Ditulis oleh Andre Setiawan dan Alvin Lazaro
Siapa sangka kalau Wales, negara kecil di wilayah Brittania Raya itu, juga bisa menorehkan sejarah di ranah sepakbola modern?
Juli 2015, timnas sepakbola Wales berhasil menduduki peringkat 10 FIFA. Tak berhenti sampai di sana, bulan Agustus 2015, Wales berhasil naik ke peringkat sembilan. Mereka menyingkirkan Inggris. Dan sekarang, Wales punya peluang besar untuk lolos ke kompetisi Euro 2016 di Perancis.
Yang menjadi pertanyaan, bagaimana bisa negara kecil di belahan barat Inggris ini memimpin sepakbola Brittania Raya?
Tidak Memiliki Kompetisi Liga Sendiri adalah Keuntungan
Wales, tidak sama seperti Skotlandia, yang memiliki kompetisi liga sepakbola sendiri. Federasi sepakbola Wales (FAW) tidak dapat menyelenggarakan kompetisi liga sepakbola lokal dikarenakan tidak memenuhi persyaratan-persyaratan dasar penyelenggaraan kompetisi.
Namun demikian, klub-klub sepakbola lokal di Wales diikutsertakan untuk berkompetisi bersama tim-tim asal Inggris di Premier League. Ada dua klub asal Wales yang dikenal berkompetisi di bawah naungan FA: Swansea City dan Cardiff City.
Berkompetisi bersama tim-tim kondang asal Inggris adalah keuntungan? Tentu saja! Dengan bermain bersama tim-tim besar Inggris, dua tim asal Wales ini dapat ditempa baik secara mental maupun fisik. Mereka pun dipaksa untuk meningkatkan kualitas permainan supaya bisa mengimbangi dan menyamakan kualitas dengan tim-tim besar Inggris.
Hasilnya? Mereka mampu bersaing dengan sejumlah kesebelasan asal Inggris. Bukan hal baru juga jika mendengar kabar taktluknya kesebelasan raksasa Inggris saat melawan mereka. Misalnya, Swansea City yang secara mengejutkan mempecundangi tim sekelas Manchester United tiga kali berturut-turut.
Pemain Asal Wales Bertebaran di Premier League
Dengan bergabungnya Wales di Premier League, secara tidak langsung membuka kesempatan bagi talenta-talenta sepakbola asal Wales untuk menunjukkan batang hidungnya. Sebut saja legenda asal Manchester United, Mark Hughes dan Ryan Giggs, legenda Liverpool Ian Rush. Begitu pun dengan pesepakbola asal Wales lainnya, seperti mendiang Garry Speed, Chris Coleman, Craig Bellamy, Aaron Ramsey, Joe Allen, Ben Davies dan Gareth Bale.
Baca juga: Lampu Kuning untuk Tim-tim Besar Inggris
Pemain-pemain asal Wales yang berkompetisi di Premier League tentunya dituntut untuk memiliki kualitas yang sepadan dengan pemain Inggris yang lain sejak di akademi. Dengan semangat yang tinggi demi membuktikan kemampuan dan mengharumkan negaranya, tak heran jika pemain-pemain asal Wales ini cukup menonjol di setiap klub yang dibelanya. Sebut saja Aaron Ramsey, Mark Hughes, Ryan Giggs, Craig Bellamy, dan Gareth Bale kala bermain di Premier League. Nama terakhir bahkan menjadi andalan klub raksasa Spanyol, Real Madrid, dan merupakan pemain sepakbola termahal di dunia.
Lantas, apakah kesempatan semacam ini secara instan bisa mendongkrak mutu sepakbola Wales?
Jika kita menengok beberapa tahun ke belakang, prestasi timnas sepakbola Wales selalu naik-turun. Semenjak penampilan pertamanya di putaran final Piala Dunia 1958, Wales tidak pernah lagi bermain di kompetisi resmi. Pada tahun 2004, anak asuh Mark Hughes nyaris lolos ke putaran final Euro 2004. Sayang, kesebelasannya dikalahkan Rusia 1-0 di babak playoff.
Memiliki skuat yang kenyang pengalaman berkompetisi di liga elit dan dilatih nama-nama legendaris, tidak menjadi jaminan bagi Wales untuk bisa mendongkrak prestasi timnas. Pelatih sekaliber Mark Hughes, John Toshack, Bryan Flynn dan Garry Speed pun masih gagal mendongkrak performa Wales.
Bahkan, Wales pun terperosok cukup dalam pada perolehan ranking FIFA di bulan Agustus 2011. Wales menempati peringkat ke 117, yang merupakan peringkat terendah sepanjang sejarah sepakbola Wales. Tidak hanya itu, Wales kembali dirundung duka kala pelatih timnas Wales, Gary Speed, memutuskan untuk mengakhiri hidupnya secara mengenaskan dengan gantung diri. Tahun 2011 benar-benar menjadi tahun paling kelam dalam sejarah sepakbola Wales.
Namun demikian, selalu ada berkah di balik bencana. Penunjukkan Chris Coleman sebagai pelatih utama timnas menjadi faktor penentu kesuksesan Wales.
Tangan Dingin Chris Coleman dan Kematangan Gareth Bale
Penunjukan Chris Coleman sebagai pelatih kepala pada tanggal 19 Januari 2012 menjadi titik balik bagi Wales. Dimulai dari kualifikasi Piala Dunia 2014, Wales kembali merancang asa untuk mencatat sejarah bermain di kompetisi resmi. Sayang, mereka berada satu grup dengan Jerman dan Rusia. Wales hanya mampu menduduki peringkat ke empat dengan catatatan empat kali meraih kemenangan. Sementara enam pertandingan lainnya berakhir dengan kekalahan.
Tetapi, Coleman kembali menunjukkan kesanggupannya memberi prestasi yang diimpikan rakyat Wales. Pada kualifikasi Euro 2016, Wales berada satu grup dengan Belgia, Israel, Bosnia, Andorra, dan Siprus.
Publik Wales pun dibuat bangga kala Gareth Bale, pemain andalan mereka, bermain untuk Real Madrid dengan status pemain termahal di dunia. Kepindahan Bale ke Madrid tentu meningkatkan kualitas dan kematangan sang pemain. Sempat dinilai gagal, Bale kemudian membuktikan kualitas yang dimilikinya dengan mencetak gol dan membukukan assist. Performanya yang tak sembarangan yang turut membantu Real Madrid meraih La Decima.
Setuju kalau performa Bale sesuai dengan predikatnya sebagai pemain termahal dunia?
Sadar bahwa pemain termahal di dunia menjadi bagian dari skuatnya, Chris Coleman tidak menyiakan peluang untuk membawa Wales kembali mewujudkan asa bermain di kompetisi resmi Euro 2016. Bersama Gareth Bale dan seluruh pemain terbaik yang dimiliki Wales, armada Coleman mencetak penampilan impresif di kualifikasi Euro 2016. Mereka memuncaki Grup B dengan poin 17 hasil lima kali menang, dua kali seri, dan tidak pernah kalah dalam tujuh pertandingan di babak kualifikasi.
Jika Wales mampu mencetak kemenangan kontra Israel pada tanggal 6 September 2015, mereka akan memastikan diri lolos ke putaran final Euro 2016 di Perancis dan kembali menorehkan sejarah manis, yaitu ikut serta di kompetisi resmi.
Bagaimana, Coleman? Bisa?
Penulis bisa dihubungi lewat akun Twitter @andlazfootball.
Komentar