Oleh F.X. Steven Danis*
Matahari masih malu-malu menunjukkan sinarnya di atas Kota Liverpool pada sore 4 Oktober 2015. Di Bandara Internasional John Lennon, suasana akhir pekan telah terasa dengan kian sibuknya pesawat yang mendarat dan lepas landas. Hal serupa dirasakan dua pria yang telah memegang tiket keberangkatan internasional di salah satu sudut bandara.
Kedua pria itu saling mengenal meski amat jarang bertemu. Pria pertama berwajah muran semuram cakrawala sore itu. Ia memegang tiga lembar tiket dengan tujuan Spanyol. âAku akan ke Spanyol, Bung. Mencari makanan yang lebih enak. Aku sudah muak dengan scouse(1) (yang disajikanâyang tinggal) di sini!â ucap pria pertama tersebut.
âYa cobalah, Aku pun demikian. Tiga tahun yang fantastis bisa tinggal di sini,â jawab pria yang lain yang diketahui akan berangkan ke Boston, Amerika Serikat. Ia pergi untuk tinggal dengan mengemas barang-barang beserta memboyong keluarganya di sana.
***
Cerita di atas cuma ilustrasi fiktif yang menceritakan dua orang pria yang akan meninggalkan Liverpool. Pria pertama bernama Brendan Rodgers sementara pria lainnya bernama Matt Bread. Pria pertama mungkin tak asing lagi di telinga pembaca; Ia adalah manajer pertama yang diberhentikan di Premier League musim 2015/2016 ini. Sementara itu, nama kedua merupakan pelatih utama Liverpool Ladies yang menuai sukses dalam dua musim ke belakang.
Dipertemukan Takdir
Baik Rodgers maupun Bread sama-sama pernah menjadi bagian keluarga besar Chelsea (dan Chelsea Ladies). Rodgers pernah menangani tim reserve Chelsea mulai musim 2006/2007 hingga Desember 2008.
Sementara itu Chelsea Ladies menemukan era barunya saat Roman Abramovich mengakuisisi Chelsea dengan menunjuk Beard sebagai pelatih kepala Chelsea Ladies atas saran dari player-manager Chelsea Ladies, Casey Stoney, pada musim 2009/2010. Beard sendiri baru saja meninggalkan jabatannya di Milwall Lionesses F.C.
Pada 2012, keduanya berbarengan meninggalkan kesebelasan yang mereka tangani menuju kota yang sama: Liverpool. Takdir mempertemukan mereka di hangatnya mentari pagi di Melwood, tempat latihan Liverpool FC.
Suatu hari terdapat tawaran spesial yang merupakan pertama kalinya dalam sejarah kedua tim. Sebuah latihan bersama dirancang tim pria dan tim perempuan Liverpool.
Di tengah latihan para pemain terlihat bersemangat. Luis Suarez tak canggung dengan melancarkan sebuah tekel yang ia tujukan untuk kapten tim Liverpool Ladies, Gemma Bonner. Hal ini menjadi hal yang tak biasa karena El Pitolero kerap menerima tekel dari lawan. Brendan Rodgers dan Matt Beard saling berdiskusi, saling memberikan saran, melontarkan puja-puji di media, begitu pun para pemain dari kedua tim. Dan acara yang digagas pada Maret 2013 silam berdampak positif pada performa Liverpool Ladies karena mereka berhasil menjuarai liga pada musim tersebut.
Beard Lebih Baik
Naif jika membandingkan Rodgers dengan Beard. Tetapi sepakbola tetaplah sepakbola, tak peduli itu laki-laki atau perempuan; apalagi bicara soal trofi. Trofi Premier League menjadi salah satu momok bagi Rodgers, sebuah permata yang selalu impikan, begitu pula oleh para pendahulunya.
You may say Iâm a dreamer. But Iâm not the only one.
Select Security Stadium menjadi saksi bisu keperkasaan Liverpool Ladies yang mampu mematahkan dominasi Arsenal Ladies dalam beberapa tahun ke belakang dengan menjuarai Womenâs Super League 1 pada tahun 2013 dan 2014. Padahal, kesebelasan yang berdiri pada tahun 1989 dengan nama Newton Ladies F.C. bukanlah nama besar di persepakbolaan perempuan di Inggris.
I hope someday you join us me, and the world â¦
Gerbong pemain Chelsea Ladies yang dibawa ke Liverpool Ladies tampaknya lebih berhasil ketimbang apa yang dilakukan Rodgers di musim pertamanya. Joe Allen lebih banyak cedera dan belum mampu menggeser Lucas Leiva sebagai gelandang bertahan utama, sementara Gemma Bonner langsung menjadi pilihan utama Beard di lini belakang bahkan mendapuknya kembali sebagai kapten tim adalah sebuah kesuksesan.
