Gaizka Mendieta Zabala adalah salah satu gelandang terbaik yang pernah dilahirkan oleh Spanyol. Keberhasilannya meraih penghargaan sebagai gelandang terbaik di Eropa dua kali secara berturut-turut pada 1999/2000 dan 2000/2001 adalah buktinya. Pada saat yang bersamaan pula, ia berhasil membawa Valencia menembus babak final Liga Champions dua kali secara berturut-turut, walaupun harus menelan kekalahan pada dua partai puncak tersebut.
Gemilangnya penampilan Mendieta bersama Valencia ini membuat ia menjadi komoditi panas pada bursa transfer ketika itu. Akhirnya Lazio dan Serie A yang ketika itu masih menjadi liga terbaik di dunia menjadi pelabuhan selanjutnya Mendieta. Mahar 48 juta euro harus dikeluarkan oleh Lazio untuk merekrut sang pemain dan menjadikan Mendieta sebagai salah satu pemain termahal Spanyol saat itu.
Namun ternyata untuk mencapai karier mentereng seperti itu, Mendieta tidaklah melaluinya dengan mudah. Ia tidak terlahir dengan bakat sepakbola. Pada saat berusia 14 tahun, ia bahkan sempat meninggalkan sepakbola dan lebih memilih olahraga lainnya yaitu atletik.
Keputusan tersebut tidaklah salah, karena ia berhasil mencatatkan rekor atletik di Spanyol yang bertahan dalam waktu yang cukup lama. Tentu ini menunjukkan bahwa ia bisa saja memiliki prospek cerah jika berkarier di atletik.
Namun, entah apa yang ada di pikiran Mendieta, ia akhirnya kembali memutuskan untuk menekuni sepakbola pada saat menginjak usia 16 tahun. Dengan kondisinya yang tidak begitu mempunyai bakat sepakbola, tentu satu-satunya cara agar ia bisa bersaing dengan teman seusianya adalah dengan bekerja lebih keras. Kerja keras inilah yang akhirnya mengantarkan Mendieta mendapatkan karier cemerlang bersama Valencia.
“Pada saat berusia 14 tahun, saya berhenti bermain sepakbola dan mendedikasikan waktu saya untuk atletik. Sebagai seorang anak, saya biasa pergi ke sekolah atletik di mana kita akan berlatih tiga kali sehari dan belajar. Saya menyukainya, itu yang ingin saya lakukan. Saya memegang rekor Spanyol untuk 2.000 meter yang bertahan selama 15 tahun,” ujar Mendieta seperti dikutip oleh Daily Mail Oktober 2014 lalu.
"Tapi ketika saya berusia 16 tahun, saya berhenti dan kembali ke sepakbola dan saya bergabung dengan Castellon. Jujur, saya tidak begitu baik. Saya adalah seorang atlet yang baik, jadi saya akan berlari dan meng-cover banyak daerah dan kemudian membuat umpan sederhana.”
Kurangnya teknik sepakbola yang dimilikinya diakui sendiri oleh Mendieta. Bahkan teman-temannya pernah mengejek dirinya. Namun, hal itu malah memicu dirinya untuk terus bekerja keras.
“Melihat permainan awal saya dengan Castellon dan Valencia, saya bisa mengoper bola, tapi saya tidak seperti ketika saya dikenal oleh banyak orang. Teman-teman saya sering berkata: `Siapa anak ini? Dia tidak bisa menjaga bola tiga kali!`"
"Mereka sering bercanda dengan saya tapi kemudian melihat apa yang terjadi. Saya bekerja keras dan permainan saya menjadi lebih banyak tentang teknik dari berlari."
Selain memiliki kisah dengan atletik, Mendieta juga mempunyai ketertarikan dengan dunia lainnya di luar sepakbola yaitu musik. Ketika masih menjadi pesepakbola, ia sering menjadi Disc Jockey (DJ). Tetapi kegiatan tersebut dilakukannya secara diam-diam.
"Ini (musik) selalu menjadi passion saya," ungkap Mendieta seperti dikutip oleh Daily Mail Oktober 2014. “Teman saya di Valencia, yang memiliki sebuah toko rekaman, digunakan untuk DJ. Jika saya bermain pada hari Sabtu, saya kemudian akan menyelinap ke klub, tapi itu selalu off the record, saya akan memakai topi dan menyamar. Saya kemudian akan menjadi DJ dan tidak ada seorang pun akan tahu itu aku. Saya menyukainya. Itu adalah cara melarikan diri."
Mendieta bahkan menyamakan apa yang dirasakannya saat bermain di lapangan dan saat ia menjadi seorang DJ. Hal inilah yang akhirnya membuat ia bisa begitu menikmati keduanya.
“Saya tidak memiliki set list dari apa yang akan saya mainkan. Kami mengambil kotak vinyl dan kami hanya mengatur beberapa lagu pertama dan kemudian melihat bagaimana suasana hati dan apa yang orang inginkan," katanya.
"Ketika Anda berada di lapangan, Anda memiliki sepersekian detik untuk memutuskan mengoper ke mana, itu sama seperti DJ memilih lagu berikutnya. Ini adalah perasaan yang sama dengan ketegangan saat bermain sepakbola dan saya gugup sebelum menjadi DJ.”
"Tapi Itu bagus, itulah cara saya menikmati hal-hal tersebut. Ini mungkin bisa membuat orang bahagia, dengan melihat mereka bersenang-senang dan marah pada pilihan lagu Anda.”
Musik sepertinya akan terus menjadi bagian dari kehidupan Mendieta. Ia masih terus menggeluti dunia musik ataupun DJ ini hingga sekarang, di luar aktivitas yang berhubungan dengan sepakbola tentunya.
Foto: youtube.com
Komentar