Perang Dingin membuat Blok Barat dan Blok Timur, terutama Amerika Serikat dan Uni Soviet, bersaing dalam segala hal untuk mengungguli satu sama lain; termasuk dalam perlombaan ruang angkasa. Amerika Serikat memang lebih cepat mencapai bulan, namun Uni Soviet menang cepat dalam mengirim manusia ke ruang angkasa.
Empat tahun setelah Yuri Gagarin mengorbit bumi dalam Vostok 1, tepatnya pada 18 Maret 1965, Uni Soviet mengirim Alexey Leonov dan Pavel Belyayev dalam Voskhod 2. Leonov meninggalkan kapsul dan berada selama dua belas menit di ruang angkasa, 500 km di atas bumi. Ia merasa tidak bergerak sama sekali. Padahal nyatanya ia mengitari bumi dengan kecepatan tinggi; berkali-kali lipat lebih cepat dari pesawat jet. Leonov menjadi orang pertama yang berjalan di ruang angkasa.
Saat hendak masuk kembali ke dalam kapsul, Leonov menyadari sesuatu yang tidak beres. Baju ruang angkasa yang ia kenakan mengembang seperti balon, dan ia tidak dapat masuk ke dalam kapsul karena baju yang ia kenakan mengembang terlalu besar.
Leonov, tanpa memberi tahu kondisi darurat yang ia alami kepada pusat kontrol di bumi, mengeluarkan udara dari dalam spacesuit-nya. Ini merupakan sebuah aksi dengan risiko besar. Ia bisa mati karenanya. Namun jika ia tidak melakukannya, ia akan tetap mati. Leonov mengambil risiko dan tetap hidup hingga detik ini.
Saat perlombaan ke ruang angkasa dimulai, baik Uni Soviet dan Amerika Serikat tidak tahu banyak mengenai ruang angkasa. Dengan kata lain, kedua negara mengambil risiko besar dalam setiap hal yang mereka lakukan hanya demi gengsi. Saking mimimnya pengetahuan yang mereka miliki, Valentin Bondarenko tewas karena terbakar menjadi bola api dalam sebuah latihan di dalam ruang kaya oksigen. Penyebab kecelakaan ini adalah sebuah kapas berbalut alkohol yang bersentuhan dengan permukaan panas.
Para kosmonot dan astronot yang dilibiatkan oleh Uni Soviet dan Amerika Serikat pun sepenuhnya sadar bahwa mereka hanyalah bagian dari propaganda. Mereka tahu mati adalah risiko yang harus mereka hadapi. Namun mereka tetap melakukannya demi negara.
âKami melakukan tugas kami yang sulit dan berisiko. Kami ingin mengungguli Amerika Serikat, dan mereka ingin mengungguli kami. Untuk apa ada Olimpiade? Karena ada yang ingin menjadi juara. Untuk apa ada Piala Dunia?â tanya kosmonot Uni Soviet, Georgy Grechko, retoris.
Karena Uni Soviet tidak dapat memprediksi situasi yang ada di ruang angkasa, mereka tidak tahu latihan apa yang tepat untuk para kosmonot. Akhirnya, dua puluh kosmonot pertama dalam sejarah Uni Soviet, termasuk Gagarin dan Leonov, menerima latihan fisik seberat mungkin. Ketangguhan fisik dan mental mereka diuji sampai batas maksimal.
Setiap hari, para kosmonot berlari setidaknya lima kilometer dan berenang sejauh, minimal, tujuh ratus meter. Untuk menguji ketahanan mereka terhadap gaya gravitasi, para kosmonot diputar dalam sentrifus; kadang sampai mereka tidak sadarkan diri.
Berat memang beban yang harus mereka tanggung. Namun itulah yang harus mereka hadapi. Yang menarik, beban latihan seberat itu tidak hanya dirasakan para kosmonot dan astronot. Tim nasional Brasil untuk Piala Dunia 1970 juga sempat merasakannya.
Sebagai bagian dari persiapan untuk Piala Dunia 1970, latihan fisik tim nasional Brasil diserahkan kepada Kapten Claudio Coutinho, ahli latihan fisik militer yang pernah bekerja untuk NASA (National Aeronautics and Space Administration, LAPAN-nya Amerika Serikat).
Di bawah arahan Kapten Coutinho, para pemain Brasil menerima latihan yang sama beratnya dengan latihan yang diterima oleh astronot Apollo. Hasilnya, Brasil menjadi juara di Meksiko dan hingga saat ini masih dipandang sebagai salah satu kesebelasan terbaik di Piala Dunia.
Komentar