Selain mendapatkan sebutan sebagai Gialloblu, kesebelasan asal Italia bernama Chievo Verona dijuluki dengan Mussi Volanti. Jika Gialloblu memiliki arti Kuning-Biru, mengacu pada warna seragam yang mereka kenakan, Mussi Volanti memiliki arti Keledai Terbang.
Sejarah penamaan Keledai Terbang ini tak lepas dari apa yang terjadi di kota Verona itu sendiri. Sebenarnya, Keledai Terbang ini merupakan ejekan yang dilemparkan pendukung Hellas Verona, kesebelasan lain asal Verona, pada Chievo yang berasal dari daerah Chievo, kota kecil di Verona.
"When donkey fly, we`ll have derby in Serie A", chant tersebut sering dinyanyikan pendukung Hellas untuk mengolok-olok Chievo yang di masa lalu tak pernah lebih baik dari Hellas. Ketika Hellas sudah bolak-balik Serie A dan Serie B, Chievo sedang berkutat di Seconda Categoria, divisi sembilan atau liga terendah di Italia.
Adalah Luigi Campedelli yang berhasil menerbangkan Sang Keledai. Campedelli yang berprofesi sebagai pebisnis lokal ini mengakuisisi Chievo pada tahun 1964. Di bawah kepemimpinan Campedelli, Chievo mulai merangkak naik divisi. Pada 1986, mereka telah menginjakkan kaki di Serie C2, divisi empat Italia.
Ketimpangan antara Chievo dan Hellas sudah terlihat kala itu. Ketika Chievo baru menjadikan Serie C2 sebagai liga tertinggi yang pernah mereka ikuti, Hellas baru saja meraih Scudetto Serie A pertama mereka (sekaligus satu-satunya).
Meskipun begitu, saat itulah Chievo mulai menebar ancaman bagi Hellas. Naik ke Serie C2 membuat Campedelli merasa bahwa Chievo membutuhkan kandang yang lebih besar. Dan akhirnya Campedelli mendapatkan izin dari pemerintah Verona untuk menggunakan Marc Antonio Bentegodi sebagai kandang baru mereka, di mana sebelumnya hanya digunakan oleh Hellas Verona.
Campedelli meninggal pada tahun 1992, ketika Chievo berhasil promosi ke Serie C1. Namun Chievo tak lantas roboh sepeninggal tokoh revolusioner Chievo tersebut. Anaknya yang masih berusia 23 tahun, Luca Campedelli, meneruskan jejak ayahnya dan menjadi pemilik klub termuda sepanjang sejarah Italia.
Namun nyatanya Luca berhasil mengantarkan Chievo ke Serie B. Adalah penunjukkan Giovanni Sartori menjadi Direktur Olahraga dan Alberto Malesani menjadi pelatih yang membuat Chievo berlaga kompetisi kedua paling bergengsi di Italia setelah Serie A pada 1994. Dan di saat bersamaan, Hellas Verona yang sempat mengganti namanya menjadi Verona FC pada 1991 terdegradasi dari Serie A.
Di sinilah dua kesebelasan asal Verona ini bertemu untuk pertama kali. Masyarakat Italia menyebutnya sebagai Derby Della Scala. Scala sendiri mengacu pada keluarga Scaligeri, keluarga Aristokrat yang menguasai kota Verona pada era Middle Age hingga awal era Renaissance.
Setelah bermain imbang pada pertemuan pertama, tanpa disangka Chievo berhasil menundukkan Hellas dengan skor 3-1 pada pertemua kedua. Dari sinilah para pendukung Chievo yang berasal dari kota Verona mulai bertambah.
Sang Keledai ternyata benar-benar berhasil terbang lebih tinggi. Setelah dikalahkan Hellas pada tiga pertemuan berikutnya, Chievo berhasil menorehkan dua kemenangan atas rival sekotanya itu pada 1997 dan 1999. Saat itu, kemenangan terakhir yang diraih oleh Verona adalah pada tahun 1996.
Pada musim 1998/1999, Hellas kembali promosi ke Serie A dengan menjadi juara Serie B. Kala itu, Chievo tertahan di peringkat 11 dari 20 kesebelasan yang berlaga di Serie B. Para pendukung Hellas pun kembali berada di atas angin.
Namun semuanya berbalik ketika Chievo berhasil finish diurutan ketiga klasemen akhir Serie B pada musim 2000/2001. Di bawah tangan dingin Luigi Del Neri, Chievo berhasil mewujudkan impiannya tampil di Serie A. Maka kemudian, kisah Mussi Volanti alias Keledai Terbang pun kembali menyeruak di kota Verona. Mussi Volanti pun kemudian disematkan sebagai julukan Chievo.
Percikan kebencian antar kedua pendukung semakin menjadi-jadi diantara keduanya. Pendukung Chievo pun semakin bertambah banyak. Bahkan mereka ingin mengisi Curva Sud di Marc Antonio Bentegodi. Sedangkan tribun ini merupakan tribun khusus untuk ultras Hellas yang begitu fanatik. Hellas tak mendapatkannya, mereka pun menciptakan tribun North Side.
