Resep Sukses Diego Simeone

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Resep Sukses Diego Simeone

Oleh: Dani Budi Rayoga*

Dalam beberapa musim ke belakang, Atletico Madrid tengah menjalani musim terbaiknya. Pada 2012 mereka berhasil menyandingkan gelar Liga Europa dengan Piala Super Eropa pada 2012. Mereka pun mampu mengalahkan rival sekota mereka, Real Madrid, di Santiago Bernabeu pada perebutan juara Copa del Rey 2013. Atleti juga mematahkan dominasi Real Madrid dan Barcelona di La Liga dengan menjadi juara pada musim 2013/2014.

Piala terakhir yang berhasil dimenangkan Atletico adalah Supercopa de Espana pada 2014. Semua kesuksesan ini diraih setelah manajemen Atletico menunjuk Diego Simeone menjadi pelatih pada 23 Desember 2011 silam; sebuah pilihan yang tidak akan pernah disesali oleh manajemen Atletico Madrid. Diego Simeone mampu menghadirkan kesuksesan secara instan kepada mantan klubnya tersebut saat masih aktif menjadi pemain bola.

Legenda Atletico

Sebelum kembali ke Atletico sebagai pelatih, Simeone telah membuktikan kapasitasnya sebagai pelatih yang mumpuni. Setelah gantung sepatu pada 2006, ia langsung melanjutkan kariernya sebagai pelatih. Pada awal karier kepelatihannya, Simeone berhasil memenangkan dua gelar bersama dua tim yang dilatihnya. Ia mengantarkan Estudiantes meraih gelar Liga Argentina pada 2006, dan melakukan hal yang sama bersama River Plate pada 2008.

Melihat statusnya sebagai legenda Atletico Madrid dan keberjalanan karir Diego Simeone sebagai manajer, manajemen Atletico Madrid tentu menaruh harapan besar kepada Cholo, julukan Simeone, agar Atletico mampu meraih banyak gelar juara. Namun mampu meraihnya dalam waktu yang sesingkat ini tentu tidak terbayangkan sebelumnya oleh manajemen dan, yang paling berbahagia, penggemar Atletico Madrid. Klub dari ibukota Spanyol ini seperti mendapatkan durian runtuh dengan mempercayakan kursi kepelatihan kepada Simeone.

Simeone tentu tidak mendapatkan kesuksesan ini dari berdoa kepada bintang jatuh atau dari kantong ajaib Doraemon. Simeone pasti memiliki rahasia di balik semua pencapaian yang telah didapatkannya. Hal ini ternyata benar dan Simeone membagikan resep sukesnya ini dalam buku biografinya, El Efecto Simeone : La Motivacion Como Estrategia (Efek Simeone : Motivasi dan Strategi). Dalam buku tersebut, selain filosofi filosofi permainan yang diberi nama �"Cholismo�" yang berarti memfokuskan permainan tim dibandingkan kemampuan individu pemain, Diego Simeone juga memberikan dua resep rahasia kesuksesannya.

Motivasi

Bagi Simeone, memberikan motivasi bukan hanya tentang memberikan kata-kata indah penyemangat. Memberikan motivasi berarti mampu meyakinkan dengan sepenuh hati para pemainnya bahwa mereka akan dan dapat memenangkan pertandingan, apapun kondisinya. Pada buku tersebut, Simeone mengenang saat dirinya masih melatih Estudiantes. Hingga pertandingan terakhir, Estudiantes dan Boca Juniors berhasil mengumpulkan poin yang sama. Pada waktu itu, Liga Argentina menerapkan peraturan bahwa saat terdapat dua tim yang memperoleh poin yang sama hingga akhir musim, penentuan juara ditentukan melalui pertandingan play-off. Estudiantes harus menghadapi tantangan terakhir untuk kembali merasakan juara liga Argentina setelah terakhir kali memenangkannya pada tahun 1983.

�"Saya mengatakan kepada para fans bahwa siapapun yang tidak percaya kita dapat memenangkan laga final melawan Boca jangan datang ke stadion,�" kata Simeone.

Tantangan yang lebih besar dihadapi oleh Simeone untuk meyakinkan pemain bertahannya, Alayes, untuk menahan pemain bintang Boca, Palacio.

�"Saya tidak begitu yakin mengenai hal ini karena saya tahu tatapan matanya. Palacio jauh lebih baik, tapi saya tidak punya pilihan lain. Jadi saya mengatakan kepada Alayes, ‘Kamu bisa mengentikannya, cobalah. Jangan biarkan dia melewatimu,�" terang Simeone.

