Sejarah Persib Bandung dalam 5 Ribu Kata

Klasik

by redaksi 33014

Sejarah Persib Bandung dalam 5 Ribu Kata



Nama Persib "Menghilang" di Zaman Pendudukan Jepang

Pada tanggal 8 Maret 1942, Belanda menyerah kepada Jepang. Hal itulah yang menyebabkan tanah Hindia Belanda diduduki oleh Jepang. Dampaknya, organisasi-organisasi pergerakan di Indonesia, tidak terkecuali organisasi sepak bola, tunduk kepada Jepang.

Pada zaman pendudukan Jepang ini, nama Persib menjadi hilang karena hampir semua organisasi berubah menjadi Rengo Tai Iku Kai. Namun, karena organisasi itu dihuni oleh sumber daya manusia yang hidup, tentu saja mereka masih tumbuh dan bergerak.

Dalam perkembangannya, pada tanggal 15 Agustus 1945, Jepang kalah dalam Perang Dunia II. Hal itu menyebabkan di tanah air kita terjadi kekosongan kekuasaan. Di tengah-tengah kekosongan kekuasaan itulah bangsa Indonesia memproklamasikan diri melalui Soekarno-Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945.

Pada masa ini, muncul nama Gelora (Gerakan Latihan Olahraga) dan kemudian PORI (Persatuan Olahraga Republik Indonesia).

Meskipun Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sudah memproklamasikan diri pada tanggal 17 Agustus 1945, Belanda baru mengakui kedaulatan negara kita secara penuh pada tanggal 27 Desember 1949. Sayang, negara RI hanya sebatas DI Yogyakarta dan tergabung dalam Republik Indonesia Serikat (RIS).

Pada masa inilah, NIVU (Nederlandsche Indische Voetbal Unie) dihidupkan kembali dan menyelenggarakan kompetisi VUVSI/ISNIS (Voetbal Uni Verenigde Staten Van Indonesie/Ikatan Sepak bola Negara Indonesia Serikat). Pada masa ini pula, VBBO masih berupaya untuk menarik perhatian masyarakat Bandung dengan cara mengubah namanya yang berbahasa Indonesia, yaitu PSBS (Persatuan Sepak bola Bandung dan Sekitarnya).

Namun, karena Persib sudah mengakar dan mengena pada hati masyarakat Bandung, mau tidak mau VBBO/PSBS mulai kehilangan pendukungnya. Terlepas dari itu, situasi dan kondisi negara kita pun turut menjadi penyebab hilangnya VBBO/PSBS tersebut.

PSSI Hidup Lagi dan Persib Juara Turnamen Kongres PSSI 1950

Dalam perkembangannya, pada tanggal 17 Agustus 1950, negara RIS kembali ke bentuk NKRI. Seluruh organisasi, dalam hal ini organisasi keolahragaan mulai ditata kembali. PORI cabang sepak bola dikembalikan ke PSSI melalui Kongres PSSI di Semarang, 2-4 September 1950.

Dalam penyelenggaraan Kongres PSSI 1950 itu pula disemarakkan oleh pertandingan Kongres. Persib berhasil menjadi juara turnamen Kongres PSSI 1950 setelah dalam "babak final" mengalahkan Persebaya 2-0 di Semarang (4 September 1950). Kedua gol kemenangan Persib diciptakan oleh Anda Ratna. Sebelumnya, di babak "semifinal", Persib berhasil mengalahkan PSIS 2-0 (2 September 1950) melalui gol Witarsa dan Jacja, sedangkan Persebaya menjungkalkan Persija 6-1 (3 September 1950).

Sebagaimana salah satu amanat Kongres PSSI 1950 ialah penyelenggaraan Kejuaraan Nasional (selanjutnya ditulis kompetisi Perserikatan) PSSI pada tahun 1951. Namun, sebelum kompetisi Perserikatan 1951 diselenggarakan, PSSI harus segera membentuk tim nasional (timnas)-nya menuju Asian Games I/1951 di New Delhi, India (4-11 Maret 1951). Pada masa ini, para pemain seleksi timnas Indonesia dikumpulkan di Yogyakarta.

