Pekan ke-13 Liga Primer Inggris 2015/2016 menghasilkan rekor baru bagi manajer Sunderland, Sam Allardyce. Kemenangan Sunderland atas tuan rumah Crystal Palace, membuatnya menjadi manajer yang telah meraup 150 kemenangan di Liga Primer Inggris (sumber: Squawka).
Jumlah tersebut menjadikannya sebagai manajer yang meraih kemenangan terbanyak kelima dalam sejarah Liga Primer Inggris. Big Sam, julukan Allardyce, berada di bawah Sir Alex Ferguson (528 kemenangan), Arsene Wenger (422), Harry Redknapp (236), dan David Moyes (190).
Sam Allardyce memang salah satu manajer paling berpengalaman di Inggris. Pria berusia 61 tahun tersebut sudah berkarier sebagai manajer sejak tahun 1989. Sebelum menjadi manajer, ia pun sempat mencicipi berkarier sebagai pemain pada periode 1973 hingga 1992.
Selama berkarier sebagai pemain, prestasi terbaik Allardyce adalah mengantarkan Bolton Wanderers promosi ke Football League First Division, yang saat itu merupakan divisi teratas Liga Inggris. Lalu sisanya, ia hanya berpindah-pindah kesebelasan membela kesebelasan papan tengah atau papan bawah.
Begitu pula dengan kariernya sebagai manajer. Pada awal kariernya, ia hanya menukangi West Bromwich Albion (asisten manajer), Limerick (sekaligus pemain), Preston North End, Blackpool, Notts County, dan hingga akhirnya menukangi kesebelasan yang pernah ia bela, Bolton, yang saat itu masih bermain di divisi dua. Saat itu, Allardyce menandatangi kontrak berdurasi 10 tahun bersama Bolton.
Pada musim keduanya menukangi Bolton, Big Sam pun lantas berjasa bagi Bolton dengan berhasil mengantarkan promosi ke Liga Primer setelah tiga tahun absen. Dari sinilah mayoritas kemenangan demi kemenangan yang diraih Allardyce di Liga Primer ia raih.
Setelah mengantarkan Bolton promosi, Big Sam sempat terpikirkan untuk mengakhiri kontraknya yang masih lama berakhir itu dan memutuskan tak lagi berkecimpung di dunia sepakbola pada usia 56 tahun. Namun penampilan Bolton pada musim berikutnya, 2001/2002, membuat pria kelahiran 19 Oktober 1954 ini penasaran.
Ia kemudian menyadari bahwa ia tampaknya tak akan meraih apa-apa selama bersama Bolton dan hendak mengundurkan diri. Meski manajemen Bolton berusaha menahannya, Allardyce teguh pada pendiriannya dan mengundurkan diri setelah tahun ke-8 nya menukangi Bolton.
âSaya berbangga atas apa yang telah saya lakukan. Hanya saja saya tak meraih apa-apa pada akhirnya,â tutur Allardyce pada 2007, dikutip dari Daily Mail, âSaya menginginkan silverware (atau trofi). Saya layak mendapatkannya sebelum hari-hari saya [sebagai manajer] berakhir.â
Impiannya itu coba diwujudkan bersama Newcastle United. Pemain-pemain yang didatangkannya adalah Mark Viduka, Alan Smith, David Rozehnal, Geremi, Jose Enrique, dan bek andalannya di Bolton, Abdoulaye Faye. Namun hasilnya tak sesuai yang diharapkan di mana ia mendapatkan protes dari pendukung The Magpies. Meraih satu poin kala menghadapi dua peringkat bawah (Derby dan Wigan) pada awal Januari membuatnya dipecat, yang artinya Big Sam hanya mampu bertahan selama enam bulan saja.
Perjalanan kariernya kemudian berlanjut bersama Blackburn Rovers, West Ham, dan akhirnya berlabuh di Sunderland untuk menggantikan Dick Advocaat. Bersama Sunderland-lah kemudian ia meraih kemenangan ke-150 dari 400 pertandingan yang telah ia jalani di Liga Primer Inggris saat menghadapi Crystal Palace yang dibesut Alan Pardew.
Alan Pardew sendiri mengakui bahwa Allardyce bukanlah manajer sembarangan. Pasca dikalahkan Sunderland itu, ia menyatakan bahwa kesebelasan yang diasuh Allardyce memang selalu memiliki kejutan yang bisa menghadirkan kekalahan bagi lawannya. Dan itu kembali terbukti pada pertemuannya dengan Allardyce kali ini.
"Saya tak pernah berkhayal akan kans saya memenangi pertandingan menghadapi kesebelasan Allardyce," ujar Pardew seperti yang ditulis BBC, "Saya tahu setiap saya menghadapi kesebelasan Allardyce mereka akan selalu mencoba meraih sesuatu. Ia selalu memiliki kesebelasan yang tahu bagaimana caranya bermain di Liga Primer."
Anggapan Pardew itu boleh jadi tak berlebihan. Arsene Wenger, yang sudah hampir 20 tahun menangani Arsenal, selalu kesulitan ketika menghadapi Allardyce. Allardyce pun mengakui bahwa ia menikmati ketika mengalahkan Wenger.
"Saya selalu menikmati ketika saya mengalahkan Arsenal lebih dari siapapun ketika saya masih menukangi Bolton. Arsene Wenger membenci kami," papar Allardyce dalam otobiografinya yang berjudul "Big Sam, The Autobiography", "Tentu saja terkadang mereka menang, tapi kami lebih sering menahan imbang bahkan menang ketika menghadapi mereka."
Saat bersama Bolton, Allardyce memang sulit ditaklukkan oleh Wenger. Pada 12 pertemuan, Arsenal harus menelan tiga kekalahan dan lima hasil imbang dari 12 pertemuan. Hal itulah yang semakin meyakinkan bahwa Allardyce memang merupakan manajer berpengalaman di Liga Primer.
Soal kiprah di Liga Primer, Allardye pun tengah menapaki langkah untuk melewati rekor David Moyes. Pelatih asal Skotlandia tersebut saat ini telah mencatatkan 461 pertandingan di Liga Primer. Ini artinya ia butuh 62 pertandingan, atau dua musim agar bisa menjadi manajer dengan jumlah pertandingan terbanyak keempat di Liga Primer Inggris.
Dengan usianya yang telah menginjak 61 tahun, tentunya ia sangat sulit untuk mengejar rekor Ferguson yang telah melewati 810 pertandingan ataupun pencapaian Wenger yang telah menjalani 714 pertandingan. Sementara untuk melalui rekor Harry Redknapp, ia masih membutuhkan 240 pertandingan lagi.
Namun meskipun begitu, sebagai manajer asal Inggris tampaknya Allardyce tetap merupakan salah satu yang terbaik. Perlu diingat, Ferguson, Wenger, dan Moyes bukanlah manajer kelahiran Inggris. Hanya Redknapp yang secara pengalaman berada di atas Big Sam.
Di bawahnya terdapat Steve Bruce dan Alan Curbishley sebagai manajer asal Inggris yang telah melalui lebih dari 300 pertandingan. Namun Allardyce berkesampatan menjauhi pencapaian keduanya di mana Bruce saat ini tengah menangani Hull City di Divisi Championship dan Curbishley sudah tak lagi melatih sejak berpisah dengan West Ham pada 2008.
Ya, karena pencapaian-pencapaian itulah Allardyce sebenarnya merupakan salah satu pelatih terbaik Inggris yang masih berkarier di EPL saat ini. Tentunya terlepas dari trofi yang belum pernah ia dapatkan sekalipun.
foto: reuteurs
Komentar