Italia merupakan salah satu negara dengan tradisi sepakbola yang kuat. Di negara berjuluk negeri pizza tersebut terdapat banyak klub yang berpengaruh di dunia sepakbola, bahkan Timnas Italia sendiri telah berhasil menjuarai Piala Dunia sebanyak empat kali. Bersama Jerman, mereka merupakan negara dengan jumlah gelar terbanyak kedua setelah Brasil yang telah lima kali menjadi juara di ajang empat tahunan tersebut.
Selain dari kontribusi dari para pemainnya, tentu pelatih menjadi figur penting di balik kesuksesan Italia. Termasuk Marcello Lippi yang sukses membawa Gli Azzurri meraih gelar keempatnya ketika menjuarai Piala Dunia 2006 di Jerman, setelah setelah secara dramatis mengalahkan Perancis dalam drama adu penalti. dengan skor 5-3.
Lippi merupakan salah satu pelatih terbaik yang dimiliki Italia, pria yang lahir pada 12 April 1948 tersebut memulai karier pelatihnya tidak secara instan. Ia mengawalinya sebagai pelatih junior Sampdoria pada tahun 1982. Setelah malang melintang melatih berbagai klub kecil, akhirnya Lippi mendapat kesempatan untuk mengarsiteki tim Serie A saat membesut Cessena di musim 1989/1990.
Setelah melatih Lucchese, Atalanta dan Napoli dalam tiga musim beruntun, akhirnya ia menjadi allenatore Juventus di musim 1994/1995. Hanya semusim bersama La Vecchia Signora ia telah berhasil merengkuh gelar Serie A pertamanya. Tangan dinginnya berlanjut hingga Juve meraih dua gelar scudetto dalam jangka tiga musim. Liga Champions, UEFA Supercup dan Piala Interkontinental juga diraihnya bersama Bianconeri.
Sempat membesut Inter Milan pada musim 1999/2000, Lippi akhirnya kembali lagi ke Turin untuk merengkuh dua trofi Seria A bersama Juve. Total ia sukses mempersembahkan lima Scudetto untuk Juve, satu gelar Copa Italia dan empat trofi Supercopa Italia.
Tapi bukan berarti Lippi tak pernah mengalami kegagalan, ia tak mampu mempertahankan titel Piala Dunia 2006 setelah hanya menempati posisi juru kunci grup F di ajang yang sama empat tahun berselang. Pasca kegagalan tersebut, ia mundur dari kursi kepelatihan dan posisinya digantikan oleh Cesare Prandelli.
Di tahun 2012 ia hijrah ke Cina untuk menerima tawaran melatih Guangzhou Evergrande Taobao. Klub berjuluk Southern China Tigers tersebut digiringnya menjadi juara Liga Super Cina di tiga musim beruntun. Lebih spesialnya lagi, ia berhasil membawa mereka menjadi juara Liga Champions Asia untuk pertama kalinya dalam sejarah klub di tahun 2013. Dan menduduki peringkat keempat dalam Piala Dunia Antar Klub setelah dikalahkan Bayern Munchen di semifinal dan kalah tipis 2-3 dari wakil Brasil Atlético Mineiro pada perebutan juara ketiga.
Kini Cina menjadi salah satu tujuan pemain-pemain besar untuk melanjutkan kariernya pasca bermain di Eropa. Tercatat Ezequiel Lavezzi, Ramires, Gervinho, Demba Ba, Fredy Guarin Jackson Martinez dan Paulinho kini bermain di liga yang diresmikan pada tahun 2004 tersebut. Keberhasilan Lippi membawa Guangzhou Evergrande menjadi juara Asia dan tampil mengesankan di pentas Piala Dunia Antar Klub, otomatis semakin meningkatkan daya tarik pemain asing untuk merumput di Cina.
Tak ayal Asosiasi sepakbola Cina sesumbar bahwa di tahun 2050 mereka akan menjadi negara superpower dalam sepakbola. Kini liga mereka sudah berkembang pesat dengan hadirnya mantan pemain liga top Eropa. Bersama dengan Major League Soccer di Amerika Serikat, Cina telah tumbuh menjadi tempat pelabuhan bagi mantan pemain bintang Eropa untuk tampil di Asia.
Sekarang Lippi telah pensiun sebagai pelatih, meski sebenarnya kontraknya bersama Guangzhou Evergrande baru berakhir di tahun 2017. Ia telah mengukuhkan diri sebagai pelatih pertama yang sukses menjuarai Liga Champions Eropa bersama Juve dan Liga Champions Asia bersama klub yang bermarkas di Guangzhou tersebut.
Guangzhou sendiri merupakan merupakan pusat perdagangan dan pelabuhan tertua di Cina. Jaman dahulu saudagar Arab kerap singgah di sana. Selama berada di sana mereka banyak mengetahui akan majunya peradaban Cina dibanding bangsa-bangsa lainnya kala itu. Konon dari situlah kata mutiara dari pepatah mulai muncul “Tuntutlah ilmu sampai ke Negeri Cina”.
Akan tetapi Lippi menyangkalnya. Ia pergi ke Cina bukan untuk menuntut ilmu, namun memberikan ilmu dan gelar bergengsi, sekaligus memajukan persepakbolaan negeri tirai bambu tersebut.
Foto: Complex
Pepatah "Tuntutlah Ilmu Hingga ke Negeri Cina" yang Tak Berguna bagi Lippi
Backpassby Redaksi 32 12/04/2016 11:38
Komentar