Yaya Toure, Kanoute, Palestina, dan Alkohol

Cerita

by redaksi

Yaya Toure, Kanoute, Palestina, dan Alkohol

Meski bukan sesuatu hal yang esensial untuk digembar-gemborkan, nyatanya keyakinan seseorang menarik untuk dijadikan pembahasan. Beberapa akun twitter yang menghususkan diri untuk nge-jokes, faktanya jarang sekali berkelakar tentang agama seorang pemain. Mereka kerap memberikan respect bagi perbedaan tersebut.

Sejumlah pemain beragama islam kerap disorot karena tingkah lakunya. Perilaku pemain sepakbola ini kerap mendapatkan sorotan karena dianggap tidak biasa. Bukan hal yang penting memang, tapi menjadi menarik terutama di negara ini yang mayoritas beragama Islam dan menyenangi sepakbola.

Terutama di sepakbola, agama menjadi tema menarik untuk disimak.

Yaya Toure dan Alkohol

Salah satu cerita menarik tersebut adalah tentang Yaya Toure. Pemain kelahiran 1983 tersebut menolak menerima botol alkohol sebagai tanda “Man of the Match” kala ia membela Manchester City pada 2012. Kala itu, Operator Liga Inggris menetapkan dirinya sebagai pemain terbaik setelah mencetak dua gol untuk kemenangan City atas Newcastle United 2-0.

Botol alkohol tersebut sebenarnya hanya simbol penghargaan untuk pemain terbaik. Ini karena pemberi penghargaan tersebut merupakan produsen alkohol. Lalu, apa alasan Yaya tidak menerima botol tersebut?

“Aku tidak minum karena aku seorang muslim,” ujarnya singkat.

Pada 2005, Eurosport pernah membuat daftar nama pemain muda yang berpotensi untuk bersinar. Yaya ada di dalamnya. Nama Yaya mulai dikenal ketika ia hijrah dari Monaco ke Barcelona pada 2007. Karirnya menanjak seiring dengan kepindahannya ke Manchester City.

Sejak di Barcelona, Yaya tidak pernah merahasiakan identitas agamanya. Menurutnya, tidak ada yang salah antara prestasi di sepakbola dengan menjadi seorang muslim yang taat.

Yaya Toure hidup di Inggris yang notabene begitu lekat dengan minuman beralkohol. Meski rekan-rekan dan lingkungan sekitarnya minum alkohol, ia masih kukuh dengan apa yang ia percayai.

Di negeri ini, bukan hal yang sulit untuk menemui orang yang di KTP-nya beragama Islam, tapi masih asyik menenggak minuman beralkohol. Memang, ini bukan hal yang penting untuk diurusi, tapi untuk apa memaksa beragama, tapi dengan sengaja melanggar aturan-aturan yang ada di dalamnya?



Kanoute dan Palestina

Nama Frederic Kanoute dikenal sebagai pemain muslim yang sangat taat. Ia juga kerap mengirimkan pesan-pesan yang membuatnya disorot oleh media.

Dalam sebuah pertandingan, Kanoute pernah menutup logo sponsor di kaos tim Sevilla dengan lakban hitam. Pasalnya, sponsor Sevilla saat itu adalah sebuah rumah judi. Kanoute menganggap hal tersebut bertentangan dengan prinsip yang dianutnya dalam islam. Akhirnya, situs judi tersebut setuju untuk tidak menempatkan logo mereka di kaos Kanoute.

Tidak cukup sampai di situ, Kanoute juga merupakan pesepakbola yang tidak segan untuk beramal. Ia menyumbang 700 ribu dolar untuk menebus sebuah mesjid di Sevilla. Ini karena kontrak sewa lahan yang ditempati mesjid tersebut sudah habis, sehingga mesjid tersebut terancam untuk dijual.

Ketika ramadhan, Kanoute tidak meninggalkan kewajibannya untuk berpuasa. Ia pun tidak pernah memiliki masalah dengan rekan atau staf pelatihnya yang berbeda agama. Menurutnya, sangat penting untuk memahami Islam dan berjalan di jalan yang membuat hidupnya tenang.

Hal lain yang tidak kalah menarik adalah eratnya Kanoute dengan politik. Pada Januari 2009, dalam pertandingan Copa del Rey antara Sevilla menghadapi Deportivo La Coruna, ia sengaja membuka kaosnya. Di dalam kaos tersebut, tertulis dukungan terhadap Palestina yang saat itu tengah mendapatkan serangan dari Israel (hingga saat ini sebenarnya).

Ia pun mendapat peringatan berupa kartu kuning dari wasit, dan mesti membayar 4 ribu dollar kepada federasi, karena menunjukkan pesan berbau politik.

Kanoute

Apa yang dilakukan Yaya dan Kanoute ini seolah menunjukkan bahwa pemain muslim juga mampu menunjukkan keteguhan identitas mereka sebagai seorang muslim. Mereka memperlihatkan aksi yang kongkrit, terutama Kanoute.

Sepakbola mesti dipisahkan dari politik, tapi sepakbola juga bisa menjadi media yang tepat untuk melakukan protes terhadap ketidakadilan yang disebabkan sebagai dampak politik.

Sumber gambar: Dailymail.co.uk

[fva]

Komentar