Ada kesamaan situasi antara penyerang asal Spanyol yang bermain di Persib Bandung, Juan Belencoso, dengan gelandang asal Jerman, Bastian Schweinsteiger. Keduanya sama-sama tengah jadi perbincangan karena disisihkan oleh masing-masing pelatih dari tim utama.
Belencoso, dengan statusnya sebagai pemain asing dan bayaran yang konon termahal di Indonesia saat ini, dianggap tak mampu menunjukkan kualitasnya. Ia pun berencana didepak karena tidak memberikan kontribusi sesuai harapan, setidaknya harapan manajer Persib, Umuh Muchtar dan pelatih Persib, Djajang Nurjaman.
"Sungguh tidak ada kontribusinya buat tim jadi saya setuju dengan keputusan yang diambil manajer (mencoret Belencoso). Dan manajer sudah diskusi dengan saya. Jadi tidak ada kesempatan main lagi untuk Belencoso," ujar pelatih yang akrab disapa Djanur seperti yang dikutip Simamaung.
Belencoso datang ke Persib Bandung dengan status pemain bintang, ia adalah pencetak gol terbanyak AFC Cup. Baca: Juan Belencoso, Miroslav Klose dari Elche de la Sierra
Sementara itu, Schweinsteiger pun mengalami perlakuan serupa seperti Belencoso dari manajer Manchester United, Jose Mourinho. Mou secara tersirat mengatakan secara langsung mengenai masa depan Schweinsteiger yang tak disertakan dalam pramusim Manchester United.
"Ini sama seperti klub manapun di dunia ini. Setiap manajer memutuskan skuat mereka dan jumlah pemain tertentu dalam menghadapi musim yang baru. Sesederhana itu," ujar Mourinho pada Mirror ketika ditanyai tentang alasan `mendepak` Schweinsteiger.
Nasib Belencoso dan Schweinsteiger pun lantas di ujung tanduk dari hari ke hari. Belencoso tak dibawa pada sejumlah pertandingan Persib. Sementara Schweinsteiger harus rela berlatih dengan tim junior Manchester United.
Pro dan kontra lahir dari kedua masalah di atas. Di Bandung, muncul tagar #SaveBelencoso sebagai ketidaksetujuan sebagian para pendukung Persib atas rencana pencoretan Belencoso. Sementara itu Mourinho mendapatkan ancaman tiga tahun penjara dengan tuduhan `Bullying` pada Schweinsteiger dari anggota FIFPro, Serikat Pesepakbola Profesional.
Dari dua kejadian di atas, yang menjadi pertanyaan kemudian adalah, apakah layak sebuah klub memperlakukan pemain mereka seperti itu?
Dalam profesionalisme sepakbola, apa yang dilakukan Persib dan Manchester United pada Belencoso dan Schweinsteiger merupakan hal yang wajar. Seorang pemain mendapatkan `hukuman` karena dianggap tidak berkontribusi atau tidak masuk dalam skema pelatih adalah hal yang biasa terjadi di dunia sepakbola profesional.
Pada dasarnya, yang dilakukan Persib dan Manchester United bertujuan untuk mengusir pemain mereka, dalam hal ini Belencoso dan Schweinsteiger. Dengan perlakuan yang bisa dibilang meremehkan intregitas dan kualitas kedua pemain tersebut, klub berharap pemain tersebut memutus kontraknya.
Hal inilah yang menjadi alasan mengapa manajer Persib, Umuh Muhtar, lewat pernyataannya, sangat ingin membuat Belencoso untuk meninggalkan Persib. Ia berharap dengan perlakuan yang diberikan klub pada Belencoso, bisa membuat Belencoso mengakhiri kontraknya secara sepihak.
"Iya, biarin ikut latihan. Tapi tidak masuk line up atau cadangan. Biar kesel sendiri dan malu. Dia mungkin duduk di atas (VVIP)," ujar Umuh seperti yang dikutip Bobotoh.id.
Apa yang dikatakan Umuh tersebut tentu dapat memunculkan persepsi negatif. Namun hal ini dilakukan dengan tujuan agar sang pemain benar-benar semakin tak nyaman di Persib dan segera memutuskan untuk pindah.
Klub sebenarnya bisa saja memutus kontrak sang pemain secara sepihak. Karena menjadi hal umum yang tertera dalam perjanjian kontrak. Meski ada juga kasus khusus dan itu kembali lagi ke perjanjian yang ada.
Hanya saja yang menjadi masalah klub adalah perihal kompensasi yang diberikan ketika memutus kontrak pemain tersebut. Karena setiap klub wajib membayar kompensasi sebesar sisa kontrak pemain tersebut. Jika kontrak yang tersisa masih cukup lama, tentu klub harus membayar kompensasi yang lebih besar.
Hal inilah yang dialami Manchester United. Schweinsteiger dibayar cukup mahal yang menurut Independent mencapai 140 ribu paun per pekan. Atau jika MU ingin melepasnya, mereka harus membayar kompensasi sebesar 7,5 juta paun pada Schweinsteiger yang memiliki sisa kontrak setahun. Sementara usia Schweinsteiger sudah tidak muda lagi (32 tahun) dan belum ada kesebelasan yang tertarik membelinya (karena gaji yang cukup mahal).
Tentu saja biaya kompensasi akan jauh lebih rendah jika sang pemain sendiri yang memutuskan untuk mengakhiri kontrak secara sepihak (bahkan mungkin tanpa kompensasi?). Hal inilah yang membuat manajemen Persib dan Manchester United dalam kasus Belencoso dan Schweinsteiger, secara keuangan bisa saja diuntungkan.
Sekali lagi, hal seperti ini sebenarnya cukup lumrah. Kasus seperti ini menjadi tidak biasa karena korbannya kali ini adalah pemain yang dianggap cukup memiliki kualitas dan cukup menjadi idola para pendukung klub masing-masing tim, dalam hal ini Manchester United dan Persib. Hal berbeda akan terjadi jika misal yang menjadi korban bukan merupakan pemain bintang.
Pada akhirnya, kita tidak perlu meragukan kualitas Belencoso atau Schweinsteiger atau bagaimana cara agar kedua pemain tersebut bisa masuk kembali ke skuat utama. Ini murni karena pelatih kedua pemain tersebut menganggap keduanya tak cocok dengan skema mereka. Sehingga wajar mereka berusaha disingkirkan untuk memberikan tempat pada pemain baru yang dianggap lebih sesuai dengan skema sang pelatih, demi efisiensi skuat maupun finansial.
Itulah kenapa kedua pemain tetap profesional mengikuti latihan tim. Kedua pemain tetap mengikuti setiap instruksi dari pelatih dan manajemen, bahkan untuk tidak bermain sekalipun, karena hal seperti ini sudah menjadi risiko bagi seorang pemain profesional. Walau tentu saja dalam pikiran mereka tetap berkecamuk untuk memilih antara melangkah ke pintu keluar yang sudah dibuka lebar-lebar atau tetap berusaha membuktikan diri sampai waktunya terusir tiba.
Untuk memahami situasi Bastian Schweinsteiger di Man United, silakan baca cerita berikut: Akhir Bulan Madu yang Pahit Bagi Si Raja Maracana
foto: wikipedia.
Komentar