyak dan senyum sinis Pardew kepada Newcastle bisa semakin lebar.

Komentar