Pada pertandingan tersebut, Alayes bermain sangat baik dan Estudiantes berhasil menjadi juara untuk pertama kali sejak 23 tahun lalu.

Pada 2012, Atletico Madrid harus menghadapi Chelsea pada pertandingan Piala Super Eropa di Stadion Stade Louis II, Prancis. Chelsea yang lebih difavoritkan untuk menjadi juara tidak membuat pelatih Atletico tersebut berciut hati.

�"Saya perlu untuk meyakinkan mereka bahwa Chelsea bukan tim yang tidak bisa dikalahkan. Jika terdapat 1 dari 100 kesempatan, kita akan mengambilnya�" kata Simeone.

Atletico berhasil tampil dominan dan mengalahkan Chelsea dengan skor 4-1. Atletico berhasil mengangkat Piala Super Eropa 2012.

Tidak Ada Pemain Bintang

Simeone selalu meyakinkan pemainnya untuk selalu memberikan kemampuan terbaiknya untuk keberhasilan tim. Simeone selalu menaruh keberhasilan tim diatas segalanya.

�"Saya selalu bertanya kepada para pemain, kamu ingin menjalani musim yang seperti apa? Kamu memainkan semua pertandingan, tapi tim berada pada posisi yang rendah pada akhir klasmen dan tersingkir dari semua kompetisi yang diikuti? Atau kamu lebih memilih untuk hanya bermain 20 kali dari 38 pertandingan, mencetak 8 gol, dan tim menjadi juara? Pertanyaan ini tidak pernah gagal. Mereka selalu memilih pilihan yang kedua,�" kata Simeone.

Hal ini juga diterapkan Simeone dalam menetukan 11 pemain terbaiknya untuk bertanding. Dia tidak memberikan jaminan posisi utama kepada para pemainnya.

�"Saya tidak menginginkan pemain yang ingin menonjolkan dirinya sendiri. Jika kamu tidak memberikan semua yang kamu punya dan saya bisa merasakannya, pemain lain akan mengambil tempatmu. Tidak ada yang bisa menjamin mempunyai posisi aman di tim, dan jika kamu terlena, kamu keluar,�" ujar Simeone dikutip dari biografinya.

Simeone ternyata terinspirasi dari strategi Sven-Goran Erikkson pada saat menjadi pelatih Lazio. Erikkson berhasil membawa Lazio mencapai masa kejayaannya pada kala itu dengan menerapkan strategi rotasi pemain. Pemain-pemain bintang yang dimiliki Lazio waktu itu, seperti Filippo Inzaghi, Alessandro Nesta, Juan Sebastian Veron, dan Pavel Nedved juga terkena kebijakan pelatih dan harus mampu menerimanya.

Dengan resep rahasia ini, Simeone berhasil membuat para pemain Atletico tampil penuh semangat dan memberikan kemampuan terbaiknya untuk kesuksesan tim yang berujung pada piala demi piala. Resep rahasia yang sebenarnya sudah diperlihatkan Simeone sejak masih menjadi pemain sepak bola.

Simeone dikenal memiliki karakter tempramen dan selalu memberikan kemampuan terbaiknya pada setiap pertandingan. Sekarang, Simeone berhasil menularkan karakter tersebut kepada timnya. Simeone berhasil menunjukkan kepada kita bahwa tim yang bermain dengan penuh motivasi dan sikap untuk mau memberikan segalanya demi kepentingan tim mampu mendekatkan jarak dengan tim yang dipenuhi pemain bintang dan kemampuan finansial yang lebih baik, seperti Real Madrid dan Barcelona, bahkan melampauinya.

Simeone mampu membawa kesuksesan lewat motivasi agar para pemain rela memberi segalanya buat tim. Mereka bahkan mampu mengusik kedigdayaan Barcelona dan Real Madrid di La Liga. Mereka pun hampir menjadi yang terbaik di Eropa. Bayangkan apa yang bisa para petinggi pengurus sepak bola tanah air berikan kepada rakyat Indonesia yang gila sepak bola ini apabila mereka mampu menerapkan hal yang sama: semangat dan kerelaan untuk memberikan yang terbaik untuk kepentingan sepak bola Indonesia. Mungkin keinginan Indonesia menjadi macan di Asia Tenggara bukan hanya sebuah angan.

*Penulis adalah seorang yang selalu antusias dan mencintai keindahan permainan sepak bola. Sedang belajar membagi cinta tersebut ke pencinta sepak bola melalui tulisan. Telah menjadi fans MU seumur hidup. Twitter : @DaniBRayoga.

Komentar