Sebelum menjelma pangeran Uruguay dengan memenangkan tiga gelar Copa America (1983, 1987, 1995), Enzo Francescoli pernah menolak tawaran klub asal Argentina, River Plate. Pada sebuah wawancara tahun 2008, dia mengaku terpaksa menolak karena masih fokus sekolah. Barulah setelah lulus SMA, pria kelahiran 12 November 1961 ini mulai berani bercita-cita jadi pesepakbola.
Kariernya berawal di klub di kampung halamannya: Montevideo Wanderers. Di sana Francescoli mencatatkan dua puluh gol selama tiga musim. Tampil gemilang bersama Wanderers membuat nama Francescoli masuk ke skuat Timnas Uruguay U-20 untuk Piala Amerika Selatan junior. Pada 1981, namanya makin terkenal dalam ajang Piala Dunia junior FIFA.
Selang dua tahun, Francescoli langsung mencuri perhatian seluruh publik Uruguay berkat gol pembuka ke gawang Brasil di Stadion Centenario, Montevideo, pada final leg pertama Copa America. Uruguay menang 2-0 hari itu. Berkat penampilan cemerlang pemuda 21 tahun itu, Francescoli diganjar penghargaan pemain terbaik turnamen.
Belum puas dengan gelar individu itu, pada 1984 dia mendapatkan gelar pemain terbaik lagi. Kali ini bersama River Plate, klub yang pernah dia tolak saat masih berusia 16 tahun. Pada musim berikutnya, atau musim kedua berkostum merah-putih ala River Plate, Francescoli meraih gelar top skor dengan mencetak 29 gol sepanjang musim di Primera Division. Dia pun adalah orang non-Argentina pertama yang meraih penghargaan Pemain Terbaik Argentina Tahun Ini.
Dengan prestasi individu yang melimpah, tak heran dia menjadi inspirasi banyak orang. Bahkan beberapa pemain bintang secara terang-terangan mengidolakan sosok Francescoli. Zinedine Zidane salah satunya.
Semua berawal dari kepindahan Francescoli dari Racing Club Paris ke Olympique de Marseille pada 1989. Konsistensi Francescoli dengan menjadi top skor selama tiga musim di klub ibukota Perancis jelas prestasi menggiurkan. Dan siapa sangka, kepindahan itu juga yang nanti akan mengubah sudut pandang Zidane terhadap sepakbola.
“Dia (Francescoli) merupakan pemain favorit saya. Saya sering mencuri waktu demi melihat dia latihan,” kenang Zidane. Sebagai anak muda, Zidane terpesona dengan kemampuan olah bola sang pangeran dari Uruguay. Momen-momen itu menjadi krusial dalam kehidupan Zidane. Pasalnya, saat melihat Francescoli-lah Zidane mulai menemukan semangat untuk jadi pesepakbola hebat. Zidane sampai menamai anak pertamanya “Enzo” saking terinspirasi dengan Enzo Francescoli.
Jika pesona Francescoli sanggup menginspirasi seorang anak dari Perancis, jangan heran jika banyak anak Uruguay yang tersihir oleh kemampuannya. Salah satunya adalah Luis Suarez. Pemain Barcelona itu mengaku sangat sukar untuk tidak mengidolakan Francescoli saat masih kecil. Francescoli adalah pemain terbaik Uruguay saat itu dan semua teman sebayanya kompak memilih Francescoli sebagai inspirator.
Sementara Zidane dan Suarez terinspirasi ketika mereka masih kecil, lain halnya dengan Pablo Aimar. Pemain Argentina itu pernah setim dengan Francescoli ketika usianya 19 tahun. Selama ini, Aimar hanya mendengar Francescoli dari mulut ke mulut atau membaca kehebatannya dari surat kabar. Lantas ketika ia gabung dengan klub senior River Plate pada 1993, dia baru menyadari sensasi satu lapangan dengan seorang legenda.
“Ketika saya masih kecil, saya bermain untuk Estudiantes de Rio Cuarto dan seorang pria bernama Jorge Rodriguez mengenakan kostum bernomor punggung 10 untuk tim senior. Saya sangat menyukainya. Di Buenos Aires saya mengagumi [Nestor] Gorosito, tetapi kemudian saya latihan bersama [Enzo] Francescoli, dan di lapangan yang sama dengan seseorang sebaik dirinya, yang melakukan segala sesuatunya dengan begitu sederhana dan dengan begitu banyak keanggunan, Anda hanya bisa menikmati semua itu dan segera menjadikannya panutan Anda,” aku Aimar di laman FIFA.
Selain Aimar, mantan rekan setim Francescoli juga menjadi penggemar beratnya. Dia adalah Santiago Solari yang saat ini menjabat sebagai pelatih interim Real Madrid. Dia pernah memuji Francescoli lewat sebuah tulisan. Menurut Solari, untuk mendeskripsikan kejeniusan Francescoli, mungkin dibutuhkan 800 halaman novel Leo Tolstoy.
Bagi Solari, terdapat banyak sekali hal positif dalam wujud Enzo Francescoli. Mulai dari rekor, mentalitas, kepemimpinan, dan aroma petualangan dalam dirinya. Bahkan kalau perlu dan memang perlu, terdapat satu bab khusus yang menjelaskan pengaruh dirinya bagi pemain-pemain sepakbola lainnya.
Komentar