Standar Baru Neuer Paksa FIFA Gelar Seminar Tiga Hari

Cerita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Standar Baru Neuer Paksa FIFA Gelar Seminar Tiga Hari

Penampilan yang ditunjukkan oleh Manuel Neuer bersama tim nasional Jerman di ajang Piala Dunia 2014 telah memunculkan kembali peran: sweeper-keeper. Para penjaga gawang yang memainkan peran sweeper-keeper adalah orang-orang yang mendobrak batas-batas tradisional seorang penjaga gawang. Karenanya, mereka identik dengan status pemain modern.

Berbicara mengenai tren yang dipopulerkan oleh Neuer di Piala Dunia tidak lantas membuat anggapan yang menyatakan bahwa peran ini baru muncul di Brasil, lokasi penyelenggaraan Piala Dunia 2014, benar. Neuer hanya membawa kebiasaannya di level klub bersama FC Bayern Munich ke Piala Dunia. Di bawah asuhan Pep Guardiola, Neuer adalah bek tengah ketiga (atau keempat, jika Bayern bermain dengan skema tiga bek tengah); seorang sweeper.

Neuer bahkan sudah memainkan peran tersebut sejak masih membela FC Schalke 04. Sebelum Neuer ada Amadeo Carrizo di tahun 60an, Hugo Gatti pada tahun 70an, dan Ubaldo Fillol di tahun 80an. Itu menurut Esteban Pogany, pelatih penjaga gawang tim nasional junior Argentina. Publik Jerman sendiri pastinya lebih mengenal sosok Harald Schumacher.

Ghatti bahkan sampai dijuluki sebagai "Si Gila", alias "El Loco", karena gaya mainnya yang tak sekadar eksentrik, tapi juga keberanian dia dalam mengantisipasi bola-bola terobosan dengan cara keluar dari kotak penalti. Ia memperlihatkan pada pecinta bola di zamannya, bahwa seorang kiper tak hanya harus membangun refleks dengan tangan saat menyelamatkan bola, tapi refleks menggunakan kaki untuk keluar dari kotak penalti untuk menjemput bola, melakukan penyelamatan dengan kaki dan kemudian mendistribusikan bola laiknya seorang outfield player.

Karenanya tidak benar pula jika Neuer disebut satu-satunya penjaga gawang yang menolak untuk bermain dengan cara lama. Hugo Lloris, penjaga gawang Tottenham Hotspur dan kapten tim nasional Perancis, juga dikenal sebagai seorang sweeper-keeper. Melihat Lloris maju meninggalkan gawang untuk menyapu bola adalah sebuah pemandangan yang cukup sering disaksikan oleh publik White Hart Lane dan para pendukung Les Bleus.

Walau demikian, tak bisa dipungkiri lagi bahwa memang di ajang Piala Dunia lah peran baru penjaga gawang tersebut mencapai tingkat popularitas yang tinggi. FIFA selaku badan tertinggi persepakbolaan dunia baru saja menggelar sebuah konferensi tingkat tinggi selama tiga hari (21-23 Oktober) di Zurich, Swiss. Salah satu seminar dalam rangkaian acara tersebut adalah pembaharuan pelatihan penjaga gawang. Dan nereka tidak memungkiri bahwa inspirasi datang dari tren yang muncul di ajang Piala Dunia 2014.

“Piala Dunia di Brasil telah menampilkan sebuah gaya baru penjaga gawang yang ditampilkan oleh Manuel Neuer. Kami juga melihat beberapa pemain lain seperti Keylor Navas, David Ospina, Sergio Romero, dan Guillermo Ochoa. Mereka merupakan representatif yang hebat dari generasi baru,” ujar Alex Vencel, goalkeeping expert FIFA, sebagaimana diwartakan oleh situs resmi FIFA.

Kehadiran generasi baru penjaga gawang ini, menurut Vencel, mau tidak mau memaksa FIFA untuk menanamkan pengetahuan baru. Karena belum semua pihak memahami bahwa kemunculan tren baru ini perlu diiringi dengan perubahan dan peningkatan dalam gaya dan materi latihan penjaga gawang.

“Generasi yang memiliki pengertian penuh tentang peran penjaga gawang sebagai outfield player. Untuk urusan pelatihan penjaga gawang, ada kebutuhan untuk secara permanen meningkatkan metodologi kami. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan terciptanya peningkatan kualitas yang bersifat global,” lanjut Vencel.

Kecepatan dan keberanian, selain perhitungan yang baik, adalah beberapa hal yang harus dimiliki oleh seorang sweeper-keeper. Tanpa hal-hal tersebut kebiasaan meninggalkan gawang untuk menyingkirkan ancaman hanya akan menjadi blunder yang dapat dimanfaatkan oleh lawan.

Namun tuntutan sepakbola modern terhadap para penjaga gawang bukan hanya itu saja. Menjadi seorang sweeper-keeper bukan soal bisa atau tidak menjadi bek tengah tambahan saja. Penjaga gawang modern diharuskan memiliki operan bola jarak pendek yang baik. Jika penjaga gawang klasik  hanya memiliki kemampuan distribusi bola yang baik dari tendangan gawang, penjaga gawang modern harus lebih baik dari itu.

Mereka harus mampu menerima dan menguasai bola dari situasi open play, untuk kemudian memberikan bola kepada rekan satu tim yang lain. Seorang penjaga gawang modern harus mampu memulai serangan dari titik terjauh dari gawang lawan.

“Di masa lalu ada anggapan yang menyebutkan bahwa penjaga gawang yang tinggi tidak memiliki kemampuan yang baik dalam memainkan kaki mereka dan membangun serangan. Stereotip semacam ini kini telah berubah berkat latihan penjaga gawang yang bagus di level klub,” ujar Miguel Angel Espana, penjaga gawang tim nasional junior Spanyol.

Memiliki kemampuan distribusi bola mati yang baik. Mampu mengamankan gawang dari serangan lawan dengan tangan atau kaki di muka gawang maupun jauh dari gawang. Mampu menerima dan memainkan bola dalam situasi open play. Hal-hal itulah yang harus dimiliki oleh penjaga gawang manapun jika ingin sukses sebagai penjaga gawang modern. Namun jika tujuannya adalah untuk menjadi seperti Neuer, maka ada kriteria tambahan: harus mampu mengambil lemparan ke dalam. Neuer tak hanya pernah melakukannya. Ia melakukannya di final Piala Dunia, saat skor pertandingan masih sama kuat 0-0.

Komentar