Terlihat wajah tegang dan khawatir seorang laki-laki diatas ojek sambil memandangi telepon genggamnya. Kemudian disambut dengan teriakan kegembiraan yang meluap tanda sebuah kemenangan.
Ada ketegangan, juga harapan. Itu salah satu potongan iklan shampo Clear yang memanfaatkan moment gegap gempitanya orang membicarakan Timnas  U-19. Sebuah kecerdikan yang luar biasa untuk sebuah brand yang mengkomersialisasi garuda muda itu.
Seperti kata Johan Lie, Senior Brand Manager Clear mengatakan, Timnas U-19 merupakan harapan baru bagi masyarakat pecinta sepak bola Indonesia. " Memberikan wadah bagi masyarakat Indonesia untuk menyatukan dukungan dan mengiringi perjuangan panjang Tim Garuda Jaya,"
Bukan. tulisan ini bukanlah bagian dari viral iklan tersebut, kami bukan lah bagian dari team marketing communication dari produk tersebut, ataupun agensi iklan yang menangani kampanye tersebut. Kami hanyalah pekerja media iklan, yang juga ikut hampir meneteskan air mata bahagia pada saat Evan Dimas melesakkan hattrick melawan Korea Selatan tahun lalu, karena kami sadar bahwa kita selangkah lagi dapat menjejakkan kaki di pentas piala dunia. Â Bagi kami, iklan tersebut cukup mewakili perasaan kami untuk memberi dukungan timnas U-19 agar mampu melangkahi rintangan yang bernama Piala AFC U-19.
Timnas ini seakan menjadi harapan terakhir kisah klasik prestasi sepak bola âhampirâ Indonesia. "Hampir" menjadi juara Sea Games, "hampir" lolos semifinal asian games, semua terhenti dengan kata "hampir". Tugas merobohkan mitos "hampir" ini sekarang ada dipundak Evan Dimas dan kawan-kawan. Generasi yang dianggap terbaik pada masanya.Now or never.
Kalau disurvey hampir semua pecinta bola akan sepakat dengan Kurniawan Dwi Yulianto bahwa "Timnas U-19 bisa menjadi tulang punggung sepakbola Indonesia. Mereka bisa membawa kejayaan sepakbola Indonesia."
Antusias masyarakat Indonesia mendukung timnas adalah kisah klasik yang lain. "Lose or win you are my team!" Padanan kata yang sangat tepat untuk melambangkan dukungan tersebut.
Keterbukaan media sangat membantu memperlihatkan bagaimana dukungan masyarakat terhadap timnas ini. Bukan hanya disaat menang, juga saat harus kalah tragis disana tetap ada dukungan yang emosional. Salah satu sahabat pernah berujar â se-goblok  apapun kalian main bola, se hancur apapun hati gue melihat permainan kalian, gue tetep cinta kalian, karena kalian adalah Timnas Indonesia, karena kalian adalah Indonesia.â
Ingatlah tanggapan masyarakat saat Final AFF 2010 ketika di final harus mengakui Malasysia. Disaat itu ada sebuah media nasional mengadakan survey mampukah Indonesia mengalahkan Malaysia, 92% mengatakan bisa. Lagi-lagi hantu âhampirâ merenggut asa itu.
Bagi praktisi media pastilah sangat paham bahwa tontonan sepak bola terutama tim nasional adalah sebuah anomali. Berdasarkan data Nielsen Research, rata-rata rating acara di televisi pada periode tahun 2014 sampai dengan September adalah 1,2. Yang artinya penonton rata-rata program acara ditonton orang indonesia adalah 1,2%.
Sebagai gambaran lagi, program tv dengan rating tertinggi pada periode Sept adalah sinetron Ganteng-Ganteng Serigala (SCTV) dengan 5,4%, diikuti Mahabarata (ANTV) dengan 5.0%. Lihatlah rating tim U 19 ketika menghadapi Korea Selatan dalam penyisihan AFC Cup, dihari itu 14,4% masyarakat Indonesia menonton pertandingan tersebut. 1200% lebih besar dari program biasa dan sangat jauh juga dibandingkan dengan Top Program reguler tadi.
Angka ini sangatlah fantastis, akan tetapi angka ini hanya mengukur orang yang menonton di rumah sedangkan di gang-gang sempit, warung kopi, cafe mewah, no bar dan kemeriahan yang lain tidaklah terukur dalam rating tersebut.
Masyarakat terus berharap dan harapan itu pun terus terjaga sepanjang tahun ini, hal itu bisa terlihat dari rating U 19 pada masa ujicoba juga terus diatas rata-rata rating program yang ada ditahun 2014.
Rating terus dirange 5,7 tertinggi dan 3,2 terendah sebuah angka yang menunjukkan antusias masyarakat terhadap U 19. Bahkan disaat terpuruk pada saat turnamen Hasanal Bolkiah di Brunei, masyarakat masih mengapresiasi dengan rating 3,3 tertinggi dan 1,6 terendah, tetap masih diatas rata-rata rating.
10 Oktober 2014 ketika TV menayangkan pertandingan tersebut, pastilah rating akan terus diatas rata-rata. Tetapi pointnya bukan itu, rating hanya salah sedikit fakta menunjukkan harapan dan antusias masyarakat terhadap terbongkarnya mitos âhampirâ indonesia.
Seperti dalam iklan Clear, besok diatas bis, ojek, dijalan-jalan sempit, kafe mewah dan juga dirumah-rumah akan menjadi saksi. Dimana kemeriahan itu tidak terukur oleh sebuah angka rating, itulah beyond rating, diatas angka-angka, dan itulah yang melambangkan harapan dan doa seluruh pecinta timnas Indonesia sesungguhnya.
10 Oktober 2014, hari itu telah datang, hari yang sudah kita nantikan selama hampir 1 tahun lamanya, ketegangan seluruh pencinta sepak bola Indonesia akan kembali menyeruak di sela-sela kesibukan sehari-hari. Akankah Evan Dimas dan kawan-kawan akan merobohkan mitos hampir atau hampir kembali menjadi hantu gentayangan yang terus memupus harapan.. akankah air mata kebahagiaan kita akan ada pada saat Timnas U-19 ini menyentuh Semi Final dan berhasil menggapai cita-cita kita semua, yaitu tampil di piala dunia.. Kita akan menjadi saksi....
*Tulisan dikirim oleh Afan Miqdad, Ulung Prabowo dan Risal Ardiyanto. Ketiganya adalah praktisi media iklan, penikmat sepakbola dan pencinta timnas Indonesia.
Komentar