Dalam sejarahnya, Witarsa dan Jachja tercatat sebagai dua pemain Persib yang merintis sumbangsihnya bagi timnas Indonesia kelak di kemudian hari. Bahkan "Si Kuda Terbang" Witarsa bertahan hingga ikut serta dalam Olimpiade XVI/1956 di Melbourne, Australia.

Sementara itu, Anas mengikuti jejak Witarsa hingga bertahan di dua kali Asian Games, yaitu pada tahun 1951 di New Delhi, India dan tahun 1954 di Manila, Filipina.

Setelah keberhasilannya menjuarai turnamen Kongres PSSI 1950, Persib tidak meninggalkan catatan tentang keikutsertaan atau tidaknya di kompetisi Perserikatan 1951. Pada masa itu, justru Persija-lah yang menjadi wakil Jawa Barat. Sementara gelar juara Perserikatan 1951 diraih oleh Persebaya.

Namun demikian, beberapa pemain Persib berhasil mengangkat nama tim Jawa Barat di PON II/1951 di Jakarta. Pada saat itu, tim Jawa Barat berhasil meraih medali emas PON II/1951 setelah dalam babak final di Stadion Ikada, Jakarta, menang 3-2 atas tuan rumah Jakarta Raya.

Setahun kemudian, barulah Persib turut serta dalam kompetisi Perserikatan 1952 tingkat nasional. Persib lolos ke kompetisi tingkat nasional tentu berdasarkan posisi Persib di kompetisi tingkat distrik. Saat itu, Persib sebagai runner-up Interrayon maju ke tingkat nasional bersama Persija sebagai juara interrayon. Akhirnya, dalam kompetisi Perserikatan 1952 yang tingkat nasionalnya diikuti oleh 7 tim itu, Persib menempati peringkat ke-4. Sementara gelar juara dipertahankan oleh Persebaya.

Gagal di Persib, Jaya di timnas.

Pada masa ini pula, tahun 1952, Persib mulai bersentuhan dengan klub-klub dari luar negeri. Tercatat, Persib bertanding melawan Aryan Gymkhana (India) dan Nan Hua (Hongkong). Kedua pertandingan persahabatan internasional itu digelar di Stadion SIDOLIG, Bandung.

Memasuki tahun 1953, Persib harus mempersiapkan diri menghadapi kompetisi Perserikatan 1954. Menjelang kompetisi Perserikatan 1954 tingkat nasional, Persib harus berjuang lebih dahulu dari tingkat distrik. Sayang, Persib gagal lolos ke kompetisi Perserikatan 1954 tingkat nasional. Gelar juara Perserikatan 1954 itu sendiri direbut oleh Persija.

Meskipun gagal lolos ke kompetisi Perserikatan 1954 tingkat nasional, beberapa pemain Persib masih dipercayai untuk masuk barisan seleksi timnas Indonesia menuju Asian Games II/1954 di Manila, Filipina. Bahkan Witarsa yang menarik diri dari barisan timnas Indonesia ketika beruji coba ke Filipina, Hongkong, dan Thailand karena lebih memilih studinya di tanah air, masih tetap diikutsertakan dalam kontingen timnas Indonesia ke Asian Games II/1954. Bukan hanya Witarsa, tetapi juga Anas yang masih menjadi starting line up timnas Indonesia.

Dalam tiga tahun kemudian, sebelum kompetisi Perserikatan 1957 tingkat nasional, beberapa pemain Persib mulai banyak bermunculan. Tiga di antaranya, yaitu Ade Dana, Rukma Sudjana, dan Witarsa, turut serta menuju Olimpiade XVI/1956 di Melbourne, Australia. Saat itu, timnas Indonesia berhasil menahan imbang Uni Soviet 0-0 dalam pertandingan selama 2 x 45 menit dan perpanjangan waktu 2 x 15 menit (29 November 1956)meskipun dalam pertandingan ulang harus mengakui keunggulan pasukan Lev Yashin cs. Itu 0-4 (1 Desember 1956).

