5. Memahami Sepakbola sebagai Peristiwa Sosial
Jika anda datang ke stadion menikmati liga lokal anda tak hanya akan menikmati suguhan pertandingan 90 menit saja seperti yang anda saksikan di telvisi. Pada hakikatnya sepakbola itu bukan semata kejadian pertarungan sengit di tengah lapang sepanjang 90 menit.
Mengingat akses jalan ke beberapa stadion yang jauh dan sulit, juga fasilitas pintu stadion yang sedikit, serta beredarnya tiket palsu dan kongkalikong penyobet tiket di pintu, amat biasa suporter mesti datang ke stadion berjam-jam sebelum kick-off. Jalak Harupat, GBK, dan banyak stadion lainnya tak seperti Old Trafford yang lima menit jelang kick-off stadion masih kosong tapi saat kick off stadion sudah penuh. Apalagi jika pertandingan akbar dengan rivalitas yang tinggi. Jangan harap anda bisa masuk stadion 15 menit sebelum kick-off, bahkan walau anda memegang tiket asli sekali pun.
Jika Persib menjamu Persija di Jalak Harupat, misalnya, rombongan bobotoh dari Cirebon atau Ciamis atau Serang mesti berangkat pagi-pagi sekali dan baru bisa sampai rumah juga pada dini hari. Sepakbola lokal amat biasa menjadi peristiwa 24 jam, bukan lagi 90 menit.
Jika anda hadir ke stadion, anda akan menyaksikan suguhan sosial yang tentunya tak akan berlangsung 90 menit, tapi berjam-jam sebelum dan seusai pertandingan digelar. Hingar-bingar suporter yang berkarnaval, menyanyikan fans meneriakan yel di atas truk, kemacetan yang mendera hingga kerusuhan suporter akan anda saksikan saat menuju stadion. Hal serupa akan anda alami seusai pulang dari stadion.
Anda akan melihat sebentuk tribalisme kuno saat bus pemain dielu-elukan sepanjang jalan, membelah jalanan kota, laksana pasukan yang baru pulang dari medan perang. Dan itu terjadi dengan gamblang, dengan senang hati dan suka rela, bukan pasukan kampanye yang dikerahkan untuk mendukung kandidat Pemilu.
6. Memaksimalkan Panca Indera
Datang ke stadion tak hanya akan membuat anda terfokus memaksimalkan pikiran (kognisi)Â seperti saat menonton di televisi. Hadir di stadion secara langsung membuat anda bisa memaksimalkan seluruh kemampuan panca indera anda.
Dalam indera penglihatan, misalnya, berbeda dengan TV yang dimana kejelasan siapa yang menggiring bola bisa dibantu oleh kamera, maka dengan hadir di stadion anda harus membiasakan mata membesarkan dan mengecilkan pupil mata secara manual mengingat jarak pandang yang begitu jauh. Dengan mata pula anda harus jeli melihat pergerakan pemain ataupun copet yang berkeliaran disekitar anda.
Dalam soal indera penciuman, akan banyak aroma yang akan anda hirup di stadion. Mulai dari aroma bau ketiak supporter yang tak mandi sebelum ke stadion, aroma pesing yang menyelinap diantara tembok tribun, hingga aroma-aroma tak sedap lainnya.
Ketika berbicara  soal indera kecap lidah, di stadion pun akan banyak berbagai hal. Terutama rasanya mencicip makanan-makanan murah yang masih patut dipertanyakan apakah itu makanan basi atau tidak, mengingat banyak pedagang nakal yang berkeliaran di dalam tribun. Namun ya namanya juga lapar, di dalam stadion makanan apapun mungkin anda santap.
Sekarang kita beralih ke indera pendengaran, hal ini tak perlu dijelaskan panjang lebar. Di stadion anda akan mendengar caci-maki, puja-puji, keluhan, banyolan bahkan hal-hal yang berbau serius layaknya para komentator di TV. dan hal itu akan dilontarkan oleh orang-orang di sekitar anda. Lantas apa yang mesti dikaitkan dengan indera perasa saat anda hadir di stadion menonton langsung? jawabnya adalah anda akan merasakan kepanasan, berdesak-desakan, kedinginan karena kehujanan ataupun gesekan-gesekan mesra copet yang menggerayangi pantat anda.
Ya semua itu anda akan rasakan di atadion, bukan di rumah yang dimana anda duduk mesra sembari menikmati  sepakbola yang menurut anda sebagai menikmati sepakbola senikmat-nikmatnya. Ketahuilah, kenikmatan sepakbola sebenarnya adalah di stadion.
Matikan TV-mu, dan pergilah ke stadion!
Komentar