Seorang penjaga gawang pastilah memiliki pengaruh yang kuat dalam sebuah tim. Jika tidak, mana mungkin ia bisa mengatur pertahanan sedemikian rupa sekaligus memberikan rasa nyaman kepada para pemain yang menjaga pertahanan?
Setidaknya, sosok Gianluigi Buffon layak untuk digambarkan merupakan sosok dengan pengaruh kuat di bawah mistar-mistar gawang yang ia kawal, baik itu di Parma, Juventus, maupun timnas Italia. Pemain-pemain bertahan bisa ia atur sedemikian rupa. Penyelamatan-penyelamatan gemilang acap ia lakukan untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada para pemain bertahan.
Pengaruh Buffon ini semakin kuat manakala ia menjabat sebagai kapten, baik itu di timnas Italia maupun Juventus. Setelah menjadi kapten, pengaruhnya tidak lagi hanya terasa di lini pertahanan saja, tapi di seluruh lini permainan, baik itu lini tengah maupun lini depan. Bahkan, dalam sebuah laga uji tanding yang mempertemukan timnas Italia melawan Prancis, Buffon mampu menenangkan pada pendukung Italia yang mengolok lagu kebangsaan negara Prancis, La Marseillaise.
VIDEO: Perjalanan karir Gianluigi Buffon
Segala pengaruh yang hadir dalam diri Buffon ini tak lepas dari segala tanggung jawab yang ia emban semasa muda. Di usianya yang masoih 21 tahun, ia sudah menjadi salah satu figur penting keberhasilan Parma dalam meraih treble winners (UEFA Cup, Coppa Italia, dan Supercoppa Italiana) pada 1999 silam. Pada 2001 silam, ia mengemban tanggung jawab setelah ditransfer dengan harga cukup mahal dari Parma ke Juventus. Harga transfernya waktu itu sebesar 51,5 juta euro.
Bersama Juventus, ia pernah mencapai titik tertinggi sekaligus titik terendah dalam karier sepakbolanya. Ia pernah mengantarkan Juventus masuk babak final Liga Champions pada 2003 (kalah oleh AC Milan) dan pada 2015 (kalah oleh Barcelona). Buffon juga sukses menghadirkan berbagai gelar prestisius untuk Bianconeri, dan yang terbanyak tentunya gelar Scudetto Serie A.
Tapi Buffon pun sempat mencapai titik terendah kariernya bersama Juventus, yaitu ketika Juventus menjadi tersangka dalam kasus calciopoli dan harus menerima hukuman terdegradasi ke Serie B. Alih-alih menjadi bagian dari eksodus para pemain bintang, Buffon memilih untuk bertahan (bersama Alessandro Del Piero dan David Trezeguet) dan membela Juventus dalam ajang Serie B. Ia juga lah yang sukses mengantarkan Juve kembali ke Serie A semusim setelah terdegradasi.
Selain karena gemblengan dari klub, pengaruh Buffon pun lahir berkat gemblengan yang ia alami di timnas Italia. Sejak memulai debutnya pada 1997 di timnas senior, sampai sekarang total ia sudah mencatatkan 167 penampilan. Ia juga menjadi aktor di balik kesuksesan Italia merengkuh gelar Piala Dunia pada 2006 silam.
Namun selain segala pengaruh yang kerap ia berikan untuk tim yang ia bela, Buffon juga adalah manusia yang tidak lepas dari kesalahan, salah satunya adalah blunder. Ia beberapa kali melakukan blunder yang cukup fatal, seperti ketika Juventus menghadapi Lecce dalam ajang Serie A musim 2011/2012 ataupun dalam beberapa laga timnas Italia ketika bersua Spanyol.
Terlepas dari segala kesuksesan dan juga hal-hal buruk yang pernah terjadi selama karier sepakbolanya, sosok Buffon akan tetap dianggap sebagai salah satu sosk berpengaruh di Juventus. Pengaruhnya ini akan sulit untuk luntur, walau pada setiap 28 Januari, ia akan bertambah tua satu tahun. Karena pengaruh Buffon itu masih dan akan selalu terasa, kini dan nanti.
(sf)
Komentar