Rangkaian Prestasi Persib yang Makin Meningkat

Sejakkompetisi Perserikatan 1957, prestasi Persib mulai meningkat. Dalam kompetisi periode inilah Persib berhasil menempati peringkat ke-3. Selain itu, sejak kompetisi Perserikatan 1957, Persib tidak perlu berjuang lagi dari bawah atau tingkat distrik. Alasannya, Persib sudah berada di jajaran papan atas sehingga secara otomatis Persib berada di kompetisi tingkat nasional. Dengan demikian, Persib dan beberapa tim papan atas lainnya tinggal menunggu tim-tim lainnya yang berjuang dari kompetisi tingkat distrik.

Prestasi Persib pun meningkat di kompetisi periode berikutnya. Kali ini, Persib menjadi runner-up kompetisi Perserikatan 1959. Bahkan, Persib berhasil menjadi juara kompetisi Perserikatan 1961. Inilah gelar juara pertama Persib sejak terakhir kali menjuarai kompetisi Perserikatan tahun 1937 di Solo.

Sebelum menjadi juara kompetisi Perserikatan 1961, ada satu peristiwa menarik dalam perjalanan Persib meraih gelar juara, yaitu ketika berlangsung pertandingan PSM melawan Persib di Makassar (4 Juni 1961). Peristiwa itu disebut-sebut sebagai "Insiden Mattoangin". Ada juga yang menyebut "Tragedi Kuntadi". Ya, Kuntadi adalah wasit asal semarang. Pada masa ini, Kuntadi dianggap sebagai salah seorang wasit yang jujur. Namun, ada ungkapan "wasit juga manusia". Kalau pun berbuat "salah", hal itu bisa dikatakan hanya sesekali saja.

Namun demikian, oleh karena pertandingan PSM melawan Persib itu merupakan pertandingan yang boleh dikatakan sebagai pertandingan kunci (meskipun masih di awal rangkaian kompetisi), pertandingan tersebut sangat seru. Harap maklum, PSM dan Persib masih menjadi kekuatan sepak bola nasional pada masa itu. Selama 85 menit, kedua tim masih bermain sama kuat 1-1. Petaka datang ketika di menit 85, wasit Kuntadi meniup peluit tanda terjadi pelanggaran. Handsball di daerah kotak penalti PSM. Tendangan penalti. Saat itulah pertandingan terhenti karena para pemain PSM melakukan protes. Keadaan stadion pun menjadi tidak menentu.

Beberapa hari kemudian, kabar pun simpang siur. Ada yang menyebut pertandingan dinyatakan berakhir imbang. Namun, ada juga yang menyatakan pertandingan harus dilanjutkan selama lima menit di tempat netral dan diawali dengan tendangan penalti untuk Persib ke arah gawang PSM.

Dalam perkembangannya, 20 hari kemudian, Kogor (Komando Gotong Royong) melalui Maladi selaku pimpinan Kogor menyatakan bahwa pertandingan PSM melawan Persib tadimasih bersifat sementara. Artinya, jika hasil pertandingan tersebut sudah tidak mempengaruhi posisi Persib untuk menjadi juara, maka pertandingan tersebut dinyatakan seri. Sebaliknya jika pertandingan tersebut akan menentukan kepada Persib dan tim-tim lainnya, maka pertandingan tersebut bersifat sementara. Lanjutan pertandingan pun sudah ditetapkan di Semarang.

Faktanya, Persib berhasil menjadi juara kompetisi Perserikatan 1961 setelah dalam pertandingan terakhir mengalahkan Persija 3-1 di Semarang (1 Juli 1961). Skor 1-1 dalam pertandingan PSM melawan Persib pun dimaknai sebagai hasil akhir.

Persib Dikirim ke Piala Emas Aga Khan 1962

Usai menjuarai kompetisi Perserikatan 1961, hampir setahun kemudian, PSSI mengirim Persib ke Piala Emas Aga Khan 1962 di Dacca, Pakistan Timur (kini, Bangladesh). Namun, sebetulnya, dikirimkannya Persib ke Piala Emas Aga Khan 1962 masih dalam pertimbangan PSSI. Alasannya, PSSI akan mengirimkan timnas Indonesia yang diharapkan untuk mempertahankan gelar juara yang direbutnya pada Piala Emas Aga Khan 1961.

