Saipul Jamil dan Kasus Pelecehan Seksual oleh Pesepakbola

Cerita

by redaksi

Saipul Jamil dan Kasus Pelecehan Seksual oleh Pesepakbola

Berbagai media di tanah air baik cetak dan elektronik dihebohkan dengan pemberitaan penyanyi dangdut pria berinisial SJ yang diduga Saipul Jamil. Penyanyi yang memulai kariernya di grup dangdut G4UL ini diberitakan diduga melakukan tindak pencabulan kepada anak di bawah umur.

Dari berita tersebut, mungkin publik masih ingat tentang hebohnya pemberitaan pesepakbola berkebangsaan Inggris Adam Johnson yang juga terkena kasus pencabulan kepada anak di bawah umur. Johnson, yang sempat dipanggil timnas Inggris, akhirnya harus menerima pemutusan kontrak oleh manajemen klubnya, Sunderland, karena tudingan itu.

Gelandang berusia 28 tahun ini akhirnya harus rela kariernya berantakan setelah klub tempatnya bermain, Sunderland, memutus kontraknya pada 11 Februari 2016. Kontrak 10.000 poundsterling per musim dari apparel Adidas juga terpaksa diakhiri lantaran Johnson terbukti bersalah atas tiga tuduhan aktivitas seksual kepada anak di bawah umur yang dituduhkan kepadanya.

Menariknya, mereka terlibat dengan korban yang merupakan penggemar mereka. Korban SJ merupakan penggemar yang ia kenal di acara sebuah stasiun tv, sementara Johnson diduga melakukan aktivitas seksual kepada remaja wanita yang sering menontonnya ketika Sunderland bertanding.

Selain Johnson, ternyata masih ada pesepakbola yang pernah berurusan dengan hukum lantaran kasus pelecehan seksual, berikut di antaranya:

Titus Bramble dan Carlton Cole

Pada tahun 2003, kedua pemain ini diduga telah melakukan pelecehan seksual dan percobaan pemerkosaan terhadap remaja berumur 17 tahun di hotel tempat mereka menginap.

Cole, eks-pemain West Ham United ini kala itu masih memperkuat Charlton Athletic dalam masa peminjamannya dari Chelsea, sedangkan Bramble kala itu memperkuat Newcastle United. Bek eks-timnas Inggris U21 tersebut menjadi pemain penting peatih Sir Bobby Robson ala itu.

Kemudian tidak lama setelah tersangkut kasus hukum, keduanya dibebaskan. Carlton Cole mampu menunjukkan prestasi yang bisa dibilang lumayan bagi West Ham United dan terakhir menjadi kesuksesan West Ham promosi ke Premier League musim 2011/12, sementara Bramble semenjak kasus itu, Bramble bermain tidak konsisten dan sering menjadi bahan lawakan penggemar sepakbola karena kemampuan bertahannya. Usai memperkuat Newcastle, ia pindah ke Wigan dan Sunderland sebelum akhirnya menganggur sejak 3 tahun lalu.

Graham Rix yang mengaku tidak ada yang menawarinya pekerjaan setelah kasus yang ia lakukan di masa lalu
Graham Rix mengaku tidak ada yang menawarinya pekerjaan setelah kesalahan yang ia lakukan di masa lalu

Graham Rix

Rix merupakan salah satu gelandang terbaik yang dimiliki Arsenal kala masih bermain, yaitu di tahun 1975 hingga 1988. Ia kemudian menyandang ban kapten di musim 1983. Pemegang 17 caps timnas Inggris ini hijrah ke klub Perancis, Caen dan Le Havre sebelum pensiun di klub Skotlandia, Dundee.