Ketimbang nama-nama baru dan mungkin belum terdengar di jagad sepakbola Inggris seperti Iago Aspas atau Lazar Markovic, Beard lebih tertarik mendatangkan pemain yang memang sudah lama bekerja sama dengannya. Sebut saja Natasha Dowie yang musim 2012 membela rival sekota Everton Ladies, yang sempat bekerja sama kala keduanya bahu-membahu di Charlton.
Dia yang Tegar dan Tahu Diri
Baik Beard dan Rodgers sama-sama mengalami masa sulit sebelum memesan tiket ke luar negeri pada awal Oktober ini. Liverpool dan Liverpool Ladies sama-sama sedang terpuruk. Bahkan The Reds Ladies hampir saja terdegradasi musim depan ke Womenâs Super League 2.
Fans mulai bertanya-tanya mengapa Gemma Bonner dan kolega tampil inkonsisten. Mereka bermain buruk di liga tapi bermain baik di FAWSL Continental Cup (setara dengan Capital One Cup). Di liga, pada 4 Oktober lalu mereka bahkan kalah oleh Bristol Academy Womenâs di laga terakhir liga (2). Matt Beard yang sudah tahu akan tanda-tanda inkonsistensi ini memilih untuk mengundurkan diri dari tim pada akhir tahun dan memilih pinangan Boston Breakers, salah satu klub peserta Liga Sepakbola Perempuan Amerika Serikat, NWSL, yang baru saja memecat sang pelatih Tom Durkin.
Boston sendiri bukan kota yang asing bagi Liverpool F.C., sang pemilik John W. Henry dan Tom Werner dari Fenway Sports Group berdomisili di sini. Bahkan keduanya juga memiliki saham salah satu klub bisbol terbesar di Amerika Serikat, Boston Red Sox. Adakah konspirasi mengenai keputusan Beard? Selain berkaca dari performa Boston Breakers yang dalam dua musim terakhir selalu menempati peringkat terakhir NWSL yang tak mengenal promosi-degradasi.
Matt Beard mengajukan surat pengunduran dirinya ke CEO Liverpool Ladies, Angela Roberts. Hal berbeda terjadi dengan Rodgers yang âlebih jantanâ untuk bertahan hingga benar-benar ditendang keluar dari Anfield. Di hari yang sama dengan kekalahan Liverpool Ladies di liga, Liverpool bermain seri 1-1 dengan Everton. Hasil ini memang tak buruk mengingat catatan unbeatten Rodgers di beberapa laga sebelumnya. Ya, hasil seri yang selalu 1-1 baik di Premier League, Capital One Cup (yang kemudian menang adu penalti), dan Europa League dan kemenangan kontra Aston Villa bisa lebih baik ketimbang catatan minor Beard yang selalu kalah di beberapa laga terakhir liga.
Rodgers sendiri merasakan sama sekali tak ada tekanan lebih terhadap dirinya dalam sebuah wawancara yang dilansir situs klub, walau akhirnya sebuah pengumuman pemecatannya membuat Rodgers gigit jari.
Baca juga: Pertanyaan untuk Sepakbola Perempuan
***
B: âHola, Amigo! Apa kabarmu disana?â
A: âMasih sama, buruk. Kami baru saja pulang dari Italia dengan kekalahan, juga tak lolos ke Final Piala Liga. Butuh waktu untuk terbiasa bermain di UEFA Womenâs Champions League. Bagaimana dengan Spanyol?â
B: âMungkin Aku akan bertemu another football genious (Moyes) di Sociedad atau entalah, mencoba melatih Suarez lagi? Tim asal Katalunya itu sedang terpuruk bukan. Dan Aku tahu cara membangkitkan naluri buas Suarez.â
A: âHahahaha. Kau tak pernah berubah, Bung. You always show your ⦠Great Character!â
foto: dailymail.co.uk
(1) Kalimat ambigu coba penulis tampilkan, scouse adalah makanan khas Liverpool. Mirip sebuah semur namun dengan kuah tidak terlalu pekat, sedang scouse bisa juga disebut aksen khas atau merujuk orang-orang.
(2)Â Untuk diketahui pula, siklus kompetisi sepakbola perempuan di Inggris adalah tahunan. Berbeda dengan sepakbola laki-laki yang memulai kompetisi seperti Tahun Ajaran. Dua tahun, dengan sistem semester.
 *Penulis saat ini (single) merupakan mahasiswa aktif S1 Filsafat yang ikut mengembangkan komunitas sepakbola perempuan di Indonesia bersama teman-teman di @womensfootie_id. Dapat ditemui di (seputaran selatan Jakarta) akun @stevenkurus.
Komentar