Namun, ketika berlangsung Merdeka Games Cup 1962 di Kuala Lumpur, Malaysia, PSSI menerima undangan pihak Korea Selatan untuk mengirimkan timnas Indonesia ke Seoul, Korea Selatan. Undangan itu merupakan balasan atas kunjungan Korea Selatan ke Indonesia pada bulan Mei 1962.

Akhirnya, PSSI mengirimkan timnas Indonesia ke Seoul, Tokyo, dan Saigon. Dampaknya, hanya berselang empat hari dan terkesan mendadak, PSSI mengirimkan Persib ke Piala Emas Aga Khan 1962. Sebelumnya, Persib sempat meminta enam pemain Persib yang berada di timnas untuk bergabung ke Persib, yaitu Djadjang Haris, Emen Suwarman, Fattah Hidajat, Henkie Timisela, Ishak Udin, dan Jojo Sunarjono. Alasannya, tugas Persib ialah untuk mempertahankan gelar juara, sedangkan timnas Indonesia "hanya" untuk beruji coba. Namun, hanya Djadjang Haris yang ditinggalkanoleh timnas Indonesia. Ia pun berangkat bersama Persib ke Piala Emas Aga Khan 1962.

Kompetisi periode berikutnya, Perserikatan 1964, segera dimulai. Sebagai juara bertahan, Persib berupaya untuk mempertahankan gelar juaranya. Namun, Persib harus puas menjadi runner-up di bawah Persija dengan Soetjipto "Si Gareng" Soentoro-nya.

Musim berikutnya, PSSI mulai menerapkan sistem kompetisi yang baru. Jika sebelumnya diselenggarakan 2-3 tahun sekali, kompetisi "Gaya Baru" PSSI ini berlangsung setiap setahun sekali. Tercatat kompetisi Perserikatan 1964/1965, 1965/1966, dan 1966/1967. Sebagai ciri dari kompetisi "Gaya Baru" ini, yaitu adanya babak penyisihan (tingkat nasional) yang dibagi ke dalam dua wilayah (barat dan timur), pertandingan dijalankan secara kompetisi penuh, dan adanya babak semifinal. Itu pun digelar sebanyak dua kali (leg 1 dan leg 2).

Di kompetisi Perserikatan 1964/1965, Persib berhasil meloloskan diri ke babak semifinal. Sayang, Persib harus mengakui keunggulan PSM. Dalam leg I (11 Agustus 1965), Persib kalah 1-3 dan dalam leg II (12 Agustus 1965), Persib bermain imbang 2-2. Persib pun kalah secara agregat gol 3-5. PSM akhirnya berhasil menjuarai kompetisi Perserikatan 1964/1965, sedangkan Persib harus puas menempati peringkat ke-3 setelah mengalahkan Persija 2-1 (14 Agustus 1965).

Setahun berikutnya, di kompetisi Perserikatan 1965/1966, Persib berhasil menaikkan peringkatnya meskipun tidak maksimal. Kali ini, lagi-lagi PSM yang mengagalkan Persib. Dalam babak final yang berlangsung di Stadion Teladan Medan (17 September 1966), Persib menderita kalah 0-2 dari juara bertahan PSM. Tempat pertandingan babak final ini dipindahkan dari Jakarta ke Medan karena dalam babak semifinal sempat terjadi kericuhan. Pada saat itu, di babak semifinal leg I (11 Agustus 1966), Persib menang 1-0 atas Persebaya. Kericuhan datang ketika berlangsung babak semifinal leg 2 (12 Agustus 1966). Saat itu, Persib sudah unggul 1-0, tetapi Persebaya akhirnya menarik diri.

Dalam kompetisi periode berikutnya, prestasi Persib tetap bertahan meskipun harus puas menjadi runner-upkompetisi Perserikatan 1966/1967. Ya, dalam babak final, Persib harus mengakui jawara baru, PSMS, 0-2. Sebelumnya, di babak semifinal, Persib berhasil mengandaskan PSM secara agregat gol 2-1. Di semifinal leg I (6 September 1967), Persib menang 1-0 dan di semifinal leg II (7 September 1967), Persib menahan PSM 1-1.

Halaman berikutnya,�Awal Masa Suram Persib

Komentar