Peringkat Indonesia dan Rumus Menghitung Ranking FIFA

Klasik

by Dex Glenniza 77807

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Peringkat Indonesia dan Rumus Menghitung Ranking FIFA

Jarang dilirik, tapi malah menjadi sesuatu yang penting. Itu lah peringkat dunia FIFA, atau nama resminya saat ini adalah "The FIFA/Coca-Cola World Ranking". Peringkat dunia FIFA dibuat dengan maksud untuk menjadi acuan sekilas bagi kita dalam mengukur level tim nasional suatu negara.

Dari daftar 209 asosiasi negara anggota, kita bisa melihat peta kekuatan dari masing-masing negara yang akan bertanding. Peringkat ini di-update secara bulanan. Untuk peringkat dunia FIFA terbaru, bisa Anda simak di sini.

Meskipun penting, peringkat dunia FIFA tak jarang membuat banyak kontroversi, terutama karena ketidakjelasan dalam perhitungannya.

"Bagaimana bisa sebuah negara A naik peringkat tanpa bermain sekalipun?", "Mengapa negara B tidak naik satu atau dua peringkat setelah memenangkan pertandingan?", atau "Apakah kita benar-benar berada pada tingkat yang sama dengan lawan kita?" menjadi pertanyaan yang tampaknya mendominasi pembicaraan setiap kali peringkat dunia FIFA dibahas.

Pada rilis Maret 2015, kita bisa terheran-heran ternyata Tanjung Verde (Cape Verde) lebih hebat daripada Swedia dan Australia (sang juara Benua Asia).

"Ketidakjelasan perhitungan" adalah opini searah yang seringkali timbul dari orang-orang yang tidak (mau) mengerti, termasuk kami sendiri yang sering malas repot-repot menghitung (ups!).

Namun, kami sempat membahas mengenai perhitungan peringkat dunia FIFA ini ketika Swiss berhasil berada di peringkat 6 dunia.

Perhitungan yang digunakan untuk menentukan peringkat negara memang telah direvisi dalam beberapa tahun terakhir dan, meskipun masih rumit, memungkinkan setiap fans untuk mencari tahu bagaimana cara menghitung peringkat FIFA.

Berikut akan kami sampaikan rumus cara menghitung peringkat dunia FIFA secara lengkap dan komprehensif.

Menghitung poin dari setiap pertandingan

Poin peringkat yang diberikan untuk semua pertandingan internasional berkategori "A" atau resmi dari kalender internasional FIFA, termasuk pertandingan persahabatan, dengan hasil yang memegang relevansi di peringkat keseluruhan untuk total 48 bulan ke depan.

Poin dihitung dengan menggunakan formula yang mengacu pada empat faktor: hasil pertandingan (M), pentingnya pertandingan (I), kekuatan lawan (T), dan kekuatan konfederasi (C).

Keseluruhan poin di atas dikalikan, dan akhirnya menghasilkan rumus:

Poin = (M x I x T x C)

Hasil pertandingan (M)

Tiga (3) poin diberikan untuk hasil kemenangan, satu (1) untuk hasil imbang, dan tidak ada (0) poin untuk tim yang kalah. Tidak ada juga pengurangan poin. Jika pertandingan berjalan sampai ke babak adu penalti, pemenang diberikan dua (2) poin; dan tim kalah diberikan satu (1) poin.

Pentingnya pertandingan (I)

Pertandingan internasional terpisahkan menjadi empat kategori. Sebuah pertandingan persahabatan sama dengan satu poin; kualifikasi Piala Dunia atau tingkat-konfederasi (Piala AFC, Euro, Copa America, dll) sama dengan 2,5 poin; pertandingan di level-konfederasi atau turnamen Piala Konfederasi sama dengan tiga poin; dan pertandingan di Piala Dunia sama dengan empat poin.

Pertandingan persahabatan (termasuk kompetisi kecil): I = 1.0

Pertandingan kualifikasi FIFA World Cup atau kualifikasi kompetisi konfederasi: I = 2.5

Pertandingan babak final kompetisi konfederasi atau FIFA Confederations Cup: I = 3.0

Pertandingan babak final kompetisi FIFA World Cup: I = 4.0

Pada beberapa kesempatan, pertandingan tingkat sub-konfederasi seperti Piala AFF, Piala Karibia, Piala Afrika Barat, dll, dihitung sebagai pertandingan persahabatan.

Kekuatan lawan (T)

Kekuatan lawan dihitung dengan mengurangkan angka 200 dengan angka peringkat dunia FIFA pada saat pertandingan. Misalnya, pertandingan timnas Indonesia melawan Kamerun pada Bulan Maret 2015 akan memberikan 151 poin, karena Kamerun saat itu berada di peringkat 49 dunia. Angka 151 didapatkan dari 200 dikurangi 49.

Dengan formula yang satu ini, kita jadi tahu bahwa jika kita bisa mengalahkan tim yang peringkatnya semakin tinggi, maka poin yang akan kita dapatkan akan semakin besar.

Pengecualian untuk negara manapun di peringkat 150 atau di bawah 150, akan diberi nilai 50. Misalnya saja menghadapi Pakistan di peringkat 200, akan menghasilkan angka 50 alih-alih 0 (200 dikurangi 200). Begitupun mengalahkan Gibraltar (peringkat 206) tetap akan menghasilkan angka 50, bukan -6 (200 dikurangi 206).

Pengecualian berikutnya ada ketika sebuah negara melawan peringkat pertama FIFA. Pada situasi ini, koefisien akan menghasilkan angka 200 alih-alih 199 (200 dikurangi 1).

