Wabah Sepakbola yang Melanda Amerika Serikat

Cerita

by redaksi

Wabah Sepakbola yang Melanda Amerika Serikat

Warga Amerika Serikat seolah makin membuka diri terhadap sepakbola. Penyelenggaraan Piala Dunia 1994, serta prestasi mereka di Piala Dunia 2014, membuat mata publik Amerika teralih. Sepakbola bukanlah olahraga favorit di Negeri Paman Sam tersebut. Rugby, basket, dan baseball lebih menarik perhatian warga Amerika.

Kini, sepakbola terasa penting bagi Negara Adidaya tersebut. Bahkan, di pertandingan terakhir menghadapi Jerman, Presiden Barrack Obama masih sempat-sempatnya menonton pertandingan di pesawat kepresidenan. Puluhan ribu warga Amerika turut turun ke jalan untuk menyaksikan pertandingan lewat layar lebar.

Meski kalah di pertandingan terakhir, Amerika berhak melaju ke babak selanjutnya. Di pertandingan pertama, mereka menang 2-1 atas Ghana. Kemenangan ini sudah cukup untuk membuat mereka dielu-elukan warga Amerika.

Di pertandingan kedua, Amerika yang tidak diunggulkan, mendominasi permainan. Lawan mereka, yang secara sejarah lebih digdaya ketimbang Amerika, bisa ditahan imbang 2-2. Bahkan, Amerika mestinya membawa pulang tiga poin, jika Valera tak mencetak gol di dua puluh detik jelang pertandingan berakhir.

Ini menyamai prestasi mereka di Piala Dunia 2010, Afrika Selatan. Mereka sama-sama berhasil lolos ke babak 16 besar. Bedanya, skuat mereka saat ini jauh lebih solid dan mampu mengancam pertahanan lawan.

Ini pula yang membuat publik Amerika semakin bergairah. Kompetisi di dalam negeri juga menyajikan persaingan yang membaik dari tahun ke tahun. Sepakbola, kini mulai diperhitungkan di Negeri Rumah Para Pemberani tersebut.

Keberhasilan ini juga dirayakan oleh gedung tertinggi di dunia hingga 1972, The Empire State Building. Gedung yang ditetapkan sebagai National Historic Landmark ini, mewarnai atap mereka dengan lampu biru, putih dan merah.

“Untuk merayakan @ussoccer’s advancement in Brazil today, we are lit in red, white, and blue tonight,” tulis pengelola gedung tersebut lewat akun twitternya.

Kurang lebih 24 juta penonton menyaksikan laga Amerika vs Portugal. Ini menjadi rekor penonton sepakbola terbanyak di Amerika!

Keberhasilan ini juga mendorong Klinsmann untuk meminta izin pada sejumlah perusahaan terkait dengan karyawannya yang away ke Brasil untuk mendukung Timnas Amerika.

Surat izin ini pun disambut dengan baik oleh Wali Kota New York, Andrew Coumo. Ia menyatakan, Kota New York akan sepenuh hati mendukung perjuangan Amerika di Piala Dunia. Ia pun berjanji untuk memberi waktu tambahan saat makan siang, sehingga karyawan Balai Kota bisa mendukung Timnas Amerika.

Akhirnya, Amerika membuka diri terhadap sepakbola. Saya sependapat dengan redaktur olahraga Wall Street Journal, Jonathan Clegg yang merasa kasihan pada publik Amerika karena baru mengenal sepakbola.

Dia pernah mengatakan bahwa warga Amerika lebih senang melihat orang-orang berbaju besar dengan helm saling bertabrakan di lapangan. Mereka saling memperebutkan, entah apa namanya. Mereka menyebutnya bola, tapi bentuknya lonjong. Menggelikan.

Warga Amerika juga lebih senang melihat para pemain jangkung dengan kaos tanpa lengan melemparkan bola ke dalam ring. Tidak ada menarik-menariknya. Mereka membawa bola dengan tangan!

Ya, meskipun begitu Amerika telah sejalan dengan banyak warga dunia lainnya, mereka mulai sadar bahwa sepakbola adalah salah satu olahraga yang menarik disimak dan disaksikan. Karenanya itu selamat berpesta, warga Amerika!

Empire State Bulding

Sumber gambar: Dailymail.co.uk

[fva]

Komentar