Ia melanjutkan karier sebagai youth coach di Chelsea pada tahun 1993 dan menjadi asisten manajer Gianluca Vialli saat The Blues memenangi gelar Piala FA tahun 1997, kemudian Piala Liga dan Winners Cup tahun 1998. Tahun 1999 ia dituduh dan terbukti mencabuli anak berumur 15 tahun. Atas perbuatannya Rix dihukum 12 bulan penjara dan mendapat larangan dari FA untuk melatih tim junior yang berusia dibawah 16 tahun. Lepas dari penjara, Rix kembali ke Chelsea. Sempat melatih di Oxford dan Portsmouth, ia kesulitan mencari pekerjaan. Kini ia melatih AFC Portchester, klub level ke-9 di piramida kompetisi Inggris.

Justin Fashanu

Nama Fashanu agaknya sudah tidak asing lagi bila kita menyinggung hal-hal yang berbau kontroversi. Fashanu, yang pernah memperkuat Nottingham Forest di era Brian Clough ini juga pernah mengalami tuduhan pelecehan seksual terhadap remaja pria berumur 17 tahun ketika bermain untuk sebuah klub di Selandia Baru. Ia merasa dirinya banyak didiskriminasi dan tertekan, sehingga memilih untuk mati dengan cara gantung diri.

Sempat jadi pemain berbakat Hearts, kini Thomson menjadi petugas kebersihan
Sempat jadi pemain berbakat Hearts, kini Thomson menjadi petugas kebersihan

Craig Thomson

Thomson adalah pesepakbola muda asal Skotlandia yang bermain di posisi bek kanan. Thomson mengawali kariernya di klub Hearts. Di Hearts, ia diprediksi menjadi salah satu pemain berbakat Skotlandia, namun kariernya harus terhambat karena kasus pelecehan seksual. Ia terbukti bersalah telah memperlihatkan foto kemaluannya kepada anak berusia 14 dan 12 tahun.

Akibat kasus tersebut, ia dipinjamkan ke klub Lithuania, FBK Kaunas dan setahun berikutnya ia pindah ke klub Lithuania lainnya, FK Suduva. Pulang ke Skotlandia, ia malah diusir dari Hearts. Kemudian ia hendak melanjutkan karier ke klub di liga Siprus, AEP Paphos. Namun Paphos membatalkan kontrak setelah mengetahui kasus yang pernah menimpanya. Tak ada klub yang mau memakai jasanya, sekarang Thomson menjadi petugas pembersih kaca jendela dan hanya bermain di klub lokal Skotlandia, Newtongrange FC.

****

Bisa dibayangkan betapa menyesal Adam Johnson dan beberapa nama pesepakbola lainnya ketika mereka merenungi kesalahannya dan menjalani konsekuensi dari segala perbuatan mereka sehingga membuat karier mereka meredup. Bahkan seorang Justin Fashanu harus mengakhiri hidupnya dengan tragis karena tak tahan dengan tekanan dan diskriminasi yang diterima. Bisa dibayangkan, bagaimana nantinya kelanjutan karier mereka-mereka yang terlibat kasus seperti ini. Akan sangat menyedihkan apabila nantinya kita melihat Adam Johnson yang sempat menjadi bintang di Liga Inggris harus pensiun atau bermain di klub lokal, juga Titus Bramble yang mungkin akan bermain untuk tim di level Sunday League.

Jim Jefferies, eks-manajer Hearts kala masih diperkuat oleh Craig Thomson, mengungkapkan,"Apa yang telah dia lakukan adalah buruk, sesuatu yang buruk,  sangat tabu. Anda pasti tidak ingin klub anda diasosiasikan dengan apapun (hal buruk) seperti ini."

Mungkin ini juga bisa menjadi pelajaran kepada para pesepakbola agar tidak mengulangi perbuatan yang nantinya akan merusak karier mereka sendiri. Karena bagaimanapun, stigma dalam masyarakat sulit dihilangkan. Terlebih mereka harus menyadari bahwa public figure akan selalu dilihat dan dicontoh, minimal oleh para penggemarnya.

(tr)

Sumber lain: independent, guardian

Sumber foto: dailyrecord, independent

Komentar