Tidak Berkembang dalam Kemampuan Bertahan
Dalam beberapa ujicoba di bulan Mei lalu, Indra Sjafri sudah mengeluhkan kinerja lini pertahanan Indonesia. Salah satunya saat ditahan imbang oleh Myanmar di Jakarta. Kemenangan di depan mata musnah oleh blunder mendasar yang dilakukan oleh lini belakang.
Lini belakang Indonesia, entah kenapa, seperti terninabobokan oleh paradigma penguasaan bola oleh lini tengah Indonesia. Bisa dikatakan bahwa kunci pertahanan Indonesia bukan di lini pertahanan, tapi justru ada di lini tengah. Kuncinya terletak pada penguasaan bola yang dilakukan pemain tengah Indonesia.
Ini sebenarnya prinsip yang mendasari tiki-taka versi Pep Guardiola. Ide dasarnya sederhana: jika lawan tidak menguasai bola, maka mereka tidak akan membahayakan. Maka kuasailah bola selama mungkin agar lawan tak sempat menguasai bola dan membahayakan Indonesia.
Persoalannya: paradigma penguasaan bola itu terlihat hanya dibebankan pada trio lini tengah. Seperti yang diuraikan di bagian sebelumnya, kedua flank Indonesia tidak terlihat pernah dipaksa/dikondisikan untuk ikut bertanggungjawab menguasai lini tengah, bahu membahu dengan trio lini tengah. Kedua flank Indonesia terdidik menunggu bola menjelang sepertiga akhir lapangan untuk mengeksploitasi sisi pertahanan lawan.
Maka begitu trio lini tengah Indonesia bisa dikunci dengan pressing yang konstan dan agresif, lini pertahanan Indonesia akan dengan sangat mudah kocar kacir. Tidak perlu lawan menggunakan skema serangan yang canggih untuk membongkar pertahanan, karena lini pertahanan akan sendirinya melakukan kesalahan.
Inilah yang terlihat pada dua gol pertama Uzbekistan. Dua gol ini adalah semacam "hadiah cuma-cuma" dari Indonesia untuk tim lawan. Menghadapi umpan silang yang buruk (di gol pertama) pun Hansamu dan Sahrul melakukan kesalahan. Sementara gol kedua Uzbekistan lahir karena kecerobohan Fatchu Rahman "mengambil sekali" pemain lawan yang menguasai bola di bibir kotak penalti.
Sementara gol Australia adalah kombinasi antara lini tengah yang sudah tidak punya hasrat lagi melindungi pertahanan dengan kacaunya koordinasi duet bek tengah Indonesia. Tidak jelas apakah mereka hendak memasang jebakan offside atau tidak, yang jelas umpan terobosan dari pemain tengah Australia dengan empuknya membelah jantung pertahanan Indonesia.
Jika ada yang paling tidak berkembang dari seluruh aspek dari timnas U-19, maka lini pertahanan pantas disebut di daftar teratas.
Halaman Berikutnya: Kesimpulan Kenapa Timnas U-19 Layak Tersingkir
Komentar