Pertandingan lanjutan Serie-A 2014/2015 pekan ke-28 melawan Cagliari di Stadion San Siro, Minggu (22/3) dini hari, merupakan laga krusial bagi AC Milan terutama Filippo Inzaghi sebagai Pelatih. Masa depan Pippo, panggilan akrab Inzaghi, sedang di ujung tanduk mengingat rentetan buruk I Rossoneri pada musim ini.
Milan sebagai kesebelasan penuh dengan sejarah manis kini tengah terpuruk di posisi 10 klasemen sementara Serie-A 2014/2015. Mereka hanya berhasil meraih 8Â kemenangan, 8Â kekalahan, 11 kali seri dari 27 laga.
Posisi ini membuat Milan berada cukup jauh dari zona Eropa. Jarak Rossoneri dengan Fiorentina yang berada di peringkat lima Serie-A saja memiliki selisih 10 poin.
Hal ini membuat isu dipecatnya Pippo semakin kencang berhembus. Laga melawan Cagliari akhir pekan ini digosipkan sebagai penentuan nasib mantan bintang sepakbola Italia ini. Jika Milan menelan kekalahan kembali maka Pippo kehilangan kursi kepelatihannya.
Baca juga tulisan lain tentang kepelatihan Inzaghi di Milan :Ultimatum Inzaghi Kepada Torres
Cara Allegri Kalahkan Taktik Inzaghi
Aroma Dendam Inzaghi versus Allegri di San Siro
Dalam kondisi seperti ini, sejatinya ia membutuhkan dukungan dari para suporter Milan itu sendiri. Namun apa daya, jika suporter Rossoneri malah bersiap memboikot pertandingan Ricardo Montolivo dkk melawan Cagliari yang akan digelar di Stadion San Siro nanti.
Para suporter Milan yang identik dengan Curva Sud (tribun selatan) merilis sebuah pernyataan mendesak suporter lain agar memboikot pertandingan kandang akhir pekan ini.
Rencananya para Ultras Milan akan mendesak semua penonton yang datang untuk meninggalkan San Siro ketika menjamu Cagliari . Di awal pergerakan, ultras tertua di Italia tersebut sudah mulai menghimbau para pendukung Milan lain agar tidak membeli tiket dan aksesoris-aksesoris resmi Milan.
Boikot itu dilakukan Curva Sud karena kesal dengan abu-abunya rumor penjualan Milan oleh Presiden Kesebelasan Silvio Berlusconi, presiden Milan. Selain itu para Ultras menyerukan transparasi masa depan dan keuangan Rossoneri.
"Berapa kali kami harus berkorban untuk Milan?" cetus Nick Hornby, seorang fans Arsenal yang menulis buku terkenal Pever Pitch, dikutip Football Italia. "Berapa kali kita menabung untuk membeli baju baru, pergi ke stadion, memperbaharui tiket musiman kami?" sambung Nick dengan penuh tanda tanya.
Apa yang dikatakan Hornby itu bisa mewakili apa yang ada di pikiran para suporter lainnya. Dan itu hal normal. Jangan heran jika kutipan itu pun dipakai oleh siapa pun yang ingin mempersoalkan apa yang dilakukan manajemen, tak terkecuali para fans Milan.
Para Ultras ingin berbicara dan memberikan pertanyaan-pertanyaan itu kepada Presiden Berlusconi tentang nasib kesebelasan kesayangannya. Di luar prestasi Milan di dua musim terakhir yang tanpa berkompetisi di Eropa, nasib Rossoneri dari segi finansial juga dirasakan semakin tidak jelas.
Hingga sekarang nasib Milan masih belum ditentukan, apakah tetap dipertahankan dalam jangka panjang, atau dijual kepada investor-investor asing yang tertarik. Pada sebelum-sebelumnya 30% saham Milan diisukan akan dijual ke Qatar Investment Authority (QIA) dan Gazprom, perusahaan gas Rusia.
Akan tetapi jelang kesepakatan justru penjualan mendadak batal dan Berlusconi menegaskan kesebelasannya tidak dijual. Terakhir Milan bakal dilego kepada Poe Qiu Ying Wang Shuo yang akrab disapa Mr.Pink. Akan tetapi lagi-lagi melalui Finnivest, perusahaan modal Milan, menampik penjualan klub kepada investor asal Tiongkok tersebut.
"Jika tujuannya untuk menjual bagian dari klub dan tetap berada di jalan buntu ini, maka lebih baik semua yang dimiliki klub dijual dan biarkan orang lain mengambil alih situasi," papar Nick.
Cerita-cerita terkait Silvio Berlusconi bisa disimak di sini :Arti Penting Kepemilikan Kesebelasan di Italia
Apa yang Harus Dilakukan AC Milan untuk Mengembalikan Reputasi Mereka?
Tentang Juventus, Calciopoli, dan Wajah Buruk Sepakbola Italia
Masalah antara Ultras dengan Presiden kesebelasan juga pernah dialami suporter lain salah satunya Lazio. Tifosi Curva Nord (Tribun Utara) Lazio memboikot sisa pertandingan Serie-A 2013/2014 karena adanya aturan dilarang membawa spanduk ke dalam markas mereka Stadion Olimpico Roma.
Curva Nord memilih berada di luar Stadion ketika kesebelasannya bertanding lengkap dengan spanduk protes mereka. Protes para Ultras Lazio tidak hanya soal peraturan dalam tribun saja, namun kebijakan transfer Claudio Lotito, Presiden Lazio, yang menjual Hernanes ke Inter Milan pada Januari 2014. Penjualan pemain asal Argentina tersebut, memperkuat aksi mogok. suporter Lazio di penguhujung musim 2013/2014.
Selain itu, Aksi pemogokan dukungan ke tribun juga pernah dilakukan Inter Milan, rival sekota AC Milan. Ketika dua kesebelasan sekota tersebut akan bertanding pada musim 2005/2006, Ultras Inter Milan akan memboikot tidak akan hadir pada Derby Della Madonina di Stadion San Siro.
Ultras Inter mengumumkan bahwa saat derby Milan itu mereka akan membiarkan Curva Nord San Siro kosong. Ini merupakan lanjutan protes atas performa buruk Inter melawan Villarreal dan tersingkir dari Liga Champions 2005/2006.
Konflik antara suporter dengan kesebelasan di Italia memang jarang menemukan titik terang di antara keduanya. Hanya kemenangan dan prestasi yang bisa menenangkan para garis keras dari Italia tersebut. Jika kesebelasan tengah terpuruk dan inkonsisten, maka siap-siap saja dicaci habis-habisan bahkan ditinggalkan seperti yang menimpa AS Roma Jumat (20/3) lalu.
Kisah-kisah Ultras lainnya dalam sepakbola :Catatan dari Hamburg: Ultras St. Pauli dan Perseteruannya dengan HSV
Piala Dunia 1982 dan Sejarah Ultras di Spanyol
Kekerasan Suporter Malaysia, Tiruan Terburuk dari Film-film Ultras
Komentar