Tak Ada Anak Emas, Semua Klub Liga 1 Adalah Korban

Editorial

by Ardy Nurhadi Shufi 31799

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Tak Ada Anak Emas, Semua Klub Liga 1 Adalah Korban

Halaman kedua

Idealnya, hukuman larangan bertanding dilakukan secara berurutan. Misalnya di Inggris, sebut saja Sergio Aguero bersama Manchester City punya jadwal seperti ini secara berurutan; vs Chelsea, vs MU, vs Liverpool dan vs Arsenal. Jika Aguero mendapatkan kartu merah di laga melawan Chelsea dan dijatuhi hukuman larangan dua pertandingan, maka sewajarnya ia absen pada laga melawan MU dan melawan Liverpool, bukan absen di laga melawan Liverpool dan Arsenal atau vs MU dan Arsenal.

Tapi yang terjadi di Liga 1 tidak demikian, dan ini terjadi pada Dedi Kusnandar, gelandang Persib. Dedi mendapatkan kartu merah saat menghadapi Madura United (pekan ke-29, 19 Oktober). Secara regulasi Liga 1 (Pasal 57 ayat 1), kartu merah langsung akan mendapatkan larangan bertanding satu pertandingan secara otomatis.

Ternyata, Dedi mendapatkan hukuman tambahan atas kartu merahnya melawan Madura United. Pada putusan Komdis ke-24 tertanggal 28 Oktober, seperti yang tertera pada situs resmi PSSI, pemain yang akrab disapa Dado itu mendapatkan hukuman larangan dua kali bermain plus 10 juta rupiah. Hukuman itu sama dengan yang diterima oleh Mohamed Sissoko, surat putusan yang sama.

Di situs resmi PSSI, tidak disebutkan di pertandingan mana Dado dilarang tampil. Tapi Persib sendiri tidak memainkan Dado pada laga melawan Persela (satu laga setelah melawan Madura, pekan ke-30) dan memainkannya pada laga melawan Mitra Kukar (pekan ke-31, satu hari sebelum putusan dijatuhkan). Dado justru tampil melawan Persija Jakarta di pekan ke-32 (3 November atau enam hari setelah putusan Komdis).

Perlu diketahui, tanggal pertandingan Persija vs Persib sama dengan tanggal pertandingan Mitra Kukar vs Bhayangkara (tanggal dimainkannya Sissoko). Seperti yang kita ketahui juga, tidak ada yang membahas soal apakah status Dado di laga melawan Persija sah atau tidak. Padahal Dado dikartu merah tanggal 19, sementara Sissoko tanggal 23.

Kemudian saya mendapatkan informasi dari pihak PSSI, yang enggan disebutkan namanya, bahwa Dado harusnya dilarang tampil melawan Persija Jakarta. Lebih lengkapnya, dua kali larangan tampil Dado adalah di laga melawan Persija dan Perseru Serui. Maka saya berani mengatakan, Dado adalah pemain tidak sah di laga melawan Persija. Dan jika Mitra Kukar dijatuhi hukuman kalah 3-0 dan denda 100 juta rupiah karena memainkan Sissoko, seharusnya Persib pun mendapatkan hukuman yang sama. Tapi mungkin itu tidak terlalu berpengaruh mengingat Persib dikalahkan Persija.

Di sini pasti banyak yang mulai berpikir bahwa Persib dilindungi oleh PT Liga atau menjadi "Anak Emas" seperti yang sudah lekat dengan mereka sepanjang musim ini. Tunggu dulu, ada penjelasan yang membuat Persib dan Mitra Kukar sebenarnya tidak bersalah dalam masalah ini.

Pertama, Persib dan Mitra Kukar mungkin memang tidak proaktif akan adanya putusan Komdis tersebut. Putusan memang dijatuhkan pada 28 Oktober, sementara Persija vs Persib juga Mitra Kukar vs Bhayangkara digelar 3 November. Tapi dalam laman resmi PSSI, putusan itu baru diumumkan pada 6 November, tanggal yang sama pada laga PSM Makassar vs Bali United.

Padahal pada putusan-putusan sebelumnya, situs resmi PSSI memberitakannya beberapa hari (pengamatan saya paling telat empat hari) setelah putusan itu keluar. Sementara saat mengumumkan hukuman tambahan untuk Dedi dan Sissoko sampai telat 9 hari. Tak heran Mitra Kukar klaim awalnya merasa tidak melakukan kesalahan, dan di NLB seperti yang beredar di media sosial tidak ada nama Sissoko.

Yang mengetahui masalah ini justru hanya Bhayangkara FC yang melaporkan tidak sahnya Sissoko. Dalam pernyataan resmi, mereka berdalih, klub harusnya bertanggung jawab dan mengecek sendiri terkait status pemain mereka. Meski begitu, manajer Bali United, Yabes Tanuri, berpendapat lain, kesalahan ada di pihak PT Liga dan Komdis yang miss komunikasi.

Soal ini, Komdis PSSI benar karena regulasi di Liga Eropa pun demikian. Klub bertanggung jawab terkait status pemainnya sendiri, sehingga Mitra Kukar pun akhirnya mengakui kesalahannya dan tidak melakukan banding. Tapi itu juga tidak berarti fakta bahwa manajemen Mitra Kukar merasa tidak menerima surat tersebut menguap.

Kedua, ketidak jelasan kapan hukuman berlaku. Dado sebenarnya dihukum pada laga melawan Persija dan Perseru sesuai SK-nya. Padahal sebelum lawan Perseru, Persib bertemu dulu dengan Borneo FC. Perlu diketahui, Dado absen melawan Perseru dan melawan Borneo, ia absen karena sakit, bukan dilarang bertanding (saya sudah menanyakannya pada Herrie Setiawan, asisten pelatih Persib, atau silakan cek sendiri apa yang dikatakan Emral Abus atas absennya Dado di laga vs Borneo FC). Maka keanehan ini bak bola salju, yang semakin membesar ketika mengoreknya lebih dalam.

Bersambung ke halaman berikutnya

Komentar