Muhammad Ali, Tentang Menjadi Muslim, Perang, dan Guyonannya Terhadap Para Pesepakbola

Editorial

by Redaksi 46 69263

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Muhammad Ali, Tentang Menjadi Muslim, Perang, dan Guyonannya Terhadap Para Pesepakbola

Keinginannya masuk tentara justru hadir pada 1966. Kala itu, Amerika Serikat tengah menginvasi Vietnam. Untuk menambah jumlah tentara, Angkatan Darat Amerika Serikat menurunkan standar dan memasukkan Ali ke dalamnya. Namun, Ali menolak meski ancaman penjara lima tahun menantinya.

“Aku tak akan mempermalukan agamaku, orang-orang (yang mendukungku), atau diriku sendiri dengan menjadi alat untuk memperbudak mereka yang berjuang demi keadilan mereka sendiri, kebebasan, dan kesetaraan,” ungkap Ali.

Hal ini ternyata berbuntut panjang. Polisi Militer menangkap dan memenjarakannya. Lisensi tinjunya dicabut. Namun, tidak sedikit orang yang mendukung Ali, dan menentang Perang Vietnam.

Setelah mengajukan banding, Ali kembali bertanding di atas ring dan langsung memukul KO lawannya, Jerry Quarry serta Oscar Bonavena. Ia pun bertemu dengan Joe Frazier yang dianggap sebagai “Fight of the Century”.

Menikmati Guyonan dengan Pesepakbola

Muhammad Ali dan Pele. Gambar: Dailymail.co.uk

Di sepakbola, nama Pele adalah legenda, sementara Ali menjadi perbincangan utama di dunia tinju. Namun, semua pun sepakat kalau keduanya adalah legenda di olahraga.

“Aku selalu bilang kalau keluarga terbesar di dunia adalah keluarga sepakbola. Anda tak bicara bahasa apapun. Di Afrika, Asia,dan Eropa, kami semua mengerti,” ucap Pele dalam perbincangannya dengan wartawan Telegraph, Sian Ransconbe.

Pele menjabarkan bahwa sepakbola telah memberinya kesempatan bertemu banyak orang. “Aku bertemu dengan Nelson Mandela di Afrika sekali, dan aku bertemu lima Paus,” tutur Pele.

Sepakbola pula yang kemudian mempertemukannya dengan Muhammad Ali. “Dia memiliki karakter yang berbeda, lebih lucu, membuat lelucon sepanjang waktu. Kami bertemu bersama untuk makan dan dia kerap menggodaku. Dia bilang kalau dia lebih terkenal ketimbang aku,” ucap Pele.

Selain Pele, Ali pun pernah menggoda Brian Clough. Ia bilang begini, “Ada seorang sobat di London, Inggris, bernama Bryan ...(bergumam sambil berpikir), mmm Bryan Clough, seorang pesepakbola atau sejenisnya, dalam perjalananku ke Indonesia, si sobat ini bicara terlalu banyak. Dia bilang dia adalah Muhammad Ali yang lain. Hanya ada satu Muhammad Ali. Nah, Clough, saya sudah lelah. Hentikan itu!”

Ali dan Clough pernah berbicara. Dalam tulisannya di The Guardian, Clough bercerita. “Dia memanggilku ‘Cloughie,” Clough pun melanjutkan, “Dia bilang ‘Kamu terlalu muda untuk menjadi manajer. Kamu harus mencoba tinju’. Ya, aku memang pernah meninju Roy Keane sekali tapi tak terlalu keras.”

Berakhir Sebagai Bintang

Ali sempat menolak saat namanya akan diabadikan di Walk of Fame Hollywood. Ia tak mau namanya ditempatkan di lantai. “Aku memikul nama rasul kami tercinta, Nabi Muhammad, dan tidak mungkin saya membiarkan orang-orang menginjak-injak namanya,” ucap Ali.

Atas hal itu, perlakuan khusus pun dibuat dengan menggantung nama Ali di dinding. Menurut CBC, ialah satu-satunya pesohor yang namanya tidak disimpan di lantai.

Usai pengumuman meninggalnya Muhammad Ali, puluhan orang memadati plakatnya di Walk of Fame. Plakat itu yang menjadi salah satu hal yang membuat kita terkenang atas si petinju terhebat sepanjang masa.

Dengan berkarier sebagai petinju, Ali mungkin bisa membeli ratusan atau ribuan sepeda Schwinn. Ia bebas memilih warna yang ia mau. Kini, bukan dirinya yang berlinang air mata karena sepeda yang dicuri, tetapi dunia yang menangis karena kehilangan seorang petinju yang hebat di dalam dan di luar ring. Selamat jalan, Ali!

Komentar