Saat Scholes, Butt, dan Gary Mengabaikan Aturan dengan Menginvasi Lapangan

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Saat Scholes, Butt, dan Gary Mengabaikan Aturan dengan Menginvasi Lapangan

Salford City pertama kali bermain di Piala FA pada 1990 saat menghadapi Warrington. Itu merupakan pertandingan pertama mereka setelah dibentuk 50 tahun lalu. Saat ini, Salford tengah bergelora. Pemilik, manajer, dan semua pemain berharap mereka bisa meraih capaian yang lebih tinggi.

Salford merupakan kesebelasan yang 50 persen sahamnya dimiliki secara kolektif olehPaul Scholes, Ryan Gigs, Nicky Butt, Phil dan Gary Neville, yang merupakan jebolan mantan pemain Manchester United yang tergabung dalam sebutan Class of '92. Sabtu (11/7) dini hari WIB menjadi pertandingan perdana mereka di Piala Liga setelah lolos dari babak penyisihan non-liga. Mereka bertanding melawan Notts County, kesebelasan League Two, di Stadion Moor Lane, Salford Greater Manchester. Stadion berkapasitas 1400 penonton itu pun menjadi saksi sejarah bagi kesebelasan berjuluk The Ammies tersebut.

Ya, pasalnya Salford berhasil mencetak sejarah lolos dari putaran pertama Piala FA sepanjang keterlibatan mereka yang cuma sampai level penyisihan non liga. Dua gol dari Danny Webber dan Richie Allen menyudahi laga dengan skor 2-0 yang membuat mereka lolos ke putaran kedua Piala FA 2015.

Kemudian pecahlah perayaan kemenangan layaknya kesebelasan kecil lain dalam setiap ajang Piala FA pada umumnya: Invasi lapangan. Termasuk Scholes, Butt, dan Gary, pun mengabaikan peringatan MC pertandingan untuk menjauhi rumput lapangan dan malah ikut menyerbu bersama para suporter Salford ketika peluit akhir laga dibunyikan.

Sebuah curahan terbesar euforia itu dinikmati oleh kaum muda maupun tua. Kemudian para pahlawan Salford digotong pada bahu mereka untuk diangkat setinggi mungkin. Webber, pencetak gol pertama seolah menemukan dirinya kembali di Stadion Moor Lane setelah mencetak gol penting kemenangan itu. Scholes pun menari dan menyanyikan lagu Rick Astley di ruang ganti setelah mengalahkan Notts pada malam bersejarah dan euforia di Moor Lane.

Berawal Dari Kejenuhan Akademi Sepakbola Inggris

Semua dimulai ketika Giggs dan Gary pulang dari latihan di London. Menuangkan ide dari film '92 untuk mendiskusikan sebuah ide tentang akademi atau sekolah sepakbola dari berbagai jenis kalangan. Mereka memperhatikan dari beberapa tempat yang selalu gagal atau lebih cepat berakhir.

Sekolah sepakbola layaknya hanya menjadi penitipan anak-anak saja yang notabene menyanggupi pembayaran 250 poundsterling setiap pekan. Hal tersebut dianggap tidak efektif oleh para Class of '92. Jadi mereka memutuskan satu-satunya cara untuk mendirikan sebuah akademi sepakbola lokal yang bisa membaut anak-anak pergi ke sana dengan betul-betul mengembangkan bakat.

Dimulai dari mempertanyakan kemungkinan dari hal-hal yang bisa dibentuk dari kemampuan olah bola. sekarang mereka sudah memiliki akademi yang menghasilkan pemain-pemain ke skuat utama dan memberikan anak-anak atau putra daerah dari kesempatan-kesempatan yang didapatkannya.

Aktifitas Sukarela Moor Lane yang Menarik Perhatian Publik

Sementara itu pengelolaan pertandingan pihak The Ammies sendiri tidak pernah berubah tentang tiket masuk seharga 7 poundsterling untuk reguler dan 1 poundsterling bagi di bawah usia 16 tahun. Salford memiliki banyak suguhan murah dengan mencoba untuk terus menjaga esensi dari Salford itu sendiri sebisa mungkin, bahkan kepada semua publisitas baru. Identitas Mancunian pun tercermin di sana dalam segala hal terutama ketika lagu-lagu dari The Stone Roses dan The Smith meraung-raung di sana.

Situasi-situasi seperti itulah yang membuat ketagihan para penonton sepakbola di sana untuk datang kembali menyaksikan The Ammies. Sebetulnya Stadion Moor Lane sendiri merupakan tempat yang berkesan kasar dan tergolong klasik, namun tetap saja bisa penuh sesak dengan sekitar 1.400 orang yang datang dengan pemikiran yang sama. Termasuk Gary, Butt dan Scholes yang hadir bersandar di tribun ketika menghadapi Notts. Sementara Giggs dan Phil berhalangan datang karena berbelit sebagai asisten pelatih pada setiap masing-masing kesebelasannya yang akan bertanding akhir pekan ini.

Kendati demikian mereka tidak pernah menganggap sebagai pemilik klub. Para alumni United tersebut lebih menghargai para panitia Salford sebagai pemilik sebenarnya, "Kami memiliki komite yang sangat berdedikasi dalam semua pekerjaan ini yang bersifat sukarela, mulai dari Steward yang menjual burger dan minuman dan memperbaharui situs web," ujar Gary dikutip dari Mirror.

"Jika ada kebocoran atap mereka memperbaikinya. Mereka memotong rumput, mengecat garis putih lapangan, memperbaiki gerbang jika perlu. Segala sesuatu yang bisa membuat anda memikirkan sebuah klub sepakbola, mereka ini bukan milik kami, itu milik mereka," sambung Gary lebih lanjut.

Selain aktifitas-aktifitas itu juga mereka merangkap sebagai penarik uang pembelian tiket dan memotong rumput lapangan Stadion Moor Lane. Atas dedikasi-dedikasi merekalah yang membuat para Class '92 selalu berdiri dari sisi yang jauh untuk menonton pertandingan dan lebih dekat dengan supoter. Sekaligus ingin lebih merasakan sensasi yang sama sebagai penonton pertandingan Liga Inggris. Hal itu nyata dan akan membawa mereka kembali kepada akar dari mana asal muasalnya sepakbola, yaitu dari tribun penonton.

Sehingga para panitia pertandingan dan suporter lebih layak dianggap "pemilik" Salford dalam tanda kutip ketika hari pertandingan. Sebelum kick-off pertandingan melawan Notts pun mereka semua mendapat sambutan dari direksi The Ammies. Sementara itu saat ini tujuan jangka panjang Salfod adalah mencapai Liga Inggris dengan ambisi tinggi walau tidak mudah. Tapi dalam waktu dekat The Ammies memiliki kesempatan untuk bersinar pada penampilan mereka setelah melewati putaran pertama Piala FA ini.

Mungkin terlalu dini jika menyebut Salford akan menjadi pembunuh raksasa pada ajang Piala FA musim ini. Akan tetapi ketika menghadapi Notts saat itu adalah permulaan bagi The Ammies. Apapun hasilnya pada babak selanjutnya nanti, Salford City telah ditulis ulang dalam buku catatan mereka karena belum pernah melaju ke babak kualifikasi Piala FA, apalagi di fase babak pertama pada tepatnya.

Komentar