Tanggal 20 September 2011 adalah saat dimana sebagian ibu dan anak di Istanbul berangkat ke stadion. Sedangkan ayah mereka diam di rumah menonton pertandingan lewat layar kaca sembari cuci piring atau mengupas bawang.
Sebanyak 41.000 wanita dan anak-anak datang ke stadion untuk mendukung Fenerbahce melawan Manisaspor. Hal ini terjadi setelah Fenerbahce dihukum oleh Asosiasi Sepakbola Turki karena terlibat kerusuhan.
Pada saat pertandingan uji tanding melawan Shakhtar Donetsk, sebagian suporter melakukan invasi lapangan. Pada awalnya Fenerbahce dihukum dua kali pertandingan tanpa penonton, namun akhirnya Asosiasi Sepakbola Turki melunak dan memperbolehkan hanya wanita dan anak-anak yang datang ke stadion.
Jangan bayangkan pertandingan berlangsung sunyi karena para penonton sibuk mengipas rambutnya yang berkeringat, atau para ibu-ibu sibuk menenangkan anaknya yang sedang menangis. Pertandingan berlangsung sangat meriah, teriakannya tak kalah lantang dari para ultras Fenerbahce. Meski akhirnya pertandingan berlangsung imbang 1-1 dan Fenerbahce gagal memenangi laga.
Alex De Souza kapten Fenerbahce saat itu menggambarkan: "Kenangan ini akan ada di ingatan saya selamanya, tidak pernah saya melihat banyak sekali wanita dan anak-anak datang ke satu pertandingan."
Kejadian di atas ternyata bukanlah yang terakhir, karena pada tahun 2013 lalu hal serupa juga terjadi. Pendukung Fenerbahce memang dikenal sebagai salah satu biang onar, berbagai hukuman tak membuat mereka jera. Namun jika berkaca dari kejadian ini jujur saja saya pun sedikit heran, bagaimana tidak meskipun fans Fenerbahce gemar membuat onar hal itu tak membuat kaum wanita disana tak mencintai sepakbola.
Komentar