Rivalitas Derby New York yang Bisa Dijadikan Daya Pikat MLS

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Rivalitas Derby New York yang Bisa Dijadikan Daya Pikat MLS

Pagi hari kemarin merupakan pertemuan terakhir antara rival satu kota New York Red Bulls (NYRB) melawan New York City (NYC) di Red Bull Arena, Senin (10/8). Pada pertemuan tersebut jugalah dijadikan momen bagi kedua suporter kesebelasan untuk melampiaskan hasrat terakhirnya pada derby Major League Soccer (MLS), Liga Amerika Serikat, musim ini.

Sebelumnya Derby New York sudah berlangsung sebanyak dua kali dan sampai derby ke tiga ini NYRB berhasil memborong semua kemenangan. Pada pertemuan pertama NYC dikalahkan dengan skor 2-1, lalu pada pertemuan ke dua dengan skor lebih lebar 3-1, dan pada pertemuan ketiga, NYRB kembali berhasil menang, kali ini dengan kemenangan dua gol tanpa balas.

Format kompetisi MLS memang memungkinkan tiga kali pertemuan antar tim yang berasal dari wilayah yang sama. Sebuah tim akan bermain 34 kali dalam satu musim. 18 pertandingan adalah pertandingan tandang dan kandang melawan sembilan tim dari wilayah yang sama. Selain itu, setiap tim akan memiliki enam pertandingan tambahan melawan klub dari wilayah yang sama. Dengan begitu, klub akan bertanding sebanyak 24 kali. Dan 10 pertandingan lainnya akan melawan klub dari wilayah yang berbeda.

Meskipun persaingan derby New York masih baru, namun bumbu permusuhan terasa lebih cepat. Dua suporter NWYRB terlihat berkelahi dengan suporter NYC di jalanan New Jersey tepatnya di depan Bello Pub and Grill sekitaran Stasiun Penn.

Mereka saling menyerang secara fisik. Papan iklan menu sandwich pun dijadikan alat untuk melukai lawannya. "Siapa kamu!?" tanya salah seorang pria berbadan besar berkepala plontos sambil bertelanjang dada untuk menggertak musuhnya itu. Beruntung secara kebetulan mobil polisi yang sedang berpatroli melewat dan perkelahian antara suporter tersebut berhasil dibubarkan.

Kejadian tersebut merupakan cerita singkat dari panasnya atmosfer derby New York yang muncul sejak beberapa bulan terakhir. Ya, persaingan antara NYRB dengan NYC baru seumur jagung. Sejatinya NYRB pun merupakan musuh bebuyutan DC United, bukan NYC yang baru mendapatkan debutnya di MLS pada tahun 2015 ini.

"DC United adalah rival kami. Tidak ada sejarah antara Red Bulls dan New York City, hanya saja kita berbagi di kota yang sama," ujar Bradley Wright-Phillips, pemain NYRB. "Tapi saya yakin di tahun-tahun mendatang akan mennjadi persaingan besar. Itluah mengapa bisa menjadi menarik," sambungnya.

Simak cerita-cerita Pandit Football tentang panasnya tensi pertandingan derby lainnya pada tautan ini.

Sedangkan Phillips sepertinya tidak merasakan ketegangan yang datang dalam derby tersebut. Pasalnya persaingan sudah mulai sengit antara ke dua pendukungnya. Para pendukun NYRB seolah tidak ingin berbagi kursi dengan adik kesebelasan yang baru lahir pada 2013 tersebut.

"Para fans tidak menyukai satu sama lain," "penggemar NYC FC telah mendapatkan banyak penyalahgunaan, bukan hanya dari fans Red Bulls saja, tapi dari seluruh penggemar di MLS. Ini seharusnya menjadi tontonan seperti apa pun yang penah kita lihat dalam pertandingan MLS," ungkap Nick Chavez, seorang Blogger.

Tapi di sisi lain melalui Derby New York memperlihatkan bagaimana divisi MLS seolah berjuang untuk mendorong persaingan agar mendapatkan perhatian dari liga sepakbola lain di seluruh dunia, atau setidaknya dalam lingkup Amerika Utara terlebih dahulu.

