“Aku sangat patuh,” ujar Erwin Kremers mengawali cerita yang — hingga akhirnya ia ungkap menjelang perayaan ulang tahunnya yang ke-65 — belum pernah diungkap ke publik.
“Begitu kami berusia 18 tahun, aku langsung mendapatkan SIM. Helmut saat itu harus menjalani wajib militer dan tidak punya kemauan maupun waktu. Jadi selama lima tahun ia mengemudi dengan SIM-ku. Kami selalu bergantian, termasuk menggunakan mobil. Tidak ada yang sadar.”
Ceritanya tidak selesai di situ. “Saat kami berusia 23 tahun, Helmut bilang kepadaku: ‘Aku sekarang butuh SIM-ku sendiri. Tapi kamu yang tes, kamu kan sudah pernah.’ ‘Oke,’ aku bilang, tapi aku gagal di tes teori. Saat aku bilang ke Helmut, dia mengata-ngataiku sekasar-kasarnya. Lalu dia terus mengemudi dengan SIM-ku selama empat tahun berikutnya…”
Erwin Kremers lahir di hari yang sama dengan Helmut Kremers: 24 Maret 1949. Jauh sebelum Kembar Bender — Sven dan Lars — malang melintang di Bundesliga, Helmut dan Erwin sudah lebih dulu bermain bersama. Mereka adalah kembar pertama di liga sepakbola profesional Jerman, yang saat itu masih bernama Jerman Barat.
Hingga saat ini, selain Kembar Kremers dan Kembar Bender, ada lima pasangan kembar lain yang pernah bermain di Bundesliga: Kembar Altintop (Hamit dan Halil), Kembar Zeyer (Michael dan Andreas), Kembar Schmidt (Oliver dan Andreas), Kembar Traser (Heinz dan Ernst), serta Kembar Degen (Philipp dan David).
Baca juga: Altintop Bersaudara Tetap Rukun Meski Beda Nasib
Kembar Kremers istimewa bukan hanya karena mereka yang pertama dan total jumlah golnya paling banyak di antara semua kembar Bundesliga, tetapi juga karena hanya mereka yang selalu bermain bersama. Tidak pernah ada Kremers melawan Kremers.
Keduanya memulai karier sebagai pemain muda di Borussia Monchengladbach, klub asal kota kelahiran mereka. Keduanya promosi ke tim utama Monchengladbach pada 1979. Setelah dua tahun, Erwin dan Helmut pindah ke Kickers Offenbach — bersama Offenbach, Kembar Kremers meraih gelar perdana mereka: DFB Pokal 1970. Masa terbaik karier mereka, walau demikian, baru dialami ketika mengenakan seragam biru FC Schalke 04.
Kembar Kremers mulai membela Schalke pada musim panas 1971. Di akhir musim, 1971/72, keduanya kembali mengangkat piala DFB Pokal. Bundesliga tak mereka juarai, namun menyandingkan Piala Jerman dengan posisi dua divisi tertinggi tentu tidak buruk-buruk amat — walau menurut Erwin, musim 1971/72 bisa lebih baik dari itu.
“Saat itu kami punya banyak pilihan klub baru di antara klub-klub Bundesliga,” ujarnya. “Namun pada Schalke kami melihat tim yang secara perspektif kelas atas, dengan [Klaus] Fischer, [Rolf] Russmann, dan [Herbert] Lutkebohmert. Sayangnya skandal Bundesliga mengganggu. Jika bukan karena itu, hal-hal hebat sudah terjadi di Schalke.”
Skandal yang dimaksud oleh Erwin adalah skandal pengaturan skor di musim 1970/71. Pengaturan skor melibatkan klub lama Kembar Kremers, Kickers Offenbach, dan klub barunya, Schalke, serta beberapa klub lain — Hertha Berlin, VfB Stuttgart, Arminia Bielefeld, MSV Duisburg, Eintracht Braunschweig, dan Rot-Weiss Oberhausen. Sebanyak 49 pemain, dua pelatih, dan enam ofisial klub dinyatakan bersalah. Kembar Kremers sama sekali tidak terlibat, dan malah cenderung tidak tahu-menahu, mengenai skandal ini.
Satu Juara Eropa, Satu Lainnya (Bukan) Juara Dunia
Tim nasional tidak seperti klub. Mudah bagi Kembar Kremers untuk menentukan di klub mana mereka mau bermain bersama, namun panggilan tim nasional Jerman tidak selalu datang untuk keduanya. Bertukar tempat seperti saat mengemudi bukan jalan yang bisa diambil. Erwin adalah pemain kiri luar, sementara Helmut bek sayap kiri.
Erwin lebih dulu mendapat panggilan untuk berseragam Jerman Barat. Ia menjalani debutnya pada 26 Mei 1972, menjelang Piala Eropa 1972 di Belgia. Pada gelaran empat tahunan tersebut Erwin hanya tampil dua kali, namun momennya adalah semifinal dan final. Bersama para pemain Jerman Barat lain, Erwin mengangkat tinggi-tinggi trofi Piala Eropa.
Helmut baru menjalani debutnya untuk tim nasional pada 10 Oktober 1973. Seperti Erwin, ia diberi kesempatan oleh Helmut Schon. Helmut kemudian dibawa ke Piala Dunia 1974, yang digelar di negeri sendiri — Erwin tidak. Seperti Erwin di Belgia dua tahun sebelumnya, Helmut mengakhiri kejuaraan sebagai pemenang. Namun tidak seperti Erwin, Helmut tak merasa menjadi pemenang.
Saat menjalani pemusatan latihan di Malente, Helmut menyelinap keluar pada satu malam. Saat hendak menyelinap kembali ke kamar tidurnya, ia tertangkap basah oleh Jupp Derwall — asisten pelatih kepala tim nasional. Karenanya, walau tidak dicoret, Erwin tidak sekali pun tampil di Piala Dunia 1974. “Karena itulah aku tidak merasa seperti juara dunia,” ujarnya.
Simak opini, komentar, dan sketsa adegan Rochy Putiray tentang jual-beli lisensi klub yang kerap terjadi di Liga Indonesia:
Komentar