Halaman kedua
Di Cesena-lah ia mulai menemukan kenyamanan bermain. Hubner, yang lahir dari ayah asal Jerman, mencetak 74 gol dari 166 penampilan dalam lima musim bersama Cesena. Menurut Hubner sendiri masa-masa di Cesena merupakan titik awal ia memiliki karier yang lebih baik di sepakbola.
“Cesena merupakan momen terpenting dalam hidup saya,” kata Hubner saat diwawancarai asroma.co.uk. “Cesena menjadikan saya sebagai pesepakbola sebenar-benarnya. Saya bermain di level permainan berbeda di sana. Saya harus menunjukkan kualitas sebagai pemain. Semuanya dimulai dari sana.”
Etos pekerja Hubner menjadi rahasia bagaimana ia bisa menyesuaikan diri di setiap level sepakbola. Dan berkat keuletannya dalam berlatih, ia selalu bisa menyesuaikan diri baik itu bersama kesebelasan Serie D, Serie C, Serie B, hingga Serie A. Diperkirakan 300 gol lebih telah ia ciptakan di segala level.
Untuk urusan mencetak gol, pencapaian terbaiknya tentu saat ia membela Piacenza, kesebelasan yang ia bela setelah Brescia. Pada musim 2001/2002, Si Bison ini berhasil mencetak 24 gol (bersama David Trezeguet) untuk menjadi pencetak gol terbanyak Serie A alias capocannoniere. Padahal saat itu Hubner sudah mencapai 34 tahun, sehingga menjadikannya sebagai pemain tertua capocannoniere sebelum dipecahkan Luca Toni (38 tahun) pada 2015 bersama Hellas Verona.
Saat menjadi top skor, banyak masyarakat Italia yang menganggap jika Hubner layak membela timnas Italia untuk Piala Dunia 2002. Apalagi jumlah gol Hubner saat itu melebihi penyerang lokal lain seperti Christian Vieri, Marco Di Vaio, Alessandro Del Piero, Filippo Inzaghi, bahkan penyerang berkualitas lain seperti Andriy Shevchenko dan Hernan Crespo. Namun pelatih timnas Italia saat itu, Giovanni Trapattoni, tak meliriknya. Italia sendiri kemudian disingkirkan tuan rumah Korea Selatan di perempat final.
Perlu diketahui, saat Hubner menjadi pencetak gol terbanyak, Piacenza berada di urutan 15 klasemen, terpaut tiga poin dari kesebelasan teratas zona degradasi. Dengan kualitas rekan setim yang tak seperti Trezeguet, Vieri, Shevchenko dan penyerang top lainnya, banyak yang beranggapan bahwa Hubner, meski sudah berusia 34 tahun, masih punya kualitas untuk timnas Italia. Hanya saja meski gelontoran gol terus ia ciptakan, Hubner tak pernah dilirik timnas Italia.
Sepakbola kemudian telah menjadi bagian hidup dari Hubner. Saat kesebelasan Serie A (Perugia dan Ancona) tak lagi meliriknya, ia bergabung dengan kesebelasan Serie C, Mantova. Saat itu Hubner sudah berusia 38 tahun. Namun ketajamannya masih terbukti di mana ia mencetak 22 gol dari 23 pertandingan. Mencetak gol memang telah menjadi candu yang lain selain candunya terhadap rokok.
Meskipun begitu, usia tidak lagi bisa membohongi kualitas Hubner, apalagi Hubner yang merupakan seorang perokok berat. Keinginannya untuk terus bermain hanya bisa curahkan untuk kesebelasan-kesebelasan Serie D. Hubner sendiri baru memutuskan pensiun di usia 44 tahun.
Menurut mantan bosnya di Brescia, Luigi Corioni, Hubner sebenarnya punya bakat untuk menjadi penyerang terbaik Italia. Hanya saja kebiasaan merokoknya-lah yang membuat kariernya terhambat. Walaupun begitu, Hubner sendiri tak menyesali bagaimana kariernya berjalan. Bahkan ia lebih mensyukuri apa yang telah ia torehkan selama ini hingga dikenal sebagai salah satu legenda di Italia.
"Saya tidak ingin mengeluh," kata Dario Hubner seperti yang dikutip zonacesarini.net. “Saat masih muda, saya seorang tukang pandai besi dan berkutat terus dengan almunium. Jadi siapa yang mengira jika saya memiliki karier sejauh ini? Saya sudah sangat senang.”
Hubner hingga saat ini memang dikenal sebagai legenda. Bahkan terdapat sebuah grup musik bernama Toromeccanica yang berasal Lecce, yang notabene bukan kesebelasan yang pernah dibela Hubner, membuat sebuah lagu berjudul L`estate di Hubner alias Musim Panas Hubner. Pada video klip lagunya yang dirilis pada 2015 pun menggunakan jasa Hubner yang sudah berambut putih.
Saat ini, setelah sempat menganggur,Hubner tengah menggeluti duniakepelatihan. Di usianya yang hari ini genap 50 tahun, ia ingin kembali lagi ke sepakbola. Karena menurutnya, ia tidak bisa lepas dari sepakbola. “Sekarang saya sedang berusaha mendapatkan lisensi kepelatihan di Coverciano. Bagaimanapun, sepakbola akan selalu menjadi bagian dari hidup saya,” ujar Hubner pada awal 2017 lalu.
Komentar