Yogi Rahadian: Bertualang ke Leicester, Uruguay, dan Mimpi untuk Indonesia

Cerita

by Ammar Mildandaru Pratama

Ammar Mildandaru Pratama

mildandaru@panditfootball.com

Yogi Rahadian: Bertualang ke Leicester, Uruguay, dan Mimpi untuk Indonesia

Usianya memang baru 20 tahun, namun tenaga dan keahliannya sudah menjadi andalan Mitra Kukar. Dialah yang mencetak gol penentu kemangan saat menyingkirkan Arema di babak semi final leg pertama. Meski sering ditempatkan di posisi sayap kiri, pemuda kelahiran Musi Banyuasin ini juga piawai bila diberi instruksi posisi lain baik di kanan maupun tengah.

Yogi Rahadian termasuk pemain muda yang beruntung di Indonesia. Punya banyak pengalaman di masa pembentukannya sebagai pemain profesional seperti sekarang. Yogi bercerita tentang petualangannya sebelum membela Mitra Kukar yang dianggapnya merupakan bekal yang sangat berharga.

Menyukai sepakbola sejak kecil, Yogi sudah bergabung dengan sekolah sepakbola sejak usia dini. Ia mulai serius menjalani karirnya ketika kemudian bergabung bersama Indonesia Football Academy (IFA) . Di sini juga kemudian ia mulai dipanggil ke tim nasional pelajar untuk mewakili Indonesia.

Lewat kesempatan tersebut Yogi akhirnya bisa terbang ke Leicester untuk menimba ilmu di sana pada 2011. Pengiriman Yogi Rahadian ke Inggris merupakan kerja sama yang dibangun langsung dengan kesebelasan yang saat ini duduk di peringkat pertama Liga Primer Inggris tersebut. Kebetulan saat itu sebagian saham Leicester dimiliki oleh Iman Arif, pria asal Indonesia.

“Seleksinya panjang waktu itu, dijalani sambil terus latihan timnas pelajar,” katanya. Meski hanya berlangsung selama satu bulan, Yogi mengungkapkan banyak pengalaman berharga yang bisa ia petik selama di Inggris.

“Program latihan di sana (Leicester) sangat bagus, semua kompetisi usia muda jalan, mereka punya lapangan latihan yang sangat banyak,” ungkap Yogi. Ia masih ingat bagaimana awal kedatangannya, termasuk lapangan yang sedang dalam kondisi tidak bagus karena selesai musim salju.

yogi rahadian1

Namun meski begitu ia masih sangat kagum dengan fasilitas-fasilitas yang ada, termasuk tempat fitnes yang dibilangnya sangat lengkap, dan bagaimana makanan untuk para pemain dijaga ketat. “Berat badan saya sempat naik waktu di sana karena makanan sangat enak dan terjaga,” ucapnya sambil tertawa.

Satu bulan ikut berlatih di sana bersama pemain muda Leicester dirasanya masih kurang tetapi pengalaman tersebut diungkapkannya sangat berarti bagi karirnya. Komplek latihan yang menyatu dengan para pemain senior membuatnya tahu bagaimana Sven-Goran Ericksson, manajer Leicester saat itu, menyiapkan pasukannya sebelum bertanding.

Sayangnya Yogi tidak sempat berbicara atau diskusi sesuatu dengan manajer asal Swedia tersebut. “ Saya cuma sempat duduk satu meja besar saat makan, tapi tidak ngobrol, karena saya juga belum bisa bahasa Inggris waktu itu,” katanya.

Selama pembicaraan dengan kami, Yogi memang tak henti-hentinya mengungkapkan kekagumannya pada sistem sepakbola di Inggris. “Saya lihat mereka (Leicester) yang saat itu ada di divisi Championship saja sudah sangat bagus, apalagi kayak Chelsea,”

Saat ditanya selama pengalamannya di sana, apakah benar bahwa pemain muda Indonesia sebenarnya tidak kalah secara teknik, Yogi tidak langsung membantah. Namun ia punya jawaban tersendiri berdasarkan pengamatannya.

