Diancam Dibunuh, Johan Cruyff Enggan Bermain di Piala Dunia 1978

Klasik

by redaksi

Diancam Dibunuh, Johan Cruyff Enggan Bermain di Piala Dunia 1978

Sebagai pemain legenda besar Belanda karir sepakbola Johan cruyff dalam Piala Dunia boleh dikata cukup memprihatinkan. Bagaimana tidak, pemain sekelas Cruyff hanya pernah mencicip turnamen Piala Dunia satu kali saja, tepatnya pada Piala Dunia 1974.

Cruyff sebenarnya hendak membela panji-panji The Orange pada Piala dunia 1978, namun sayang secara misterius beberapa bulan sebelum Piala Dunia yang digelar di Argentina itu dimulai Cruyff memutuskan mengundurkan diri dari timnas dengan sebab alasan yang tak jelas. Publik pun merasa kebingungan dengan tingkah Cruyff ini. Oleh publik Belanda Cruyff dihina lantaran ada isu yang berhembus bahwa dia enggan ikut karena tak mau jauh-jauh dari keluarga.

Publik Catalan selaku Cruyff tinggal dan memperkuat Barcelona melemparkan bahan isu lain. Ditengari apa yang dilakukan Cruyff ini adalah bagian dari aksi protes yang dilakukan terhadap rezim diktator militer Argentina yang dipimpin Jenderal Jorge Videla.

Piala Dunia yang digelar di Argentina adalah upaya cuci tangan dan pencitraan untuk menutupi kekejaman yang dilakukan Videla. Lewat aksi boikot ini Cruyff ingin menentang pelanggaran HAM yang dilakukan Videla yang telah membantai ribuan orang aktifis kiri penentang rezimnya.

Selang beberapa tahun kemudian Cruyff pun angkat bicara. Ia berujar bahwa beberapa orang tak dikenal masuk ke dalam rumahnya di Barcelona. Mereka sempat menyekap Cruyff berserta anak dan istrinya. Mereka mengancam Cruyff untuk melakukan boykot untuk tak ikut ke Piala Dunia, jika tidak menurut maka tak segan keluarganya akan dibunuh. Itulah alasan utama Cruyff menolak ikut bersama Belanda.

Andaikan Cruyff ikut bersama mungkin Belanda akan menuai cerita manis di Piala Dunia 1978. Kala itu Belanda mampu lolos ke babak final dan menantang tim tuan rumah. Sayangnya Belanda pun kalah 1-3 dari Argentina. Isu yang beredar sang diktator Videla memang mengatur timnya menang. Banyak kecurangan dan kelicikan yang ia lakukan hingga membuat skuat Belanda tak nyaman. Alhasil saat pengalungan medali tim Belanda memutuskan untuk menolak seremonial tersebut.

(wam)

Komentar