Kekuatan konfederasi (C)

Ketika menghitung pertandingan antara tim dari konfederasi yang berbeda, nilai rata-rata dari konfederasi di antara kedua tim akan digunakan. Kekuatan konfederasi dihitung berdasarkan jumlah kemenangan negara-negara konfederasi tersebut di tiga kompetisi Piala Dunia FIFA terakhir. Nilai-nilai mereka saat ini (September 2017) adalah sebagai berikut:

CONMEBOL (Amerika Selatan) 1.00

UEFA (Eropa) 0.99

AFC (Asia), CAF (Afrika), OFC (Oseania), atau CONCACAF (Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Karibia) 0.85

Perhitungan akhir

Dalam menentukan jumlah poin akhir yang diperoleh dari sebuah pertandingan, maka semua faktor di atas harus dikalikan.

Sebagai contoh, Indonesia bisa saja naik 385,05 poin dari hasil kemenangan mereka melawan Kamerun pada bulan Maret 2015. Mereka mengumpulkan tiga poin untuk hasil kemenangan (M), 1 untuk kepentingan pertandingan, yaitu pertandingan persahabatan (I), 151 dari peringkat 49 Kamerun dalam peringkat FIFA saat itu (T), dan 0,85 poin dari kekuatan konfederasi (C).

Skor akhir kemudian ditambahkan ke dalam rata-rata negara tersebut selama 12 bulan terakhir.

Sayangnya, pada pertandingan melawan Kamerun tersebut, Indonesia justru kalah, sehingga mereka tidak mendapat satu pun poin. Sementara Kamerun berhasil mendapatkan 127,5 poin.

Jika saja pertandingan berakhir imbang, kedua tim pastinya tidak akan mendapatkan poin yang sama. Indonesia akan mendapatkan 128,35 poin, sementara Kamerun hanya akan mendapatkan 42,5 poin.

Sebagai contoh lain jika sama-sama pada pertandingan persahabatan, menang melawan Timor-Leste (peringkat 192 dari AFC) akan tetap menghasilkan poin yang lebih banyak daripada menahan imbang Norwegia (peringkat 73 dari UEFA), yaitu tepatnya memiliki nilai 127,5 (menang melawan Timor-Leste) berbanding 125,73 (menahan imbang Norwegia).

Maka dari itu, akan lebih baik jika kita memutuskan untuk memilih lawan negara yang lemah (asumsi lemah adalah peringkat di bawah 150), lebih baik pilih lawan dari benua yang lebih baik. Contohnya, menang melawan Liechtenstein (peringkat 187), Malta (191), San Marino (204), atau Gibraltar (206) dari UEFA (C = 0.99) akan lebih baik daripada menang melawan Malaysia (166) atau Timor-Leste (192) dari AFC (C = 0.85).

Perhitungan keseluruhan

Semua hasil dalam 48 bulan terakhir akan dipertimbangkan. Arti penting dari hasil dalam jangka waktu empat tahun, akan dikelompokkan ke dalam potongan rata-rata dalam 12 bulan.

Rata-rata nilai hanya 50% dari nilai awal jika pertandingan sudah lewat 12 bulan, 30% setelah 24 bulan, dan 20% pada periode 36-48 bulan. Semua pertandingan yang berada di luar siklus empat-tahun tersebut tidak akan dipertimbangkan.

Hal ini dapat terjadi jika sebuah negara menderita kemerosotan dalam peringkat FIFA bahkan jika hasil yang terbaru bahkan merupakan serangkaian kemenangan. Hal ini biasanya terjadi karena poin yang diperhitungkan dalam rata-rata 12 bulan, jadi jika akumulasi poin dalam setahun terakhir belum tinggi, peringkat bisa merosot karena hasil yang lebih baik dari empat tahun sebelumnya akan "didiskon". Rinciannya bisa disimak pada dokumen berikut ini.

***

Sebagai pedoman, FIFA menyatakan: "Sering sekali tim yang kalah, atau seri, akan mendapatkan poin lebih sedikit. Selanjutnya, setiap tim yang mencatat kemenangan besar (misalnya gelar juara benua) akan menderita kerugian di peringkat FIFA pada 12 bulan kemudian jika mereka tidak mendapat banyak poin dalam pertandingan yang lebih baru."

"Semakin lama pertandingan sudah berlalu, maka akan menjadi kurang penting untuk perhitungan peringkat. Hal ini berlanjut terus selama siklus empat tahun. Akibatnya adalah, mungkin untuk sebuah tim bisa saja mendaki atau jatuh dalam peringkat bahkan jika mereka tidak bermain sekali pun."

Singkatnya, sebuah negara tidak harus bermain untuk naik atau turun dalam peringkat dunia FIFA. Sebuah hasil yang besar dari lebih dari setahun yang lalu akan menjadi kurang signifikan seiring berjalannya waktu dan bahkan dapat memiliki efek negatif, jika menang melawan negara-negara besar tidak terjadi secara konsisten.

Jadi, masih mau terus-terusan melawan tim sekelas Timor-Leste, Indonesia? Atau sering-sering melawan Kamerun atau negara peringkat 50 besar FIFA? Yang jelas, karena kalah sama dengan 0 poin, maka pertimbangan akan sangat banyak. Semoga kita bisa senantiasa memanfaatkan kalender internasional FIFA dalam jeda internasional.

Bagaimana? Tentunya kita semua sudah paham, kan, arti penting dari jeda internasional? Setidaknya yang terdekat, akan berdampak langsung pada peringkat FIFA. Sementara perigkat FIFA untuk apa? Jika tidak tahu untuk apa, maka wajar saja hal penting ini kemudian diabaikan.

Kecuali disebutkan di tulisan, data akurat per 4 Oktober 2017.

Sumber: FIFA.com

Komentar