Dikirim oleh: Arif Utama*
Rasanya baru kemarin Borussia Dortmund begitu berjaya dan masuk ke dalam jajaran kesebelasan elit Eropa. Bagaimana orang-orang terkejut saat mereka mampu mengalahkan Real Madrid di Liga Champions dan menjadi pesaing serius bagi Bayern Munich di Bundesliga. Padahal, faktanya musim lalu Dortmund berada pada titik nadir perjalanan mereka selama satu dekade terakhir.
Penggemar sepakbola hampir saja tak bisa lagi melihat Borussia Dortmund mentas di Bundesliga. Bahkan, untuk mengantisipasi hal terburuk, manajemen Dortmund sampai menyertakan surat verifikasi untuk berlaga di Bundesliga.2. Meskipun pada akhirnya Dortmund lolos dari jurang degradasi dan menempati peringkat ketujuh pada akhir musim.
Apa yang terjadi pada Dortmund tentu mengagetkan semua pihak. Tidak ada yang memprediksi Dortmund akan begitu kesulitan sepanjang musim lalu. Gagalnya gegenpressing yang diterapkan pelatih Dortmund kala itu, Juergen Klopp, diperparah dengan tidak adanya plan B untuk mengantisipasi kebuntuan strategi.
Klopp pun dibuat pusing dengan badai cedera. Selain itu, ia kesulitan mengganti penyerang sekelas Robert Lewandowski yang pada awal musim hijrah ke Bayern Munich. Situasi ini pula yang memantapkan Klopp untuk mengundurkan diri sebagai pelatih Dortmund. Lalu, era Baru Dortmund pun dimulai. Dortmund menunjuk Thomas Tuchel sebagai arsitek anyar kesebelasan berjuluk âDie Borussenâ tersebut.
âDia (Tuchel) adalah pelatih yang ditakdirkan untuk akhirnya melatih Bayern,â ucap bekas pelatih Bayern Munich, Jupp Heynckes, pada suatu masa.
Tuchel mengemban tugas untuk membangun kembali fondasi kesebelasan. Kedatangan Tuchel membuat sejumlah pemain digoda kesebelasan lain untuk pindah. Meskipun demikian, para pemain seperti Matt Hummels, Ilkay Gundogan, dan Marco Reus, menyatakan keinginannya untuk bertahan, setidaknya untuk semusim. Bahkan, Gundogan telah menandatangani kontrak baru bersama Dortmund.
Faktor Tuchel?
Nama Tuchel tentu masih terdengar asing terutama bagi penggemar yang tidak begitu mengikuti Bundesliga. Pada 2005, Tuchel berhasil membawa Stuttgart U-19 menjadi juara. Di Stuttgart pula ia melejitkan Sami Khedira sebagai bintang baru sepakbola Jerman.
Pada 2008, Tuchel pindah ke Mainz yang menjadi awal dari kejayaannya. Di tahun yang sama, Mainz U-19 dibawanya menjadi juara. Ini pula yang membuat manajemen Mainz begitu tertarik untuk mempromosikan Tuchel sebagai pelatih utama.
Mainz disulap Tuchel dari kesebelasan papan bawah menjadi kesebelasan papan tengah yang sulit diprediksi. Pada musim 2010/2011 Tuchel membawa Mainz memenangkan tujuh laga perdananya, termasuk saat mengalahkan Bayern Munich di Allianz Arena.
Tuchel dikenal dengan taktik yang amat fleksibel. Tuchel paham bahwa 11 pemain terbaiknya tidak cukup kuat mengalahkan kesebelasan macam Bayern Munich, Wolfsburg, ataupun Borussia Dortmund. Ia malah kerap mencadangkan para pemain terbaiknya untuk menjaga agar taktinya berjalan dengan tepat.
Dengan lata sebagai pelatih tim U-19 di kesebelasan papan tengah, membuat Tuchel tak ragu memaksimalkan potensi pemain muda. Tuchel pun sempat mengorbitkan sejumlah pemain seperti Andre Schurrle, Adam Szalai, dan Lewis Holtby. Meskipun tak akan mampu menggantikan sosok ayah seperti yang diemban Juergen Klopp, toh kehadiran Tuchel akan memberikan nuansa baru bagi Dortmund.
Peluang Dortmund di Bawah Tuchel
Hampir tidak ada perbedaan yang signifikan dalam permainan Dortmund selama pra-musim. Tuchel masih mencari cara untuk menerapkan ide-idenya ke dalam taktik, tanpa harus mengacaukan sistem baku permainan Dortmund.
âAku ingin memastikan para pemain merasa nyaman dengan rekan-rekan di sekeliling mereka dan pada ruang tempat mereka bermain,â tutur Tuchel.
Tuchel tak ingin memaksakan pemain baru dengan taktik baru. Maka sejauh ini kita belum bisa melihat fleksibilitas taktik yang biasa ia terapkan di Mainz. Banyaknya lini yang belum di eksplorasi Tuchel, membuat sang manajer membutuhkan waktu untuk memaksimalkan potensi Dortmund.
Tuchel pun memodifikasi gegenpressing warisan Klopp pada musim lalu. Ia mengomando para pemain untuk lebih tenang dan meminimalisasi umpan panjang yang biasa terlihat pada musim lalu.
âDi bawah Thomas Tuchel kami belajar banyak tentang penguasaan bola. Ini benar-benar tentang detail; dengan kaki mana aku harus menerima bola dan dengan kaki mana aku harus mengumpannya,â ucap Neven Subotic.
Tucher diprediksi menggunakan 4-1-4-1 sebagai dasar formasi Dortmund pada musim ini. Secara teknis ini tidak banyak berbeda dengan 4-2-3-1 yang diterapkan Klopp. Saat mengatur serangan, mereka menggunakan 4-1-4-1, saat menyerang mereka mengubahnya menjadi 4-3-2-1.
Tidak adanya perubahan secara total, para pemain tentu tak akan kesulitan beradaptasi dengan taktik baru Tuchel. Para pemain kunci macam Reus, Hummels, Gundogan, Henrikh Mkhitaryan, Shinji Kagawa, dapat kembali menemukan kepercayaan diri. Selain itu, rekrutan baru seperti Gonzalo Castro, Julian Weigl, dan Jonas Hoffman dapat diandalkan untuk masuk ke dalam rencana taktik Tuchel.
Penutup
Ekspektasi terhadap Dortmudn tidak akan begitu besar seperti dua hingga tiga musim lalu. Mereka bukan lagi sebagai pesaing yang tepat untuk Bayern. Namun, di bawah Tuchel mereka menjadi sulit untuk diprediksi. Fleksibilitas taktik membuat Dortmund akan mengejutkan.
*Penulis tinggal di Jambi berakun twitter @utamaarif.
Foto: ndtv.com
Komentar