Siapapun, tanpa perlu merasa ragu, dapat menyebut Udo Lattek sebagai pelatih kepala tersukses di Bundesliga (sekaligus salah satu pelatih kepala berkebangsaan Jerman tersukses) sepanjang masa. Sayang, tak banyak yang mengenal dan masih mengingatnya. Lattek, yang baru saja merayakan ulang tahun ke-80, adalah contoh terbaik dari pepatah Jerman: aus den Augen, aus dem Sinn.
Lahir di Boze (kini bagian dari Polandia), Lattek muda menemukan peruntungan di Koeln, kota terbesar keempat di Jerman sekaligus salah satu kota metropolitan terpenting di Eropa saat ini. Di kota tersebut, Lattek menimba ilmu pendidikan olahraga hingga resmi menjadi guru olahraga. Usaha Lattek untuk mendapatkan lisensi kepelatihan mempertemukannya dengan Hennes Weisweiler.
Weisweiler, eks pelatih kepala tim nasional Jerman, memperkenalkan Lattek kepada Helmut Schoen. Lattek pun mendapatkan pekerjaan pertamanya di dunia kepelatihan. Sejak tahun 1965 hingga 1970, Lattek menjabat posisi asisten pelatih kepala tim nasional Jerman; tangan kanan Schoen.
Menjalani karir sebagai asisten Schoen membuat Lattek mengenal Franz Beckenbauer. Pria berjuluk der Kaiser tersebut kemudian menyarankan klubnya saat itu, FC Bayern München, untuk mempercayakan posisi pelatih kepala kepada Lattek.
Di musim pertamanya sebagai pelatih kepala Bayern, Lattek langsung membawa die Bayern menjadi juara DFB-Pokal. Tiga musim setelahnya, Lattek membawa Bayern menjadi juara Bundesliga secara berturut-turut. Pada musim 1973/74, Lattek bahkan berhasil menjadi pelatih pertama yang sukses membawa Bayern menjuarai European Champions Cup (sekarang Champions League).
Dari Bayern, Lattek menyeberang ke Borussia Moenchengladbach. Empat musim menangani Gladbach, Lattek mampu mempersembahkan dua gelar juara Bundesliga dan satu trofi UEFA Cup. Jika saja Liverpool tak mengalahkan Gladbach di final European Cup tahun 1977, persembahan Lattek kepada die Fohlen pasti sudah lebih banyak lagi.
Setelah Moenchengladbach, giliran Borussia Dortmund yang ditangani Lattek. Selama dua musim (1979-1981) bersama die Schwarzgelben, Lattek tak berhasil mempersembahkan satu gelar pun. Catatan buruk tersebut ia perbaiki pada tahun 2000, ketika masuk di akhir musim untuk menyelamatkan Dortmund dari ancaman degradasi. Lima pertandingan menjelang akhir kejuaraan, Dortmund hanya berjarak satu angka dari zona merah. Dortmund, pada akhirnya, bertahan berkat Lattek.
Keberhasilan tersebut membuat salah satu hal paling terkenal yang pernah ia ucapkan "Pada dasarnya, dapat saya katakan bahwa saya lebih banyak melakukan hal yang benar ketimbang salah sepanjang hidup saya" menjadi sesuatu yang sulit dibantah.
Tak hanya sukses di Jerman, Lattek juga pernah tiga kali menjadi juara bersama FC Barcelona. Lattek mewarnai dua musimnya di Spanyol dengan masing-masing satu gelar juara European Cup Winners Cup, Copa de La Liga, dan Copa del Rey.
Joachim Loew, pelatih terbaik dunia tahun 2014, adalah salah satu sosok yang menghormati Lattek. "Lattek adalah salah satu pelatih paling modern di Eropa dan ia adalah salah satu dari sedkit orang yang membentuk sepakbola sehingga menjadi seperti sekarang ini. Anda harus menghormati keberhasilannya," ujar Loew sebagaimana dikutip dari situs resmi Bundesliga.
Loew adalah salah satu dari sedikit orang yang masih mengingat Lattek. Jika Anda tidak termasuk di antara sedikit orang tersebut, tak perlu berkecil hati. Memang sudah seharusnya demikian. Tak banyak yang mengingat Lattek karena belakangan ia memang jarang terlihat. Aus den Augen aus dem Sinn.
Out of sight, out of mind. Karena tak pernah lagi terlihat di muka umum, Lattek perlahan mulai terlupakan. Sejak tahun 2010, Lattek menderita stroke dan parkinson. Lattek, karenanya, tinggal di sebuah panti jompo yang terletak tidak jauh dari Koelner Dom (salah satu katedral paling terkenal di Eropa, yang terletak di kota Koeln) bersama istrinya, Hildegard.
Komentar