Kiper AS Roma, Mauro Goicoechea mengirimkan umpan tarik pada Daniele De Rossi, yang kemudian menggiringnya ke lapangan tengah untuk mencari ruang kosong agar bisa memberikan umpan pendek pada Marquinho. Bola tak lama berada di kaki Marquinho, ia mengirimkannya ke sisi kanan lapangan di mana Eric Lamela berada.
Michael Bradley yang diplot sebagai gelandang tengah tak berpikir panjang untuk membantu lini penyerangan. Ketika Lamela membawa bola di sisi kanan, De Rossi, Marquinho, Francesco Totti, Dodo, dan Ivan Piris sudah berada dia area pertahanan Cagliari.
Namun serangan tersebut sia-sia karena berhasil digagalkan pemain bertahan Cagliari. Dengan sebuah serangan balik cepat, bola kemudian dikirimkan pada Victor Ibarbo yang berada di area kotak penalti Roma.
Bola berhasil dimentahkan oleh pemain belakang Roma. Namun bola hasil sapuannya tersebut jatuh tepat di kaki Marco Sau. Sau yang berada di luar kotak penalti pun langsung melepaskan tendangan karena tanpa pengawalan.
Tendangannya membentur mistar gawang. Tapi bola rebound tersebut jatuh di kaki Fancesco Pisano. Lagi-lagi tanpa pengalawan, Pisano pun dengan mudah menaklukkan Goicoechea. Gol tersebut mengubah skor menjadi 1-4 untuk Cagliari.
Pertandingan berakhir dengan skor 2-4 setelah Marquinho memperkecil ketertinggalan. Namun gol Marquinho tersebut tak mampu menyelamatkan karir Zdenek Zeman yang akhirnya dipaksa lengser dari kursi kepelatihan Il Giallorossi. Sepakbola menyerangnya berakhir memilukan, baik bagi Roma maupun bagi Zeman sendiri.
Pengalaman tersebut menjadi pengalaman terpahit yang dialami pelatih asal Ceko ini. Dan perasaan itu kembali menguap ketika akhir pekan ini, Zeman kembali ke stadion Olimpico, Roma. Namun kini ia datang bersama tim tamu dengan misi untuk mengalahkan Roma.
Ya, kini Zeman melatih Cagliari, tim yang membuatnya dipecat dari Roma Februari tahun lalu. Pemilik Cagliari, Tommaso Giulini, percaya bahwa gaya sepakbola menyerang ala Zeman sangat cocok diterapkan untuk Cagliari.
Zeman memang identik dengan sepakbola menyerang. Dan ia mengakui bahwa ia tipikal pelatih yang tak sabaran. Ia tak menyukai permainan possession football. Alasannya, jika sebuah tim terlalu lambat untuk melakukan serangan, maka tim lawan akan dengan mudah membangun tembok pertahanan.
Maka dari itu, di setiap tim yang ia bela, Zeman selalu menerapkan serangan balik langsung. Pemainnya harus dengan cepat mengirimkan bola ke wilayah pertahanan lawan. Tim yang dipimpin Zeman biasanya memiliki beberapa pelari cepat, tackle agresif, dan menerapkan pressing tinggi. Semua itu dilakukan agar timnya lebih cepat merebut dan menguasai bola lalu melakukan serangan secepat mungkin.
Bagaimana dengan lini pertahanan? âKapan pun kita menyerang, tiga penyerang harus berada di dekat area kotak penalti,â Zeman menjelaskan. âLalu dua dari tiga pemain tengah pun harus berada di belakang para penyerang. Dengan begitu, lawan akan terkunci. Dan ketika menguasai bola di area kotak penalti lawan, kita akan unggul jumlah pemain.â
Secara logika, konsep tersebut tebilang masuk akal. Namun nyatanya, semua bayangan indah Zeman itu selalu berjalan tak sesuai harapan. Dari 34 tahun karirnya menjadi pelatih, prestasi terbaik Zeman hanya dua kali menjadi juara Serie B, bersama Foggia dan Pescara. Dan Cagliari adalah tim ke-19 sepanjang karir kepelatihannya.
Zeman bukan lah pelatih sukses. Namanya lebih melekat dengan kekalahan. Karena kekalahan demi kekalahan selalu diterimanya itu lah julukan 'Beautiful Loser' disematkan padanya. Lantaran skuat Zeman selalu kalah meski bermain dengan indah.
Namanya kembali mencuat saat berhasil membawa Pescara promosi ke Serie A pada musim 2011-2012. Kala itu, Pescara dihuni oleh pemain-pemain muda bertalenta seperti Ciro Immobile, Lorenzo Insigne, dan Alessio Romagnoli, di mana ketiga pemain ini sekarang bermain untuk tim top. Pescara mencatatkan rekor gol Serie B dengan 90 gol dari 42 pertandingan.
Catatan itu lah yang membuat Roma, lalu kemudian Cagliari tertarik untuk menggunakan jasanya. Meski bersama Roma ia mengalami kegagalan, tak sedikit pihak yang mulai menjagokan Cagliari bisa berbicara banyak pada musim ini.
Maka laga melawan Roma akhir pekan nanti (21/9) akan menarik untuk kita nantikan. Jika ia berhasil menang, puja-puji mungkin akan kembali dilemparkan padanya. Tapi jika Cagliari kalah, maka label âBeatiful Loserâ akan semakin melekat padanya.
foto: flickr.com
Komentar