Manis-Getir Karier Pemain Terbaik Israel, Yossi Benayoun

Backpass

by Ardy Nurhadi Shufi 143436

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Manis-Getir Karier Pemain Terbaik Israel, Yossi Benayoun

Halaman kedua...

Diajukan pada Agustus 2005, pengajuan naturalisasi Benayoun menjadi warga Spanyol tak diterima hingga akhirnya ia tinggalkan Spanyol. Namun saat itu Benayoun sendiri punya karier yang cukup oke bersama Santander yang berlaga di La Liga. Dalam tiga musim, ia bermain sebanyak 101 kali di La Liga dan mencetak 21 gol.

Tak hanya di Santander, di timnas Israel pun Benayoun memperlihatkan sinarnya. Ia bahkan nyaris mengantarkan Israel ke Piala Dunia 2006 kala itu. Di Grup 4, dari 10 laga, Israel mengemas empat kemenangan dan enam hasil imbang. Mereka hanya terpaut dua poin dari juara grup, Prancis. Israel gagal lolos hanya karena kalah selisih gol dari Swiss yang juga memiliki poin sama, 18 poin.

CSKA Moscow tertarik mendapatkan jasa Benayoun yang kali itu masih berusia 25 tahun. Meski Santander bersedia melepas Benayoun dengan nilai transfer lima juta euro ke CSKA, namun Zahavi menolak tawaran tersebut. Benayoun sendiri tidak ingin ke Rusia, ingin melanjutkan karier di Spanyol atau Inggris.

Dari sini Zahavi dengan segala relasinya berhasil membuat West Ham merekrut Benayoun. Di Inggris sendiri status kewarganegaraan Israel milik Benayoun tidak masalah karena jumlah penampilannya di timnas membuatnya mendapatkan work permit untuk berlaga di Liga Primer. Saat itu, Zahavi juga berhasil membuat West Ham merekrut kliennya yang lain, yaitu Javier Mascherano dan Carlos Tevez.

Di Inggris-lah nama Benayoun semakin berkibar. Apalagi pada 2008, setahun setelah membela West Ham, ia secara permanen menjadi kapten timnas Israel. Setelah membela West Ham, Liverpool, Chelsea dan Arsenal, total 97 laga dicetaknya untuk timnas, dengan sumbangan 24 gol. Jumlah caps tersebut membuatnya menjadi pemain dengan caps terbanyak Israel.

Namun di samping kariernya yang cukup gemilang, Benayoun juga punya pengalaman pahit selama di Inggris. Berasal dari Israel dan beragam yahudi membuatnya kerap mendapatkan cemoohan dari para penonton Inggris. Tidak hanya pendukung lawan, pendukung timnya sendiri pun ada yang menghinanya.

"Saya sedang pemanasan di pinggir lapangan, lalu ada satu atau dua orang berteriak soal agama saya dari bangku stadion," tukas Benayoun menceritakan pengalamannya mendapatkan rasisme, dinukil dari Mirror. "Mereka mengatakan hal-hal negatif seperti "Si Pendek dan Si Yahudi, juga hal-hal lain yang lebih buruk."

Insiden ini terjadi saat ia membela Chelsea, dan merupakan pengalaman pertamanya mendapatkan rasisme. Menurutnya, inilah yang mengganggu kariernya selama di Chelsea.

"Saya belum pernah mendapatkan ini sebelumnya, baik di Spanyol atau pun di Inggris, bahkan di negara lain ketika saya membela timnas Israel. Saya sudah komplain pada ofisial Chelsea, dan mereka akan menginvestigasinya bersama polisi. Tapi tampaknya saya harus menerima bahwa adanya suporter rasis yang bisa mengacau kapan saja. Tapi tetap, itu tercela."

Selain dengan suporter, ia juga sempat berkonfrontasi dengan pemain Inggris yang notabene adalah mantan rekan setimnya di Queen Park Rangers, Joey Barton. Saat itu Barton bercuit di akun Twitter-nya dan mengecam tindakan Israel yang menyerang Palestina, anak-anak Palestina menjadi korban. Cuitan Barton tersebut lantas dibalas langsung oleh Benayoun, bahkan Benayoun menyebut Barton dengan sebutan "bodoh".

Barton lantas membalas cuitan Benayoun tersebut dengan serial tweet. Benayoun tak membalasnya lagi, hanya saja setelah itu Barton mengonfirmasi keduanya telah menyelesaikan masalah ini secara langsung dan mengatakan bahwa keduanya masih rekan.

***

Setelah di QPR, Benayoun kembali ke Israel untuk membela Maccabi Haifa, klub masa kecilnya. Setahun berselang, ia membela Maccabi Tel Aviv, kesebelasan yang ia bela sampai saat ini. Meski kariernya tak berlangsung mulus, namun Benayoun bersyukur atas apa yang sudah ia lewati selama ini, khususnya bermain dengan beberapa kesebelasan besar Inggris.

"Saya punya banyak memori baik di Liga Primer. Orang-orang sering berkata kalau saya terlalu pendek dan akan kesulitan untuk bersaing secara fisik, tapi saya membuktikan bahwa mereka salah," curhat Benayoun pada Mirror. "Bahkan masa singkat saya di Chelsea membuat saya bangga."

"Bermain di Chelsea adalah salah satu pencapaian terbesar, bermain bersama Eden Hazard yang merupakan salah satu pemain terbaik Eropa, Oscar yang merupakan pemain berprospek besar dari Brasil, Juan Mata yang tidak lagi membutuhkan penjelasan soal kehebatannya, hingga Victor Moses yang menjadi bintang di Piala Afrika. Itu sangat luar biasa."

"Karena itulah saya menyukai sepakbola Inggris. Saya juga bisa melihat diri saya pernah bermain dengan Steven Gerrard, Fernando Torres, Frank Lampard, John Terry dan Xabi Alonso. Di West Ham saya bangga bisa bekerja sama dengan legenda sepakbola, Teddy Sheringham," tukasnya.

Komentar