“Saya sempat menonton latihan Leicester U-14, waktu itu latihan volley (tendangan satu sentuhan), jadi pemain dapat crossing langsung tendang, saya heran karena dalam satu sesi mungkin hanya satu yang gagal, mantap banget  lah padahal masih kecil, beda dengan di sini ” kata pemain kelahiran 27 Oktober 1995 ini.

Ke Uruguay dan Mimpinya Bermain untuk Indonesia

Yogi Rahadian hingga saat ini mengaku masih fokus ke karirnya sebagai pesepakbola. Bahkan ketika ditanya perihal melanjutkan pendidikan, ia mengaku belum terpikirkan karena ingin terus fokus di sepakbola. Namun saat ditanya cita-citanya dulu selain menjadi pemain, Yogi mengatakan ingin jadi polisi.

Sama seperti pemain yang ikut progam SAD dan dikirm ke Uruguay, Yogi merupakan lulusan SMA Ragunan. Berbeda dengan saat di Leicester, ketika ke Uruguay, Yogi menjalani program yang panjang, bahkan hingga ikut kompetisi di sana. Atmosfer kompetisi yang keras membuatnya punya banyak pengalaman terutama dalam mengasah mental bertanding.

Atmosfer sepakbola di Uruguay, terutama kota Motevideo, menurut Yogi sangat keras. Apalagi di ibu kota Uruguay ini ada dua kesebelasan terbesar negara tersebut, Nacional dan Penarol. Saking kerasnya pertandingan jika kedua kesebelasan tersebut bertemu, para pemain di SAD dilarang untuk menonton langsung karena berbahaya.

“Mungkin kalau di Indonesia itu seperti Persib vs Persija, tapi lebih keras lagi, di sana pendukung dua tim tadi 40-40 (persentase) sisanya baru yang lain” kata Yogi. Para pemain hanya dapat menonton melalui layar televisi. Namun jika timnas Uruguay bertanding para pemain rutin menonton langsung di stadion.

yogi rahadian

Sepulangnya dari Uruguay pada 2013, Yogi Rahadian langsung bergabung bersama Mitra Kukar U-21. Bersama tim muda Naga Mekes, ia mampu melaju sampai babak final ISL U-21. Sayang, timnya kalah saat menghadapi Sriwijaya FC U-21 di Malang.

Berkat kerja kerasnya, Yogi akhirnya mampu menembus tim utama Mitra Kukar dan ikut bertanding di ISL dan beberapa turnamen lainnya. Di kota Tenggarong, sebelum bersama Jafri Sastra sekarang, ia sempat mencicipi racikan strategi dua pelatih asing, Stefan Hansson (Swedia) dan Scott Cooper (Inggris).

Bersama dua pelatih tadi ia punya kesan tersendiri, baginya dilatih oleh pelatih dari berbagai negara membuatnya punya pengalaman yang baik.  Khususnya kepada Scott Cooper, Yogi sempat memuji pola latihan dan cara pendekatan mantan Buriram dan Muangthong United tersebut.

“Scott suka dengan pemain muda, dia selalu percaya dan kasih kesempatan. Dia juga selalu mengajak berbicara pemainnya satu-satu jika ada masalah. Bahkan kalau di latihan atau tanding kita kurang terlihat percaya diri, dia lansung panggil dan ajak omong,” ungkapnya.

Yogi Rahadian seperti pemain Indonesia lainnya juga punya mimpi untuk membela negaranya di ajang internasional. Ketika ditanya apakah ada target khusus ke timnas,  terutama di Asian Games nanti, Yogi jelas tak mengelak.

“Saya pengen sekali, apalagi Asian Games nanti mungkin mainnya di Palembang, Sumatera Selatan, tanah kelahiran saya. Tapi untuk saat ini saya ingin fokus di Mitra Kukar dahulu dan meraih prestasi untuk tim” pungkasnya.

Komentar