Menurut seorang kolumnis Italia bernama Enzo Giordani yang pernah mewawancarai pendukung Hellas, bagi pendukung Hellas, Chievo bukanlah berasal dari Verona. Tapi berasal dari Chievo. Maka seharusnya masyarakat kota Verona mendukung Hellas, bukan Chievo.
Kebanyakan pendukung Chievo memang mereka kelahiran Verona yang terkagum-kagum dengan Chievo yang bisa beranjak dari divisi sembilan ke Serie A. Sedangkan Verona sejak awal sudah berlaga di Serie B, tak melalui divisi terendah.
"Tak perlu diragukan lagi, saya adalah seorang pendukung fanatik kelahiran Verona. Tapi bagaimana bisa saya tidak mendukung fenomena [Chievo] ini?" ujar Stefo Lehmann, pemegang akun @ChievoVerona. "Namun pendukung Hellas tak menyadari ini dan menganggapnya sebagai kota di dalam kota. Banyak orang tak melihat ini sebagai perkembangan sepakbola yang luar biasa dari kota Verona, justru sebagai pesaing Hellas."
Chievo sendiri terus melaju menjadi kesebelasan yang konsisten di Serie A. Enam musim berturut-turut Chievo bertahan di Serie A. Tak seperti Hellas yang terjun bebas turun divisi setelah hanya bertahan semusim di Serie A pasca Derby Della Scala di Serie A yang disaksikan oleh 38.356 penonton, rekor Marc Antonio Bentegodi.
Setelah derby pada tahun 2001 itu, keduanya memang tak bertemu lebih dari 10 tahun. Ketika Chievo degradasi ke Serie B pada 2007-2008, Hellas tengah berada di Serie C2. Ya, situasi telah berbalik.
Pencapaian Chievo di Serie A memang luar biasa. Setelah langsung meraih tiket Piala Uefa (sekarang Europa League) pada musim pertamanya, mereka berhasil tampil di Liga Champions pada 2006. Kasus Calciopoli membuat mereka finish di peringkat empat.
Pendukung Hellas tentunya tak senang atas pencapaian Chievo tersebut. Cerita mengenai Campedelli yang sebenarnya pendukung Hellas pun menyeruak. Disebutkan, awalnya Campedelli hendak membeli Hellas Verona namun gagal, sehingga ia membeli Chievo kesebelasan yang lebih kecil. Mereka pun menginginkan Chievo memiliki identitas sendiri.
Mereka mempersoalkan penggunaan logo Chievo yang mirip dengan Hellas, ksatria berkuda sebagai simbol. Para pendukung Hellas pun meminta Chievo kembali pada warna seragam lamanya, Kuning-Merah, agar tak sama dengan warna seragam kebangaan Hellas, Kuning-Biru. Mereka pun meminta Chievo menanggalkan penggunaan Verona pada namanya.
Chievo tentunya menolak permintaan tersebut. Menurut mereka, simbol ksatria berkuda bukan milik Hellas, melainkan simbol Scaligeri, keluarga aristrokat Verona di masa lalu. Chievo pun merasa berhak menggunakan nama Verona karena berasal dari kota tersebut.
Sementara untuk warna seragam, Kuning-Biru memang identik dengan warna tim olahraga profesional di Verona. Chievo merujuk pada Teznis Scaligera (Tim Basket) dan Marmi (Tim Voli) yang menggunakan warna Kuning-Biru.
Kini, dunia lebih mengenal Chievo ketimbang Hellas. Harian Amerika, The Washington Post, pernah mengulas Chievo satu halaman penuh. Sebuah buku yang menceritakan Chievo tersebar di seluruh Eropa dengan judul "Fenomeno Chievo: Economia, Costume, Societa una squadra di quartiere contro il calico miliardario". Bahkan kabarnya, Disney pun mengisahkan sebuah kartun yang menceritakan keledai terbang karena terinspirasi dari apa yang dilakukan Chievo.
Pada musim 2013-2014, akhirnya Hellas kembali ke Serie A. Derby kota Verona pun kembali terjadi setelah sempat absen selama 12 tahun. Keduanya pun saling mengalahkan meski Hellas tampil lebih baik pada musim tersebut.
"Pendukung Chievo akan berhenti mendukung kesebelasan kesayangannya. Dan tak lama kemudian, mereka pun akan kembali berlaga di Serie C," ucap Charles Ducksbury, salah seorang fans Hellas.
Derby Della Scala tak pernah menghadirkan bentrokan dalam setiap pertemuannya. Meskipun begitu, aroma kebencian tetap tersaji diantara keduanya. Mereka akan lebih senang jika rivalnya tersebut tak lebih baik dibanding kesebelasan yang dibanggakan.
foto:Ã tatticamenteparlando.blogspot.com
Komentar