Lalu kenapa harus New York? itu karena daerah itu merupakan sebuah kota kosmopolitan. New York sebetulnya kota yang memiliki budaya sepakbola yang cukup kuat dan bertumbuh pesat sampai saat ini.

Hal itu berkaca dari minat kepada olahraga pada umumnya di Kota New York. Maka tidak bisa dikesampingkan jika sepakbola menjadi pertumbuhan olahraga yang terus meningkat, menyusul dua tim NBA (basket), tiga tim NHL (hoki) dan satu tim NFL (rugby) dari wilayah metropolitan ini.

"New York adalah pasar olahraga paling ramai di dunia, tapi kami juga mempertimbangkan New York sebagai pilihan bagi orang-orang untuk menghabiskan waktu mereka," ujar Joseph Stetson, wakil presiden komunikasi dan pemasaran NYRB.

NYRB ketika masih bernama New Jersey Metro Stars saat itu selalu berjuang meningkatkan nafsu Sepakbola karena saat itu minat kehadiran menyaksikan MLS sangat sedikit.

Sekarang situasi sepakbola di New York semakin kentzra setelah promo NYC dilakukan secara gencar demi mencuri hati pendukung dan lakunya penjualan tiket pertandingan. Berbagai iklan promo pun digencarkan secara luar biasa mulai dari jalan raya, kereta bawah tanah dan alun-alun kota. Para mantan bintang-bintang sepakbola eropa pun didatangkan mulai dari Frank Lampard, eks Manchester CIty, David Villa, eks Atletico Madrid dan Andrea Pirlo, eks Juventus.

2B3C5A9500000578-3191764-image-a-1_1439173891310

Spanduk hinaan para suporter New York Red Bulls kepada New York City tentang dua pemainnya, Frank Lampard dan Andrea Pirlo

Upaya tersebut rupanya telah bekerja untuk mendorong para penggemar MLS bisa datang lebih banyak. Hasilnya, sekitar 43 ribu penonton berhasil menghadiri kandang mereka, Stadion Yankee, pada acara pembukaan kesebelasan NYC pada Maret lalu.

Begitu juga pada Derby New York pertama diperkirkan sebanyak 25 ribu penonton datang di Red Bulls Arena yang pada sebelumnya cuma sampai 19 ribu. Hal tersebut menggambarkan bagaimana pertandingan ini telah menangkap arti kota dari arti pentingnya tidak melewati kesempatan sepakbola.

"Ini sesuatu yang besar bagi kota untuk pada akhirnya kita memiliki derby yang nyata," ujar Christ Wingert, pemain NYC.

Media sosial juga telah menjadi medan pertempuran bagi kedua kesebelasan. Akun masing-masing kesebelasan melancarkan publikasi-publikasi tentang pertandingan derby New York saat itu dari tiket hingga mengupload yel-yel dukungan ketika pertandingan.

Sementara itu para suporternya layaknya para suporter. Mereka merespon derby New York dengan isyarat perang masing-masing seperti mengatakan "New York is blue or red" atau berbicara tentang sejarah kesebelasan NYRB lebih dahulu menguasai New York.

Tapi mengingat usaha dari kedua belah pihak dan liga untuk menjual laga ini sebagai pertandingan kelas berat. Laga tersebut pasti akan menjadi salah satu perlengkapan terbesar dan paling memikat MLS. Bahkan antisipasi dari media dan suporter pun semakin ramai.

Sepakbola telah menjadi salah satu olahraga yang paling cepat berkembang di Amerika Serikat dengan tujuan bisa seperti Liga Inggris selalu ditonton oleh jutaan orang setiap Minggunya. Tetapi untuk mencapai itu tampaknya Amerika justru menjadi aksen terburuk yang menyebrangi Samudra Atlantik.

Walau begitu di sisi lain mulai sekarang juga kekerasan suporter sepakbola yang biasa terjadi di Eropa kini sudah mulai menjadi masalah serius di Amerika.

Komentar