Pada intinya, tendangan penalti adalah saat abstraksi dari pertandingan sepakbola kemudian berhenti, lalu diberikan oleh seorang wasit yang menunjuk ke titik putih berjarak dua belas meter di depan gawang.
Di sini peran wasit banyak berbicara, para pendukung tim yang diganjar penalti akan dengan mudah mengkambinghitamkan sang wasit. Sedangkan bagi tim yang mendapatkan penalti akan sering naif, sambil malu tapi mau, untuk memuji sang wasit yang telah, entah benar atau tidak, "menguntungkan" mereka.
Sedangkan adu tendangan penalti adalah sebuah abstraksi yang lebih besar, ketika keputusan hukuman tidak lagi sepenuhnya diputuskan oleh wasit, melainkan diputuskan oleh mandat peraturan, pendukung tidak lagi bisa mencari kambing hitam.
Peraturan saat ini mendikte bahwa satu-satunya cara untuk memecahkan kebuntuan ketika hasil imbang berkepanjangan adalah melalui serangkaian duel tembak-tembakan, perdagangan dalam lomba memasukkan bola ke gawang dalam serangkaian adu penalti, tim yang bisa berdiri paling terakhir akan menang. Terlepas dari konteks pertandingan, selama atau setelahnya, tendangan penalti tetap menjadi sebuah abstraksi statis dari permainan tim.
Alasan lebih lanjut untuk mendukung gagasan bahwa tendangan penalti yang tampaknya keluar dari logika adalah bahwa dalam banyak kesempatan mereka tidak mendapatkan rasa legitimasi. Tendangan penalti sebagai cara meracik keadilan mungkin tampak kurang sah karena tendangan penalti sebagian besar didasarkan pada penilaian masa depan yang mungkin telah diperkirakan sebelumnya.
Setelah itu, implikasi tendangan penalti adalah bahwa hal itu didasarkan pada penilaian bahwa pemain yang diganjal di kotak penalti akan menghasilkan kesempatan untuk mencetak gol, dan kesempatan untuk mencetak gol akan memungkinkan terciptanya sebuah gol. Singkatnya, tendangan penalti adalah sebuah antiteori tentang masa depan yang seharusnya tidak dibiarkan untuk terjadi.
Apakah bisa diketahui secara pasti bahwa sebuah tim yang diganjar di dalam kotak penalti pasti akan mencetak gol? Apakah seorang pemain diganjar di depan gawang benar-benar memiliki kesempatan yang jelas untuk mencetak gol, meskipun geometri dan skill pemain mungkin akan berbicara sebaliknya? Rasa ingin tahu tentang tendangan penalti adalah bahwa ia menerjemahkan kesempatan hipotetis pada tujuan, menjadi suatu keadaan di mana kesempatan untuk mencetak gol adalah dalam kondisi ideal.
Seharusnya tidak ada pemain yang dengan sengaja menghalangi lawan untuk mencetak gol dan lebih memilih timnya untuk dihukum penalti saja, untuk kemudian meninggalkan si pengambil tendangan penalti untuk membuat pilihan sederhananya sendiri.
Namun, tendangan penalti tetap saja sulit untuk diambil. Jika Anda tidak setuju, tanyalah kepada Cornel Râp? - sang eksekutor yang gagal membobol gawang Cosmin Mo?i. Lalu jika Anda cukup berani, apakah Anda yakin mau menyerobot untuk mengambil peran penendang penalti tersebut dari kaki Cornel Râp??
Jika memang dilematisme dan problematisme pilihan dalam menendang penalti sebegitu sulitnya, lalu apakah memang tentang membuat pilihan lah yang membuktikan bahwa penalti itu akan menjadi sulit?
Komentar