Sempat Absen 21 Tahun, Angers Kini Tempati Peringkat Kedua di Ligue 1

Cerita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Sempat Absen 21 Tahun, Angers Kini Tempati Peringkat Kedua di Ligue 1

Angers Sporting Club de l'Ouest bukan nama asing di Ligue 1. Walau terakhir kali terlihat di divisi tertinggi 21 tahun lalu, kesebelasan asal Angers ini menghabiskan 23 dari 96 tahun hidupnya di Ligue 1, dan Raymond Kopa, peraih tiga gelar juara European Cup secara berturut-turut (1957, 1958, 1959) serta pemenang Ballon d’Or 1958, memulai karirnya di Angers.

Angers bukan nama asing namun melihat mereka duduk manis di peringkat kedua jelas pemandangan yang tidak biasa. Angers, kesebelasan yang rataan nilai pasar pemain-pemainnya paling murah di antara semua peserta Ligue 1 musim ini--606 ribu euro--mengungguli kesebelasan-kesebelasan lain untuk berada tepat di belakang juara bertahan sekaligus raksasa keuangan Ligue 1, Paris Saint-Germain. Sebagai catatan saja, rataan nilai pasar pemain PSG adalah 17,02 juta euro; tepat di belakang PSG adalah AS Monaco dengan 5,74 juta euro. Uang, di Ligue 1, bukan segalanya.

Angers tidak terlihat seperti kesebelasan yang sudah lama absen di pekan pertamanya. Les scoïstes menang tandang melawan Montpellier Hérault SC dua gol tanpa balas. Kemenangan yang membawa mereka menduduki peringkat pertama tersebut diikuti oleh satu kemenangan tandang dengan skor yang sama dan dua clean sheet dalam dua pertandingan setelahnya.

Biar saya sederhanakan penjelasannya: dalam tiga pertandingan Ligue 1 pertamanya setelah absen selama 21 tahun, Angers dua kali menang tandang 2-0 dan tidak sekali pun kebobolan. Pasukan Stéphane Moulin baru kebobolan di pekan keempat, saat bermain imbang 1-1 melawan OGC Nice.

Clean sheet demi clean sheet terus diraih Angers, yang rata-rata melakukan 39 defensive actions per pertandingan (57,31%-nya adalah clearances). Ketika tidak menguasai bola, Angers bermain menekan dan semua pemain, termasuk para penyerang, terlibat dalam pertahanan. Satu nama menonjol di antara semua pemain: sang penjaga gawang, Ludovic Butelle.

Ludovic Butelle

Kecuali saat kebobolan tiga kali dalam pertandingan melawan Lorient di pekan kelima yang merupakan satu-satunya kekalahan Angers musim ini, Butelle selalu bermain gemilang. Refleks-refleksnya menyelamatkan Angers yang pertahanannya terbuka dan sering dieksploitasi lawan dari kebobolan. Jangan tertipu angka 2,36 untuk rataan penyelamatan per pertandingan; Butelle membuat rata-rata 4,33 penyelamatan sebelum gawangnya kebobolan. Jika ada satu pemain yang pantas dikedepankan untuk tujuh clean sheet dalam sebelas pertandingan, Butelle orangnya.

Sementara Butelle dipuja ketika bertahan, pemain yang paling bersinar saat Angers menyerang adalah Thomas Mangani. Ia tidak bermain sebagai penyerang tengah atau penyerang sayap dalam formasi 4-3-3-nya Stéphane Moulin, namun sang gelandang tengah tetap menjadi aktor utama. Ia paling rajin menciptakan peluang dan memimpin daftar sumbangan gol.

Tujuh dari dua belas gol Angers berasal dari bola mati, dan lima dari tujuh gol tersebut melibatkan Mangani, sang spesialis bola mati. Dari titik penalti ia mencetak dua gol, dari tendangan bebas langsung satu, dan dari tendangan bebas tidak langsung ia mencetak dua assist. Mangani juga menjadi pemain penting dalam serangan lewat 29 peluang yang ia ciptakan; 35,8% dari semua peluang yang diciptakan (81) Angers musim ini.

Penampilan terbaik Mangani, jika bukan ketika mencetak gol tunggal dalam pertandingan melawan Troyes di pekan keenam, pastilah ketika satu gol tendangan penalti dan satu assist tendangan bebasnya membawa Angers menang tandang 1-2 di Olympique de Marseille.

Gol Angers

Terlepas dari kegemilangan Butelle ketika diserang dan Mangani ketika menyerang, secara keseluruhan Angers melakukan banyak hal sebagai kesebelasan. Mereka bermain menekan bersama-sama dan menyerang bersama-sama. Tiga penyerang memadati kotak penalti sementara kedua bek sayap menguasai area dekat garis tepi. Satu gelandang tinggal dan membantu pertahanan sementara dua lainnya rajin beroperasi di sekitar kotak penalti untuk membantu serangan.

Angers tidak banyak menguasai bola (rataan 44%) namun mereka menciptakan lebih dari tujuh peluang per pertandingan (7,36 tepatnya). Dari peluang-peluang itulah Angers melepas tembakan demi tembakan yang akurasinya tidak buruk-buruk amat: 43%. Para pemain Angers tahu ke mana bola harus diarahkan untuk mencetak gol: sembilan dari 12 gol mereka tercipta karena diarahkan ke sudut kanan bawah, sudut kiri bawah, atau sudut kiri atas gawang.

Komentar