Masih Ingatkah dengan Raul Gonzalez?

Backpass

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Masih Ingatkah dengan Raul Gonzalez?


Kehebatan Raul benar-benar terasah bersama Real Madrid. Gol demi gol lahir dari kaki pemain kelahiran 27 Juni 1977 ini. Real Madrid pun lantas bergelimangan trofi bersama Raul. Dalam 10 tahun kariernya bersama Madrid, 14 trofi berhasil ia raih. Perannya yang sentral bersama Madrid dihadiahi ban kapten pada 2003.

Tak ada yang menolak atau memprotes saat Raul ditunjuk sebagai kapten baru menggantikan Fernando Hierro. Era baru Madrid bersama kapten Raul pun dimulai, di mana kemudian Raul benar-benar menjadi simbol Real Madrid (dan juga Spanyol).

Terpilihnya presiden baru Real Madrid, Florentino Perez, pada 2000 awalnya tak terlalu berpengaruh pada eksistensi Raul. Namun semuanya berubah saat Perez memulai proyeknya yang ingin menjadikan Madrid sebagai kesebelasan mega bintang.

Raul sebenarnya menentang dengan kebijakan transfer ini. Meski membuat Madrid memiliki kekuatan dengan individu-individu pemainnya, para pemain tersebut tak bisa menyatu. Suasana di kamar ganti pun seringkali tak kondusif.

"Sebut saja suasana di kamar ganti telah berubah," ujar mantan penyerang Real Madrid, Fernando Morientes, yang juga tandem terbaik Raul. "Sebelum itu [Galacticos] terjadi, kami memiliki persamaan tujuan. Namun saat beberapa pemain terkenal datang, mulai muncul sedikit kecemburuan dalam skuat."

Pemain-pemain terbaik, dengan harga yang mahal, didatangkan Perez. Dimulai dari Zinedine Zidane, Luis Figo, Ronaldo da Lima, David Beckham, hinga penyerang-penyerang macam Michel Owen, Klaas Jan Huntelaar, Ruud van Nistelrooy dan Robinho, yang tentunya mengancam keberadaan Raul.

Datangnya para pemain bintang tentunya membuat sejumlah pemain lain, rekan-rekan terbaik Raul, pergi. Tak terkecuali Morientes. Meskipun begitu, Raul tetap mencoba bertahan dan bersaing. Hasilnya, Owen, Robinho, Huntelaar, Van Nistelrooy bahkan Ronaldo-lah yang hengkang dari Real Madrid.

Raul membuktikan diri bahwa ia masih menjadi raja di Santiago Bernabeu. Bahkan pada 2008, ia mendapatkan kontrak seumur hidup bersama koleganya, Iker Casillas. Dua trofi La Liga dan satu trofi Super Spanyol menjadi koleksi trofi tambahan Raul bersama Real Madrid.

Namun semuanya berubah saat Florentino Perez mendatangkan penyerang asal Portugal, Cristiano Ronaldo. Perebutan nomor punggung tujuh yang menjadi identitas keduanya menjadi topik yang tak luput dari pembicaraan. Namun Ronaldo mengalah dengan memilih untuk menggunakan nomor punggung sembilan.

Awalnya, Raul dan Ronaldo bahu membahu untuk memberikan kemenangan bagi Real Madrid. Akan tetapi saat bertandang ke kandang Real Zaragoza pada 24 April 2010, Raul menderita cedera yang mengharuskannya istirahat di sisa pertandingan musim tersebut.

Dan ternyata, pertandingan yang berlangsung di Stadion La Romareda tersebut menjadi laga terakhir Raul berseragam Real Madrid karena Raul memutuskan hengkang pada akhir musim. La Romareda pun benar-benar menjadi tempat bersejarah bagi Raul di mana sebelumnya di stadion ini pula Raul menjalani debutnya bersama Madrid.

Pada akhir musim, Raul pun memutus kontraknya bersama Madrid, memutus kontrak seumur hidupnya. Madrid pun tampak merelakannya karena mereka telah mendapatkan Cristiano Ronaldo yang kemudian menjadi raja baru di Santiago Bernabeu.

Cristiano Ronaldo, sebagai penerus Raul Gonzalez. (foto: publika.az) Cristiano Ronaldo, sebagai penerus Raul Gonzalez. (foto: publika.az)


Setelah dari Real Madrid, Raul memutuskan hijrah membela kesebelasan Jerman, Schalke 04. Pada musim pertamanya, ia sukses membawa Schalke menjuarai DFB-Pokal, yang disusul DFL-Supercup pada tahun berikutnya.

Meski hanya dua musim membela Schalke, Schalke sempat memiliki rencana untuk memensiunkan nomor punggung tujuh untuk menghormati Raul, tak seperti Madrid yang dengan mudah memberikannya pada Ronaldo. Namun pada 2013, nomor punggung tujuh tersebut diberikan pada gelandang muda andalan mereka, Max Meyer. Dengan persetujuan Raul tentunya.

***

Setelah berlaga di Bundesliga, lantas Raul memilih hijrah ke Qatar untuk membela Al-Sadd. Sejak saat itu, hingar bingar nama Raul di Eropa, bahkan dunia, mulai padam. Meskipun begitu, ia berhasil mengantarkan Al-Sadd menjuarai Qatar Super League dan Emir of Qatar Cup.

Setelah dari Qatar, tak sedikit yang mengetahui bagaimana kelanjutan karier Raul. Raul pun tak begitu sering muncul atau membuat pernyataan-pernyataan bagi Real Madrid. Hingga pada akhirnya, ia mengumumkan untuk pensiun dari dunia sepakbola yang telah ia jalani selama 20 tahun pada akhir Oktober 2014.

Sempat menghilang sejenak, Raul kemudian muncul kembali pada 2015. Ia memutuskan untuk kembali merumput. Namun kali ini, ia memilih kesebelasan asal Amerika Serikat, New York Cosmos (NYC) sebagai kesebelasan barunya.

NYC sendiri bukanlah kesebelasan dari Major League Soccer (MLS) yang saat ini tengah naik daun. NYC kini berlaga di divisi dua Liga Amerika, NACL. Meskipun begitu, kesebelasan juara di liga ini tak akan otomatis lolos ke MLS, karena terdapat beberapa persyaratan untuk kesebelasan yang bermain di MLS. Sampai akhirnya Raul benar-benar menyatakan pensiun dari sepakbola.

Meskipun begitu, bukan berarti Raul melupakan segalanya, khususnya Real Madrid. Tak ada rasa dendam dalam diri Raul meski dirinya tak lagi berseragam Madrid. Karena baginya, Real Madrid adalah bagian terpenting dalam hidupnya. Seperti yang pernah ia katakan pada acara Football Greatest:

"Bagi saya, Real Madrid adalah kesebelasan terhebat. Itu adalah rumah saya, tempat saya tumbuh sebagai seorang manusia. Akan tiba waktunya bagi saya untuk berhenti bermain. Namun saya rasa, saya telah melakukan sesuatu bersama Real Madrid. Real Madrid, bagi saya, bagian terbesar dalam segala aspek kehidupan saya."

foto: wallpaper.ae

Komentar